9

1.3K 63 944
                                    

Saat kebutuhan oksigen dalam tubuh mereka terasa semakin vital, Sadam melepaskan tautan bibirnya. Pria itu membuka mata perlahan ketika dia menyatukan kening mereka. Ada kebanggaan tersendiri ketika dia mendapati bagaimana Sherina tersengal dengan bibir yang sedikit membengkak akibat ciuman mereka barusan.

"Sher." Sadam terdengar serak ketika dia menyebut nama istrinya itu. Membuat Sherina perlahan membuka matanya. "Aku mau kamu."

Perempuan itu terkesiap ketika tatapan mereka bertemu. Disana, di kedalaman iris mata yang semakin menghitam, Sherina menemukannya. Perempuan itu akhirnya menemukan apa yang selama ini dia cari.

"Aku nggak akan maksa kamu, Sayang." Sadam kini membelai lembut rahang Sherina. "Aku akan sabar nunggu kalau seandainya kamu ngerasa ini terlalu cepat." Bisiknya parau, menandakan bahwa gejolak di dalam dirinya semakin tak terkendali. Salah satu tangannya yang dari tadi berada di pinggang Sherina kini mulai membelai ringan disana. "Tapi aku beneran butuh kamu sekarang."

Sadam tahu benar apa yang baru saja dia ucapkan. Alih-alih mengatakan 'INGIN' pria itu justru menggunakan kata 'BUTUH' yang semakin menegaskan bahwa seolah dia akan mati kalau perempuan itu menolaknya.

Meyakinkan Sherina bahwa inilah saatnya. Saat dimana dia harus mengabaikan logikanya dan sekali lagi menjadi egois. Saat dimana dia memutuskan untuk menyerah sepenuhnya pada apapun yang selama ini ia simpan rapat-rapat dihatinya. Saat dimana dia akhirnya menatap Sadam dan tersenyum tipis lalu mengangguk sebagai tanda bahwa dia juga membutuhkan apapun yang sedang dibutuhkan pria tersebut saat ini.

Sadam tersenyum lega lalu kembali menatap bibir mungil itu sesaat sebelum kembali ke mata indah itu seolah meminta ijin. Oh percayalah, Sherina bahkan hanya membisu dan menelan ludah tapi cukup membuat Sadam perlahan menghabisi jarak diantara mereka. Memberikan kecupan-kecupan ringan disana sebelum akhirnya menikmati bibir itu secara penuh.

Ketika Sherina akhirnya mendesah pelan, Sadam tahu kesadarannya semakin menipis. Pria itu kemudian menyelipkan lengannya di balik lutut Sherina, membawa perempuan tersebut ke tempat tidur dan meletakkannya dengan lembut disana.

Tanpa melepaskan pandangannya yang semakin berkabut, pria itu kembali mencumbu mesra. Memaksa Sherina berbaring sementara Sadam kini berada tepat diatas tubuhnya, mengatur ritme sensual mereka.

"I love you, Dam." Bisik Sherina ketika kini ciuman itu bergerak menggoda ke bawah dagunya. "I love you since forever."

Kata-kata Sherina barusan membuat dinding pertahanan Sadam luluh lantak. Pria itu tak bisa menahan diri lagi untuk tak meninggalkan tanda disana. Tanda bahwa perempuan yang saat ini sudah semakin gelisah dibawah tubuhnya adalah miliknya seorang.

**********

Sadam terusik oleh jeritan alarm ponselnya sendiri. Dengan mata yang masih tertutup, pria itu mengulurkan tangan bermaksud menghentikan bunyi nyaring sialan itu. Setelah memastikan bahwa ponselnya tidak akan lagi berisik sampai beberapa waktu kedepan, Sadam kembali ke posisinya berniat melanjutkan tidur lagi. Tepat saat sebuah erangan pelan terdengar di salah satu sisi telinganya. Membuat Sadam mendapatkan kesadaran itu secara penuh.

Tubuh telanjang dibalik selimut tebal itu semakin membenamkan wajah di pelukannya. Membuat Sadam tersenyum teringat kembali setiap detail malam panas yang baru saja mereka lalui berdua. Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiran Sadam bahwa Sherinanya yang manis dan lembut bisa berubah menjadi begitu menggairahkan semalam.

Perempuan itu sempat terlihat ragu di awal ketika mengatakan bahwa ini adalah yang pertama di hidupnya. Sadam terkekeh pelan mengingat bagaimana polosnya Sherina ketika mengatakan hal tersebut.

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang