8

1.3K 67 1K
                                    

Baiklah, keheningan ini menyiksa Sherina. Sejak mereka masuk mobil hingga sekarang sudah setengah jalan untuk pulang, pria dibalik kemudi itu terus saja mendiamkannya."Dam.."

"Kamu tadi sebelum ke Ciwalk kemana aja sama Raka?" Sadam memotong ketika Sherina berniat memecah kebisuan mereka. "Kok bisa aku pas sampai kalian masih antri tiket?" Tanyanya sambil terus memperhatikan jalan.

Sherina menatap bingung. "Nggak kemana-mana."

"Jangan bohong."

Ya Tuhan kenapa pria ini sangat merepotkan akhir-akhir ini. "Aku sama Raka berangkat dari rumah jam 3 sore sampai ciwalk sekitar jam 4. Dan jam nonton paling deket tuh jam 6 lebih lima tadi."

"Ya berarti masih ada jeda satu jam lebih donk buat antri tiket. Ngapain aja itu sampai baru antri tiket jam setengah 6?"

Sherina menghela nafas lalu meraih paper bag di kursi penumpang dan mengeluarkan isinya. "Tadi pas baru masuk aku sempet liat sekilas jaket blazer ini. Aku pikir bakalan cocok buat kamu. Niatnya mau beli nanti pas selesai nonton aja. Tapi karena takut kemaleman trus mereka tutup akhirnya aku mutusin balik lagi ke distro tadi buat beli ini buat kamu. Nih."

Sadam tak bisa menghentikan senyum itu melengkung dengan sempurna ketika dia menerima outfit berwarna cream itu. Pria itu kemudian mencari tempat untuk menepikan mobilnya. Dia lantas tampak berbinar ketika mengagumi hadiahnya tersebut.

"Kamu.. suka kan.. sama warnanya?"

Sadam mengangguk bersemangat. "Suka. Suka banget." Katanya kemudian bergerak membuka resleting jaket blazer tersebut.

"Eh mau ngapain?" Sherina tampak waspada ketika menahan tangan Sadam.

"Mau aku pakai lah."

Sherina sekali lagi menghalangi Sadam yang bersikeras hendak memakai hadiahnya.  "Sadam, iih. Jorok tau." Perempuan itu mengambil kembali pemberiannya tersebut. "Di cuci dulu baru boleh dipakai."

"Yaah, tapi kan.."

"Masih banyak kumannya, Sadam. Nurut atau aku kasih ini ke Raka?"

"Eh jangan donk." Sadam terdengar panik. "Kok pakai mode ngancem segala sekarang?"

"Makanya nurut, Dam." Kata Sherina melipat dengan rapi pakaian itu lalu memasukkannya lagi ke paper bag di pangkuannya. Tapi saat hendak memindahkan tas kertas berwarna coklat itu ke kursi penumpang, Sadam tiba-tiba menyambar bungkusan itu.

"Aku pegangin." Katanya tanpa bisa menyembunyikan rasa senangnya. Pria itu kemudian kembali menyalakan mesin mobilnya. Saat Mobil SUV itu baru saja mulai kembali membelah jalanan malam, Sadam kembali bersuara.  "Mm, Sher."

"Hmm?" Sherina menjawab lembut sambil masih memperhatikan jalanan yang mereka lewati. Tampak indah dengan lampu-lampu yang menyala.

"Hari minggu besok.. kamu.. ikut aku ke Jakarta ya?" Sadam terdengar ragu."Temenin aku Family Gathering kantor hari Selasa ke Jogja. Mau?"

"Tapi hari Senin aku ada janji sama beberapa pasien." Sherina bisa melihat raut kecewa di wajah tampan itu. "Tapi aku bisa berangkat senin jam 2 siang ke Jakarta kalau kamu mau." Katanya cepat. Dan sekali lagi membuat Sadam tak bisa menghentikan ketika senyum itu muncul sempurna di bibirnya.

"Aku jemput."

"Eh, nggak usah. Aku bawa mobil sendiri aja."

"Tapi kan.."

"Daam. Ribet kalau kamu bolak-balik gitu. Lagian itu kan masih jam kerja. Nggak apa-apa aku berangkat sendiri aja."

Hanya keheningan yang menyertai mereka selama beberapa saat sampai akhirnya Sadam kembali bersuara."Tapi kamu beneran berangkat kan?" 

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang