21

3.8K 305 30
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...
















"Kak zee!"
Sapa seseorang dengan suara yang begitu lembut ke arah zee. Zee tidak bisa melihat wajahnya, karena semuanya hitam tanpa terkecuali. Tak ada yang bisa ia lihat kecuali mendengarkan suara, "habis ini jadi anak yang patuh sama yah ya? Jangan kecewain dia. Terus selalu jadi anak yang berbakti sama bunda. Dia sayang banget sama kak zee soalnya"
Zee tidak bisa menjawab. Lidah nya kelu saat itu, tidak ada yang bisa ia lontarkan dari bibirnya itu

"Kak. Selalu sayang sama kak Christy ya? Walau kalian nggak terlalu akrab, tapi setelah ini. Tolong perbaiki hubungan masing-masing, jangan pada berantem lagi"
Zee hanya bisa mendengarkan suara halus nan lembut itu tanpa menjawab. Entah kenapa, matanya perlahan memanas hanya untuk suara yang tidak jelas datang dari mana itu

"Masih inget apa maksud dari pertanyaan 'pasti rasanya menyenangkan ya kak?'
Waktu itu, aku tanya karena iri sama kak zee dan kak Christy yang selalu diberiin kasih sayang lebih. Sedangkan aku? Selalu disiksa berlebihan"

"Jangan sia-siain pengorbanan aku kak. Aku percaya sama kakak"



"Adel!"
Teriak zee. Ia telah bangun dari komanya yang sementara itu, ia melihat seisi ruangan yang melihatnya dengan tatapan sedih. Grebasta, shankara dan feni yang menatapnya kala itu, "adel! Mana adel?!"
Saat itu. Zee benar-benar ingin mencari adel, bahkan sampai ia ingin turun dari kasurnya itu. Feni menahannya dengan keras, lalu memeluk zee yang sedang ingin mencari adik bungsunya dengan panik untuk pertama kali seumur hidup

"Tenang, zee. Tenang"
Zee tidak menolak pelukan feni. Ia membalasnya lalu menangis di pelukan hangat itu, perlahan. Ia bertanya pada feni apa yang terjadi, feni masih belum berani menjawab. Ia hanya diam sambil menahan tangisnya di hadapan zee, "tante. Jawab, tolong jawab pertanyaan zee. Dimana adel? DIMANA DIA"

"Adel udah nggak ada"

Deg...

Hati zee tertusuk sedalam-dalamnya. Tangisnya begitu deras saat mendengarkan kalimat jawabannya dari feni. Adik bungsunya telah hilang, telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya, "adel yang donorin ginjalnya ke kamu biar kamu tetap hidup. Dan dia juga donorin matanya buat Christy"
Shankara dan grebasta juga menangis. Entahlah, mereka baru menyadari perbuatan nya setelah sekian lama adel berusaha membuat mereka sadar

"Adel nggak mungkin ninggalin zee kayak gini! Adel anak kuat nggak mungkin pergi duluan!"
Zee masih belum menerima kenyataan pahit ini. Adiknya sudah meninggal, karena mendonorkan beberapa organ tubuh untuk dirinya sam Christy. Zee memberontak, ia ingin menemui adel bahkan untuk terakhir kalinya sekedar untuk mengucapkan kata maaf, "tenang zee. Adel udah nggak ada, dia udah di atas sana"

"Dia ninggalin zee dalam keadaan nyesel ya? Pasti dia mau balas dendam"
Gumam zee, seolah-olah adel masih hidup. Ia berfikir bahwa adiknya hanya bergurau untuk memberikan sedikit sesal kepadanya karena telah berbuat kasar selama ini, "adel... Adel, adik kak zee yang paling kuat, udah pergi ya?"
Zee menutupi matanya dengan tangan. Ia juga memukuli kepalanya dengan tangan kiri, itu adalah bentuk sesalnya karena selama ini telah menyia-nyiakan anak sebaik itu

Christy pun begitu. Setelah mata adel dipindahkan, lalu dokter menjelaskan semuanya. Ia begitu menyesal, ia berteriak-teriak mencari adel kesana kemari dengan tongkat nya karena perban di matanya belum boleh dibuka




***




Mereka tentu tidak bisa terus-terusan menyangkal. Adel memang sudah tiada, buktinya, mereka tengah berada di pemakaman adel dengan isak tangis yang masih mengaliri wajah mereka, "om shan"
Panggil flora pada shankara yang masih menyesali perbuatannya, "saya sedang tidak ingin diganggu, flora. Maaf"

"Ini. Dari pihak sekolahan, medali emas yang telah berhasil adel raih di cabang olahraga voli. Adel belum ngambil ini selama 5 bulan, karena dia pikir om shan nggak bakal nerimanya, karena adel tahu. Medali emas ini nggak bakal bisa banggain om"
Shankara mengambil medali emas itu dari tangan flora. Lalu ia menciumnya dengan air mata yang berceceran

Zee dan Christy menangis dalam diam. Kedua nya memegang baru nisan bertuliskan nama adel dan tanggal meninggalnya, mereka sedang merenung. Masih tidak percaya bahwa adiknya telah tiada secepat ini karena dunia yang begitu keras pada dirinya, "maaf. Maaf del, maaf"
Kata yang terus zee dan Christy ucapkan dalam batin tanpa henti. Mereka begitu menyesal dan masih tidak bisa menerima kenyataan pahit ini

Mira mendatangi makan adel dengan menggunakan baju berwarna favorit adel. Abu-abu, ia menangis sambil berdiri, menatap sebuah gundukan tanah yang di dalamnya terisi mayat adel, "kita belum sempet main game bareng-bareng lagi"


Sementara jeane tidak tega melihat makam adel. Ia hanya bisa menangis di pelukan ibunya yang juga berusaha terlihat tegar untuk dirinya itu, ia sama sekali belum menoleh ke makam adel. Ia takut, ia tidak bisa menerima semua ini selama-lamanya, karena hanya dirinya yang telah menjadi saksi ketika seorang adel sekarat


Saat operasi itu dimulai. Aku memang diberi sebuah bius, tapi. Ikatan batin ku dengan kedua kakak ku lebih manjur dari obat itu, sebelum sadar bahwa aku telah mati. Aku sempat melihat kelabatan wajah kakak pertamaku, zee. Tengah duduk sembari bermain gitar di kamar nya, aku sangat merasa bersalah karena telah membiarkan dirinya menyentuh gitar lain yang tidak ia sukai. Karena gitar kesayangan nya telah dirusak. Dan aku tidak bisa menemukan pengganti nya

     Selang beberapa jam setelah ginjal ku diambil. Aku melihat kelabatan wajah kakak kedua ku, Christy. Tengah menangisi diriku yang disiksa oleh ayah dan bunda, entah itu benar atau tidak. Tapi aku senang, bisa melihat ia menunjukkan kasih sayangnya padaku meski aku tidak tahu bahwa itu benar atau hanya khayalan

Aku juga sempat melihat wajah manis jeane tengah menangis di pelukan tante feni. Ia tidak berani menatap ke arahku, kala itu aku berfikir bahwa dia masih kesal denganku sehingga tidak mau melihat wajahku yang tengah terluka parah. Lalu aku melihat flora, ia sudah putus dengan freya karena freya masih mencintai fiony

  Walau aku tidak tahu semua itu benar atau tidak hingga aku mati lalu dikubur di dalam tanah. Setidaknya aku telah membuat ayah dan bunda bahagia karena kedua anak yang paling mereka sayangi masih hidup


-radell senjana haratama, kata hatinya sebelum nyawanya diangkat ke langit-










Zee pulang dengan keadaan tubuhnya yang seperti mayat hidup. Berjalan dengan wajah datar menuju kamar tanpa sebuah senyuman yang biasa ia ukir jika sudah pulang ke rumah. Ia membuka pintu kamarnya, melihat sebuah gitar berwarna abu-abu di atas kasur dengan secarik kertas diatasnya. Kertas dari adel, langsung ia buka tanpa berfikir sedikitpun


"Gitar ini emang nggak sebagus punya kak zee. Nggak semahal dan sekeren sebelumnya, tapi ini gitar aku beli pake kerja keras aku sendiri, tolong dipake ya kak?"


Zee menangis sekali lagi. Kejadian yang bahkan sudah ia lupakan masih adel ingat hingga ujung kehidupannya. Jika seperti ini, bagaimana ia akan melupakan adel dan melanjutkan kehidupannya yang akan dipenuhi oleh sesal yang mendalam?




Mungkin di kehidupan selanjutnya, aku akan memiliki kehidupan yang lebih baik. Mungkin juga, aku bisa tumbuh dewasa dengan orang tua yang menyayangi ku, sampai jumpa dicerita ku selanjutnya!










-TBC-



udah end. Makasih kalian semua yang udah baca dan vote cerita ini dari awal, mungkin aku juga butuh saran kalian buat cerita selanjutnya (yang masih tentang adel)

JANGAN LUPA VOTE!

Born to dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang