19

2.8K 285 20
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.












Bagaikan api dan bensin. Zee dan adel berkelahi dengan begitu panas, disaksikan oleh marsha seorang yang terlihat malas melihat kekasih dan adiknya bertarung layaknya anak kecil. Mereka juga saling beradu mulut, seperti tidak ingin kalah satu sama lain, merasa bahwa ucapannya sudah paling benar dari semua orang



Tapi. Karena tenaga zee lebih kuat dan ia juga pandai bertarung, wajah dan tubuh adel lebih banyak muncul luka. Stamina adel juga sudah terkuras, sudah banyak kegiatan yang ia lakukan hari ini. Tidak mungkin ia bisa menang melawan kakaknya, "dasar pembawa sial!"
Teriak zee sambil mencekik leher adel. Yang dicekik hanya bisa memberontak tanpa membalas seragnya


Ketika merasa sudah cukup, zee berdiri menatap adel yang terbaring di rumput sembari menahan rasa sakit akibat serangan yang zee hantarkan pada seluruh tubuh dan wajahnya. Adel menatap zee dengan tatapan memelas, membuat zee tersenyum lebar, ia memenangkan perkelahian ini dengan mudah tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga untuk anak lemah itu, "lemah"
Gumam zee


"Ngebosenin banget"
Kata marsha sambil melihat-lihat kuku miliknya yang terlihat sangat cantik dan rapi untuk dilihat. Saat zee menoleh balik, marsha sedang berada di rangkulan seorang lelaki berbadan kekar. Zee yang berstatus sebagai kekasih nya tentu marah, lalu ia berkata dengan nada tinggi, "singkirin tangan lo bangsat"
Keduanya hanya tersenyum penuh arti. Lelaki itu maju menghadap zee, mendorong dengan keras hanya dengan satu tangannya


Sungguh tenaga yang sangat besar. Sementara adel, ia hanya bisa menggeliat seolah-olah tidak Terima kakaknya diperlakukan seperti itu, "k-kenapa sha?"
Tanya zee dengan lemah. Ia juga merasakan sakit yang luar biasa di perut bawah bagian kanan miliknya, "gw cuma mau nguras harta lo aja sih. Tapi lo orangnya ngebosenin, yaudah deh gw tinggalin lo dengan cepet aja"
Adel menatap marah pada gadis yang ia juluki sebagai iblis perempuan itu


"Anggep aja kita putus mulai hari ini, dadah"
Marsha telah pergi meninggalkan zee bersama lelaki hidung belang itu. Zee tidak mengejar, ia hanya diam di tempat karena sakit yang ia rasakan begitu luar biasa, seperti di tusuk oleh pisau tajam yang biasa digunakan menyembelih hewan, "kak zee... "
Kata adel dengan lirih, ia berusaha menggapai lokasi dimana zee duduk sembari memegangi perut bagian bawah kanan miliknya yang tadi telah tersodok oleh pinggiran bangku danau itu


Akibat sakit yang sangat parah tidak bisa zee tahan. Ia pingsan ditempat, adel tentu panik, ia mengungcang-guncangkan tubuh zee dengan cukup kuat, pasti. Benturanya sangat keras sehingga zee pingsan, "tahan kak, adel bakal bawa kak zee ke rumah sakit"
Kata adel, lalu ia merangkul zee yang tidak sadarkan diri itu


Ia merangkul zee sembari berjalan menuju rumah sakit terdekat. Rasanya begitu sakit ketika adel melihat wajah kakaknya yang tidak bisa ia lindungi dengan benar, ia seperti ingin menangis deras. Tapi apakah itu benar? Bukanya selama ini yang menyakiti dirinya juga termasuk zee? Mengapa ia seperti tidak tega pada manusia satu itu





***




Ketika sampai, adel langsung menyerahkan tubuh zee pada suster yang berada di sana. Zee langsung dimasukkan di salah satu ruangan, adel pun memutuskan untuk menunggunya di sebuah kursi rumah sakit yang dekat dengan ruangan zee berada, "dasar perempuan iblis. Kalau sampe kak zee nggak bangun, nyawa lo yang bakal jadi bayarannya"
Gumam adel kala itu. Amarahnya begitu besar pada Marsha yang telah menyakiti kakaknya


Masalah yang begitu banyak datang pada adel. Menjadikan ia seseorang yang selalu nampak kuat dan berwibawa di depan semua orang. Padahal, dibalik semua itu, ada jiwa kekanak-kanakan yang bergejolak meminta kasih sayang pada dirinya, meminta diperhatikan lalu dimanjakan, "setelah ini. Apa mereka masih nerima gw?"



"Tentu tidak!"

Plak...



