13

880 58 1.3K
                                    

Sudah satu jam sejak pesan terakhir dari Sherina itu dibaca olehnya, dan pria itu tak juga menampakkan batang hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah satu jam sejak pesan terakhir dari Sherina itu dibaca olehnya, dan pria itu tak juga menampakkan batang hidungnya. Entah sudah berapa kali Sherina mencoba menghubungi suaminya itu. Panggilan terakhirnya bahkan tidak tersambung. Sepertinya Sadam mematikan ponselnya.

Dengan rasa kesal dan resah yang semakin menjadi, perempuan itu akhirnya memutuskan pulang tepat 1,5 jam setelah pria itu tak kunjung memberikan kepastian akan kehadirannya.

**********

"Dam." Sadam yang sudah hampir tertidur dalam posisi duduk segera saja mendapatkan kesadarannya kembali.

"Hey." Sadam yang dari tadi berusaha menahan kantuknya, buru-buru beranjak dari duduknya ketika dia melihat perempuan tersebut berusaha duduk. Pria itu dengan sigap meletakkan bantal pada kepala ranjang itu supaya Asha bisa menyandarkan punggungnya dengan nyaman disana.

"Kamu ngapain disini, Dam?" Perempuan itu terlihat linglung menatap mantan kekasihnya tersebut.

Sadam kembali ke tempat duduknya. "Tadi kamu pingsan di supermarket makanya dibawa kesini. Dan mereka cuma nemuin nomer aku di speed dial kamu."

"Sorry ya, Dam. Jadi ngerepotin kamu."

Sadam tersenyum meyakinkan Asha bahwa ia tak perlu sungkan. "Hp kamu." Katanya menyerahkan ponsel perempuan itu yang tadi ia simpan di saku celananya. " Aku nggak tau passwordnya jadi nggak bisa nyari nomer suami kamu buat ngabarin."

Asha tersenyum lembut menerima ponselnya. "Masih sama kok Dam passwordnya. Tanggal jadian kita. Kamu sendiri kan yang ganti passwordnya waktu itu? Kata kamu biar.."

"Sha, sorry." Sadam tiba-tiba berdiri dari duduknya. "Aku harus balik sekarang. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal sendiri?"

"Dam." Asha menahan ketika pria itu hendak pergi. "Kamu tau kan aku paling takut sama rumah sakit? Kamu tega ninggalin aku sendirian disini?"

"Sha." Sadam menghela nafas sambil menunduk. Berusaha mengisi ulang kesabarannya yang mulai menipis. "Aku harus pulang sekarang. Istri aku nungguin di rumah. Aku sampai harus batalin janji dinner sama dia loh cuma gara-gara harus nungguin kamu siuman."

Asha tersenyum sinis. "Kalau emang dia sepenting itu kenapa kamu nggak pergi dari tadi?"

"Aku udah mau pergi dari tadi tapi mereka minta ada wali pasien yang jaga karena mereka lagi sibuk." Nada suara pria itu perlahan mulai meninggi. Membuat seorang perawat menghampiri mereka meminta untuk sedikit lebih tenang supaya tidak mengganggu pasien yang lain.

"Ya terus kenapa kamu nggak ngehubungin teman atau saudara aku? Amel? Kak Ria, mas Agung? Kamu punya nomer mereka kan?"

"Aku udah nggak nyimpen nomer mereka." Sadam menjawab cepat membuat Asha menatapnya nanar. Secepat itukah Sadam melupakan tentang mereka? Pria itu membalas tatapan tersebut dengan yakin. "Aku, udah menghapus apapun yang berhubungan dengan kamu dari hidupku sejak kamu mutusin buat nikah sama orang lain. Sha. Kita udah punya hidup masing-masing sekarang. Kamu dengan suami kamu dan aku.."

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang