"Bahagia itu sederhana, melihatmu tersenyum saja sudah cukup membuatku bahagia bahkan membuat kenyang."
•Rayyan Ahsanul Ihsan•
•×☆ו
"Kenapa sih?" tanya Viora penasaran.
Bukannya menjawab pertanyaan Viora Nisa malah semakin mempercepat langkahnya, membuat Viora sedikit kesulitan mangimbangi langkah kaki Nisa yang manuntunnya, sampai akhirnya mereka berhenti di depan pintu gerbang sekolah.
Kadua alis Viora bertaut, ia langsung berlari ke luar setelah melihat sendiri kehadiran seorang wanita yang begitu familiar baginya, Rosalina-bunda Rayyan. Senyum semringah terpancar jelas diwajah cantiknya.
"BUNDA!" pekiknya sembari berlari kecil dengan tangan terlentang hendak memeluk.
"Bunda apa kabar? Bunda kok gak nemenin Rayyan?" tanyanya dengan nada bicara sedikit dimanjakan.
Rosalina ternyum manis mendengar pertanyaan dari gadis seumuran anaknya itu. "Bunda mah selalu baik. Kan Rayyan sama ayahnya, kamu gak dikasih tau?" tanyanya.
Viora menggeleng pelan, ia lalu mengalihkan perhatiannya pada sekeliling. Ia tengah menimbang-imbang kata yang akan ia ucapkan pada Rosalina, "Bun, Vio boleh tanya sesuatu?" tanyanya setelah beberapa saat.
"Tentu dong!" seru Rosalina.
"Apa Rayyan sakit Bunda?" tanyanya dengan tatapan penuh tanya.
Rosalina mengerutkan kening, ia bingung dengan pertanyaan hang diucapkan gadis di hadapannya.
Sepertinya, Rayyan belum menceritakan apapun pada Viora. Pikirnya.
"Bu Rosalina?" sapa seseorang yang baru saja datang dari arah belakang Viora dan Nisa.
"Wah, Bu Harni, ya?" tanya Rosalina.
"Tumben ke mari, pasti ada sesuatu ya?" ucap Harni sembari terus melangkah menghampiri Rosalina dengan senyum ramahnya.
Viora dan Nisa perlahan mundur memberi ruang untuk Harni dan Rosalina dengan senyum penuh rasa hormatnya.
"Iya, ada yang perlu saya bicarakan dengan wali kelas Rayyan dan juga Abah," jawab Rosalina kemudian.
Rosalina diam-diam bernapas lega karena kehadiran Harni membuat ia dapat mengalihkan perhatian Viora.
"Kalau begitu, mari saya antar. Mau sekarang kan?" tawar Harni dengan murah hati.
Rosalina mengangguk pelan sembari tersenyum mengiyakan. Kemudian ia menoleh pada Viora dan Nisa bergantian.
"Maaf ya, bunda pergi duluan. Nanti kita ngobrol lagi sepulang sekolah." ujarnya pada Viora.
Viora tersenyum tipis penuh rasa kecewa, namun bagaimana lagi bukan? Tidak mungkin ia memaksa Rosalina agar tetap bersamanya dan meminta ia untuk segera menjawab pertanyaan yang sudah lama ingin ia dengar jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Origami
Teen FictionViora tak pernah mengira jika perjuangan Rayyan bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Rayyan benar bersungguh-sungguh membuatkannya 1000 origami burung bangau, dengan harapan agar Viora kembali sembuh, walaupun ia sendiri tahu jika skoliosis yang...