"Ya orang kamunya nggak nanya." Sherina menjawab sekenanya. Perempuan itu terlihat berpikir keras ketika dia menimbang dua bungkus tomat di tangannya. Tak lama perempuan itu memasukkan salah satunya ke dalam trolley yang didorong oleh suaminya. Sherina kembali melakukan hal yang sama ketika dia meraih dua kotak strawberry tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Ya minimal cerita dong, Sayaang." Sadam masih saja sibuk dengan protesnya sambil mendorong trolley. Pria itu mengikuti istrinya sambil sesekali menatap heran ketika Sherina meraih dua benda yang sama, kemudian seolah menimbang dengan tangannya lalu meletakkan salah satunya di trolley mereka sementara yang lain ia kembalikan ke tempatnya. "Ini akunya udah hampir seminggu disini tapi baru tau kalau anak kita kembar." Katanya terdengar merajuk. "Paling nggak pas aku pertama dateng tuh kamu ngodein kalau di dalem perut kamu tuh anak kita ada dua."
Sherina berbalik memincingkan mata menatap suaminya. "Bukannya waktu itu kamu malah sibuk nanyain ngapain Rick di tempatku malem-malem?"
"Ya lagian kamu sih. Ngapain juga malem-malem berduaan sama dia di rumah?"
"Loh, terserah aku dong. Kamu aja bisa semaleman ninggalin aku cuma buat nemenin mantan kamu di IGD."
"Kok masih di bahas sih, Sayaang? Aku kan udah jelasin semuanyaa."
Sherina bertersenyum sarkas. "Mau kamu jelasin pakai bahasa apapun tetep bakalan aku bahas sampe anak cucu kita nanti."
Bukannya merasa bersalah Sadam justru tersenyum lebar menanggapi istrinya. "Jadi sampai punya anak cucu nih kita nikahnya?" Godanya.
Sherina yang menyadari maksud pria itu hanya memutar bola matanya jengah kemudian kembali meraih beberapa barang yang ada di daftar belanja di ponselnya. Mengabaikan Sadam yang tampak bersemangat mengaduk tasnya yang ia letakkan di trolley tersebut.
"Kamu mau ngapain?" Tanya Sherina penuh curiga ketika dia menoleh dan mendapati suaminya itu sedang menggunakan ponselnya untuk memotret hasil USG yang disimpan Sherina di tasnya tadi.
"Apa?" Sadam masih sibuk tersenyum senang menatap ponselnya sebelum beralih menatap istrinya. "Mau aku post di instagram biar semua tau kalau calon anak kita kembar." Katanya lagi.
Sebelum Sadam berhasil melakukan niatnya, Sherina lebih dulu merebut ponsel suaminya tersebut dan langsung menghapus foto tersebut. Perempuan itu kemudian meraih ponselnya sendiri lalu sibuk dengan benda tersebut.
"Udah tuh." Katanya mengembalikan milik Sadam sementara dia memasukkan kembali ponselnya ke tas. "Kalau mau posting pakai yang itu aja."
"Yah, kok begini doang siih." Sadam menatap tak terima pada gambar yang baru saja dikirimkan istrinya di aplikasi pesan.
"Mau nggak? Kalau nggak aku hapus dari hp aku."
"Eh jangan-jangan." Cegah Sadam ketika Sherina hendak mengambil hpnya lagi. Pria itu kemudian menatap istrinya dan ponselnya dengan pasrah. "Ya udah iya ini ajaa."
"Nah gitu. Kita tuh mulai sekarang harus belajar menghargai privasi anak bahkan sebelum dia lahir. Orang cukup tau kita punya anak kembar tapi nggak harus orang tau wajahnya. Paham, Dam?"
Sadam memberi sikap hormat menggoda istrinya. "Siap, Ibu negara!"
"Iih, akunya serius ini. Mulai sekarang kalau mau posting foto anak-anak kasih liat dulu ke aku yang mana fotonya. Ya?"
"Iya, Sayangkuuu." Kata Sadam tersenyum lembut. Menyadari bahwa Sherinanya perlahan mulai melunak. Begitu istrinya itu kembali sibuk dengan daftar belanjanya, Sadam pun kembali sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU
RomansaSelalu mendukungmu adalah caraku yang paling sederhana untuk mencintaimu - SHERINA Entah sejak kapan tapi yang jelas saat ini aku mencintaimu - SADAM The Epitome of 'SHE FELL FIRST BUT HE FELL HARDER' DISCLAIMER : This is a work of fiction. Unless o...