Grebasta menampar adel sekali lagi di rumah sakit yang menjadi saksi bisu kekejaman grebasta kala itu. Ternyata, grebasta dan shankara diberitahu oleh pihak rumah sakit tentang keadaan anak pertamanya itu. Shankara tengah mengepalkan tangannya, dan grebasta menatap adel dengan tatapan kebencian seperti biasanya, "anak nggak tahu diri!"
Kata grebasta lalu ia mencekik adel dengan begitu keras hingga kesusahan untuk bernafas


"Kamu biarkan anak saya menjadi seperti ini? Mengapa tidak kamu saja yang masuk rumah sakit"
Shankara berusaha menenangkan istrinya. Mereka harus menjaga sikap di rumah sakit, bagaimana jika ada yang melihat mereka berprilaku seperti ini? Mereka adalah keluarga terpandang tidak boleh berprilaku sembarangan, "ikut saya"
Shankara menarik tangan adel dengan begitu kasarnya. Yang ditarik hanya bisa pasrah, mungkin. Ia akan dipukul hingga sekarat selepas ini?



Mereka telah sampai pada tujuan shankara, kamar mandi. Tempat yang kala itu sedang sangat sepi pengunjung, bahkan. Hanya ada mereka berdua, "kenapa?! Kenapa kamu membiarkan anak saya sakit sampai harus masuk kesini sialan?!"
Baru pertama kali. Adel, melihat shankara meneteskan air matanya, pasti. Ini akibat zee masuk rumah sakit kan? Tentu saja, ia adalah anak yang paling berprestasi, mana mungkin dibiarkan begitu saja



Brak...



Ayah tiga anak itu memukul anak bungsunya menggunakan pel lantai hingga patah menjadi dua. Ia telah terbutakan oleh emosi yang membabi buta. Ia bahkan tidak mengkira-kira apa yang akan terjadi jika setelah ini adel akan sakit parah, ia pasti akan dipenjara bila adel ditemukan oleh orang lain bukan? "Saya sangat menyesal tidak membuang kamu! Saya benar-benar menyesal, del!"
Lalu. Shankara memukuli adel berkali-kali tanpa berhenti saat itu, wajah, tangan. Semuanya telah terluka, akibat pukulan dari seorang ayah yang seharusnya melindungi anaknya



"Maaf"
Kata terakhir dari adel sebelum perutnya ditendang oleh shankara hingga mulutnya mengeluarkan darah. Adel, akibat terlalu banyak luka yang ia Terima hari ini, ia memuntahkan darah dari mulut nya. Membuat lantai kamar mandi itu menjadi berwarna merah. Tapi, ia masih sempat-sempatnya mengelap sepatu milik shankara yang terkena darah dari mulut nya, ya mengelap sepatu itu dengan cara merobek lengan bajunya, "ayah, kalau hari ini hari terakhir adel ngelap sepatu ayah. Lain kali, ayah suruh kak zee ya? Biar dia tau cara ngehormatin ayah yang udah sesedih ini kalau kak zee kenapa-kenapa"


Gumaman itu tidak bisa didengar jelas oleh shankara. Karena tangis shankara sudah pecah kala itu. Ia sudah tidak perduli lagi dengan kata-kata yang anak bungsunya itu ucapan kan, "JANGAN MENYENTUH KAKI SAYA"
Kaki adel terinjak oleh sepatu shankara yang bawahnya tajam. Membuat tangan adel lecet parah, mengeluarkan banyak darah sehingga ia menjauh dari shankara. Ia tidak ingin darahnya menyentuh ayahnya, ia rasa itu adalah bentuk ketidak sopanan dalam menghormati orang tua



Pada akhirnya, shankara pergi meninggalkan adel disitu sendirian. Sendirian menahan sakit dan kesedihan, "Tuhan, jikalau bisa. Beriin adel kesempatan buat hidup ya? Adel masih mau minta maaf sama jeane dan flora, adel masih mau nepatin janji adel buat main game sama mira. Dan adel juga baru temenan sama oline, masa udah mau ninggalin dia sih? Kan nggak lucu"
Batin adel. Ia menatap langit-langit kamar mandi, yang menjadi saksi penyiksaan dirinya kala itu. Darah, darah yang shankara ciptakan keluar banyak dari mulut anaknya. Membuat adel kehilangan banyak darah



Tubuh nya juga sudah sangat lemas. Tidak kuat untuk berdiri lagi. Kepalanya juga pusing, sangat berat. Dan bahkan tidak bisa untuk berfikir lagi. Akankah ini akhir dari seseorang seperti dirinya?











-TBC-








GW JUGA IKUT NANGISIN KISAH NI ORANG SIH😭😭😭😭


Jangan  lupa vote!

Born to dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang