"Pendendam adalah sifat burukku yang sulit dihilangkan. Sifat itu bukan hanya membuatku menjadi tokoh antagonis dimata orang lain. Namun, juga terkadang membuatku menjadi sosok antagonis menurut pribadiku sendiri."
•Mahardika Ramadhitya Pradaya•
•×☆ו
"Abang lo mau ngapain ke sini?" tanya Dhea sembari menengok ke arah Viora.
Viora tidak mendengarkan pertanyaan yang Dhea tujukan padanya, ia langsung berlari dengan langkah cepat meninggalkan Dhea dan Nisa.
Perasaan cemas menyelimuti hatinya, degup jantung yang kencang juga menandakan jika kini Viora tengah tidak baik-baik saja.
Memori diotaknya tengah menampilkan kejadian satu tahun silam.
Viora masih merupakan siswi kelas IX SMP yang tengah melaksanakan ulangan akhir semester saat itu.
"Waktunya lima belas menit lagi ya!" ucap Bu Meta-guru yang menjadi pengawas.
"Baik, Bu." Seluruh murid serempak menjawab.
Para siswa dan siswi peserta ulangan kembali berkutat dengan kertas ulangan masing-masing.
Begitu juga dengan Viora yang saat itu sedang sibuk menulis jawaban soal pada lembar jawaban.
"Permisi, Bu. Apa bisa bicara sebentar?" tanya Pak Rudy.
Bu Meta menangguk, ia berdiri dan menghampiri Pak Rudy yang berdiri di ambang pintu.
Entah apa yang mereka bicarakan hingga akhirnya memanggil Viora untuk segera membereskan semua alat tulis dan membawa semua barangnya keluar.
Setelah keluar kelas, Viora dihantar ke ruang guru, di sana sudah ada Banu-sepupu Viora dan juga Kania yang telah menunggunya.
Ketika melihat Viora, Kania langsung berlari memeluk sang adik.
"Kakak kenapa?" tanya Viora heran.
Kania terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Viora, ia tidak sanggup saat itu. Kemudian, seorang guru mendekat ke arah keduanya.
Ia menepuk pelan bahu Kania, mencoba menguatkannya. Namun Kania menggeleng kuat.
"Begini, Ayah kamu-,"
"Vio udah tau, Bu!" Viora memotong ucapan guru yang tengah mencoba menjelaskan keadaannya pada Viora.
Ia sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan ini. Viora berpikir jika, kondisi ayahnya saat ini mungkin kembali memburuk di rumah sakit. itulah sebabnya kakaknya sampai menjemputnya ke sekolah.
Ia dengan tegar mencoba tersenyum kepada semua orang di hadapannya.
Setelah lama Kania berbincang dengan para guru di sekolah Viora. Mereka pulang dengan dihantar oleh dua orang guru, karena khawatir akan terjadi hal buruk jika Kania yang mengendarai motor dengan keadaan yang kacau seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Origami
Novela JuvenilViora tak pernah mengira jika perjuangan Rayyan bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Rayyan benar bersungguh-sungguh membuatkannya 1000 origami burung bangau, dengan harapan agar Viora kembali sembuh, walaupun ia sendiri tahu jika skoliosis yang...