15

2.4K 233 6
                                    

Happy Reading all
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.











Selepas grebasta pergi, waktu sudah puas dan merasa cukup menyiksa anak bungsunya. Ternyata, sejak awal. Christy sudah mendengarkan semuanya, ia memang tidak bisa melihat. Tapi, dari suara yang ia dengar, adel pasti disiksa lagi. Sangat menyedihkan. Setiap malam tiba, Christy selalu berangan-angan untuk bisa melihat lagi, ia ingin melihat adiknya tumbuh dewasa dengan baik, walau banyak yang mengganggunya itu

"Del? Adel?"
Panggil Christy, ia masuk ke kamar mandi untuk menghampiri adel. Tidak ada jawaban sama sekali, berarti benar. Adel pasti pingsan, kasihan sekali anak itu. Sudahlah tidak dianggap, disiksa juga? Kejam.

Christy yang memiliki kekurangan yang sangat menggangu itu hanya bisa meraba-raba, hingga ia memegang tubuh adiknya. Ia berhasil, tapi ia juga merasa gagal sebagai kakak. Kala ia mengangkat kepala adel, ia tahu. Semua ini pasti dilakukan oleh grebasta, "del? Bangun... Jangan tinggalin kakak kayak gini del"
Christy memang selalu menyangkal bahwa ia menyayangi adel. Tapi jika sudah seperti ini, ia rela harga dirinya turun demi, adel. Adik kesayangannya

Air mata gadis yang lebih tua beberapa tahun dari adel itu mengalir deras ketika ia menyentuh bagian wajah adel yang ditendang oleh grebasta. Ada darah yang mengalirkan, tidak salah lagi. Walau penglihatan Christy buta, tapi indra penciuman nya tidak pernah salah. Ia bisa membedakan sesuatu melalui penciuman nya. "Del.. Maaf"
Detak jantung adel masih ada. Ia belum mati, ia juga tidak akan mati secepat itu, percayalah. Ia akan membuktikannya pada Christy suatu hari nanti

"Maaf... Maafin adel"
Gumam adel. Matanya memang tertutup, belum sepenuh nyawanya kembali. Namun, mulutnya sudah ingin mengatakan maaf berkali-kali pada grebasta yang sudah ia buat kecewa. Christy tersentak, tekad adiknya ini sangat besar untuk bisa membanggakan keluarga nya. "Del? Adel baik-baik aja kan?"
Christy menaruh kepala adel di tangannya, ia menyanganya dengan baik, agar tidak terjatuh

"A-adel... Baik, adel belum boleh mati. Iyakan?"
Tangis Christy semakin deras, air matanya terus-terusan mengalir. Bahkan sampai mengenai wajah adel yang sangat pucat, kala itu. Wajah adel tersenyum dengan manis tanpa membuka matanya, walau keduanya tidak melihat momen harus itu. Tapi, kedua nya bisa merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan. Ikatan persaudaraan yang selama ini adel inginkan telah tercapai, meski ia tidak tahu siapa yang tengah menangisinya saat ini

"Bangun, adik kecil kesayangan kak Christy belum boleh pergi.. "
Lirih Christy, ia mengelus-elus rambut adel yang basah secara perlahan. Dinding kamar mandi itu, telah menjadi saksi bisu tentang keperdulian Christy terhadap adiknya. Sisi lain dari Christy yang tidak pernah terlihat, hanya muncul untuk adel. Meski adel juga tidak bisa mengingat nya setelah ini

"Makasih"
Ucap adel dengan pelan. Ia memang tidak tahu siapa yang sekarang sedang menangis untuknya. Namun, bibir miliknya secara spontan mengatakan itu entah kenapa, bahkan. Yang berucap saja tidak sadar telah mengatakan itu



***



Selang beberapa jam, adel membuka matanya dengan perlahan. Ia sudah ada di atas kasur miliknya dengan baju yang juga sudah diganti, yang meminta tolong adalah Christy. Ia meminta tolong pada bibi untuk membantu adel, karena zee pasti tidak akan mau. Lagi pula apa peduli zee pada adel? "Kak Christy?"
Kepala adel masih terasa pusing, bayang-bayang seseorang yang tadi bersamanya juga sangat sulit untuk diingat. Biarlah, biarlah ini menjadi rahasia bagi adel untuk selamanya sampai Christy memberi tahu semua kebenarannya

Born to dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang