12

2.5K 242 2
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.














Sore itu, adel bermain di rumah feni. Mengerjakan tugas bersama jeane tanpa perlu khawatir, kedua orang tuanya tidak berada di rumah untuk hari ini, mereka akan pulang besok karena memiliki banyak pekerjaan


"Ini jawabnya apa kak?"
Tanya jeane, tugas yang diberikan adalah matematika. Hal yang paling di benci adel dalam kategori pelajaran, berbeda dengan jeane. Ia biasa saja jika ada pelajaran matematika, tidak terlalu mengganggap nya sulit, walau terkadang ia bingung mengerjakannya, "gatau, pusing gw"
Adel menghela nafasnya, membuang pulpen bertinta hitam miliknya ke meja kaca rumah jeane


"Ini dikumpulin besok loh kak, harusnya kita udah selesai kerjain sekarang"
Ujar jeane, ia tahu bahwa hal ini akan terjadi. Maka dari itu, ia sudah menyiapkan kata-kata untuk membujuk adel mengerjakan soal matematika yang membuat otaknya tersiksa ini, "males ah, otak gw udah nggak bisa mikir"
Tolak adel mentah-mentah, jeane mengganguk, baiklah. Kali ini ia akan mengikuti mau adel jika tidak ingin mengerjakan matematika lagi


Feni berjalan ke arah mereka berdua, sambil sedikit menggeleng-geleng kan kepalanya. Dari dahulu sampai sekarang ia kembali ke kota jakarta, adel tidak pernah berubah sama sekali. Masih membenci pelajaran itu, seperti terakhir kali feni menemuinya untuk mengucapkan pamit karena ia sempat pindah ke jogjakarta bersama anak semata wayangnya itu, "dikerjain dong del, kalo kena hukuman lagi, gimana? Pingsan lagi?"
Feni meletakan tiga buah gelas berisi jus alpukat dengan susu cokelat diatasnya. Adel tersenyum kecut begitu mendengarkan perkataan feni, ia sangat tak suka pelajaran ini, jadi. Biarkan lah ia dihukum, itu lebih baik daripada harus berfikir setengah mati kan?


"Kan ada petugas PMR, santai aja mah"
Ucap jeane, ia mengambil sendok untuk mengaduk-aduk susu cokelat itu agar tercampur rata bersama jus alpukat buatan ibunya. Lalu selepas itu ia meminum nya menggunakan sendok, "lagian, soal matematika nya ada 20, gimana nggak pusing tan? Otak adel bisa meleduk tau"
Kata adel dramatis. Feni hanya bisa mengiyakan lalu menyuruh adel untuk meminum jus nya terlebih dahulu


Setelah meminum beberapa teguk, adel mengambil pulpennya kembali, ia membuka bukunya tepat di tengah-tengah lalu ia menaruh pulpen itu dan menutup bukunya kembali. Ia Tidak akan mengerjakan soal itu lagi, besok. Ia akan menyontek pada jessi. Sang juara kelas yang terkadang sulit untuk dimengerti karena prilaku anehnya itu. "Kalian berdua kalo udah gede mau jadi apa?"
Tanya feni tiba-tiba, adel sudah mendapatkan jawabannya, sementara jeane harus berfikir dahulu


"Jadi apa hayo?"

"Jeane mau jadi guru deh mah"
Feni mengerutkan alisnya, kemarin. Anaknya itu berkata ingin menjadi seorang penyanyi profesional, tapi... Kenapa sekarang berubah? "Tau nggak kenapa?"
Adel dan feni menggeleng tidak tahu. Jeane tersenyum lalu menjawab, "biar bisa ngasih kak adel soal matematika 2 doang hahahha"
Canda jeane


"Dih? Emangnya gara-gara kak adel nggak bisa matematika jadi nggak lulus sampe lu jadi guru gitu?"
Feni tertawa begitu mendengarkan jawaban adel. Yang omongan nya di jawab juga menertawakan adel yang tidak bisa di pelajaran satu itu, "kalau adel? Mau jadi apa?"


"Masih sama, banggain ayah sama bunda"
Jawaban adel membuat suasananya berubah, feni mengerti apa maksud adel sebenarnya. Mungkin, shankara dan grebasta terlalu sering meragukan adel sampai-sampai impian adel hanya untuk membanggakan orang tuanya




Born to dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang