"Raka?" Sherina menyapa pria yang sedang asyik membaca label produk yang dipegangnya.
Pria dengan keranjang trolley berwarna biru itu menoleh lalu tersenyum lebar. "Hey, Sher. Apa kabar?"
"Baik." Sherina tersenyum. "Kebetulan banget ketemu kamu disini? Udah berapa lama di Indonesia?"
"Baru 2 hari yang lalu. Biasa ngurusin tender pak boss. Sekalian ngebahas draft perjanjian investasi kantor gue sama punya Sadam."
"Udah ketemu Sadam? Kok dia nggak cerita?"
Raka mengangkat bahunya acuh. "Takut istrinya aku bawa kabur kali." Kata Raka membuatnya mendapat pukulan ringan di lengannya. Pria itu kemudian melirik isi trolley dorong milik Sherina. "Belanja bulanan nih ceritanya?"
Sherina mengangguk. "Eh kamu lagi nyari apa? Serius banget keliatannya baca labelnya?" Tanyanya merujuk sesuatu di tangan pria itu.
"Ooh, ini. Cuma mau beli cukuran sama sikat gigi. Udah waktunya ganti soalnya." Kata Raka membuat perempuan itu sekali lagi mengangguk paham. "Kamu sendirian?"
"Iya. Nanti Sadam jemput sekalian makan siang di luar. Eh, habis ini kamu mau kemana?"
Raka tampak berpikir sejenak. "Langsung pulang sih. Kenapaa? Mau ngajakin selingkuh yaa?"
"Raka, iih." Sherina sekali lagi memukul ringan lengan pria itu. "Mau ngopi dulu nggak? Kan kemarin pas ketemu kita nggak sempet ngobrol banyak."
"Yakin suaminya nggak ngambek nanti liat istrinya yang cantik berduaan sama aku?"
"Aman. Sadam nanti biar aku yang ngurus"
"Beneran punya pawang nih si Sadam." Raka terbahak sebelum mengiyakan ajakan Sherina.
"Eh tapi bentar aku bayar belanjaan ke kasir." Kata Sherina merujuk pada barang-barang dalam trolley - nya.
"Sama." Kata Raka menunjukkan isi keranjangnya yang cuma berisi beberapa barang.
**********
Keduanya terbahak ketika Raka mulai menceritakan hal itu. Pria tersebut bercerita bagaimana dulu dia dan Sadam rela bolos sekolah demi menonton konser mini band idola mereka tapi gagal hanya karena tiba-tiba ban motor Raka pecah.
"Terus akhirnya? Kalian tetep jadi bolos?" Sherina bertanya di sela tawanya. Ia menyesap teh di cangkirnya.
"Ya jadi, tapi ke tukang tambal ban bukan nonton konser band."
Perempuan itu sekali lagi tertawa renyah. "Kebayang banget loh gimana bete nya Sadam waktu itu."
Raka menelan cairan hitam pekat itu dari gelasnya sebelum kembali bersuara. "Bukan cuma bete kalau itu. Tantrum banget dia. Udah kayak bocah 5 tahun nggak dikasih ijin buat jajan es krim."
"Kalau itu sih nggak berubah sampai sekarang." Kata Sherina membuat Raka sekali lagi tertawa.
"Sher." Pria itu terdengar serius ketika tawanya kinj mulai mereda. "Aku minta maaf ya?"
"Minta maaf soal apa?" Sherina menatap bingung.
"Yaa soal ngajakin kamu nonton waktu itu. Aku beneran nggak tau kalau kamu udah nikah sama Sadam waktu itu."
"Iya, Kaa. Santai aja. Ya waktu itu aku juga salah sih nggak ngomongin soal ini. Waktu itu aku pikir karena kamu kan teman lamanya Sadam jadi ya udah kita jalan sebagai teman yang lama nggak ketemu aja. Apalagi waktu itu kan kamu awalnya bilang kalau kita jalannya bertiga."
"Yaa aku nggak nyangka juga kalau ternyata Sadam nggak bisa ikut. Waktu itu aku mikirnya ini kesempatan juga buat pedekate sama kamu makanya aku nggak bilang kalau akhirnya cuman berdua doang. Eh taunya yang mau di prospek malah istri orang. Istri teman sendiri pula. Eh tapi kalian nggak berantem kan waktu pulangnya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU
RomanceSelalu mendukungmu adalah caraku yang paling sederhana untuk mencintaimu - SHERINA Entah sejak kapan tapi yang jelas saat ini aku mencintaimu - SADAM The Epitome of 'SHE FELL FIRST BUT HE FELL HARDER' DISCLAIMER : This is a work of fiction. Unless o...