3

890 71 703
                                    

Special thanks to my setefitutut for being my biggest support system 😚😚

**********

"Bi, itu sarapan di meja koq belum diberesin?" Sherina menghampiri ketika dia meraih dua buah gelas di rak. Setelah mengisinya dengan air gadis itu lantas meletakkannya di nampan bersama sebotol vitamin disana.

"Bapak belum sarapan, Non. Tadi buru-buru mau ngecheck kebun."

Sherina tampak berpikir sebentar sambil melongok ke arah teras. Disana dia melihat Pak Ardiwilaga yang tengah mengganggu istrinya yang sedang asyik dengan koleksi tanaman hiasnya. Membuat Sherina tersenyum. "Bi, siapin sarapan papi terus anterin ke belakang ya?" Sherina mengangkat nampan itu kemudian berlalu menghampiri pasangan paruh baya tersebut.

"Iiih , Papi. Yang itu udah jangan dipegang-pegang lagi!" Bu Ardiwilaga tampak gemas ketika dia mendapati suaminya menatap intens pot suplir yang tadi baru saja dia bersihkan.

"Apa sih, Mi? Papi cuma ngeliatin doank." Pria paruh baya itu tetap saja memperhatikan dengan cermat pot berukuran sedang itu.

"Asep, itu yang di deket bapak tolong cepet pindahin ke teras depan."

Asep tergopoh ketika dia menuruti perintah maminya Sadam. Tapi pria lugu itu tetap saja masih sempat minta ijin ke Pak Ardiwilaga yang menghalangi jalannya.

"Mii, vitaminnya?" Sherina menghampiri sambil tertawa pelan. Membuat maminya Sadam itu tersenyum lebar menerima apa yang disodorkan gadis itu.

"Punya papi mana, Sher?" Pak Ardiwilaga menghampiri tempat Sherina meletakkan bawaannya.

"Non Sherina. Sarapan bapak sudah siap." Bi Asih memberitahukan setelah dia meletakkan pesanan gadis itu di meja teras tak jauh dari mereka.

Sherina tersenyum berterima kasih pada perempuan itu lalu menatap Pak Ardiwilaga. "Papi belum sarapan kan? Yuk, Sherina temenin." Katanya menggandeng lengan papinya Sadam.

"Tapi papi lagi males makan, Sher. Lagian minum vitamin kan nggak apa-apa meskipun belum makan?"

Sherina berpura-pura tak terima ketika dia mendudukkan pria tua itu di kursi. "Kata siapa? Vitamin itu bagusnya di konsumsi setelah makan biar penyerapannya lebih sempurna. Apalagi buat orang-orang seumuran papi sama mami nih."

Pak Ardiwilaga mencibir." Kamu mau bilang kita udah tua?"

"Eh, enak aja. Papi aja yang tua mami mah awet muda." Bu Ardiwilaga menatap suaminya tak terima. Perempuan itu kemudian melanjutkan aktifitas berkebunnya seolah dia tidak baru saja menyela obrolan suaminya.

"Pii, nggak baik loh keseringan skip sarapan itu. Kasian lambungnya."Sherina memotong ketika Pak Ardiwilaga tampak hendak membalas ucapan istrinya. "Lagian papi kalau gitu kesannya kayak nggak ngehargain mami yang udah capek-capek masak."

"Tuh dengerin kalau anaknya ngomong." Sekali lagi Bu Ardiwilaga menyela.

"Iya-iyaa." Papinya Sadam itu meraih sendok di depannya. "Susah emang kalau punya anak dokter begini. Semua harus sesuai aturan kesehatan." Katanya menggerutu membuat Sherina tertawa.

"Nggak harus jadi dokter kali, Pi kalau soal beginian." Balas Sherina meletakkan lauk di piring pria itu. Gadis tersebut tetap setia duduk disana ketika Pak Ardiwilaga mulai menikmati sarapannya yang terlambat. "Mi, ini kalau meja makan dipindah kesini seru kayaknya. Jadi tiap makan tuh bisa sekalian liat pemandangan luar."

Bu Ardiwilaga menghentikan kegiatannya. Menatap Sherina lalu menatap hamparan luas di depannya. Pemandangan yang langsung menghadap ke salah satu sisi perkebunan mereka. "Ide bagus tuh, Sher." Katanya bersemangat. "Gimana, Pi?"

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang