L.O 22 • PERLAHAN TERUNGKAP

182 146 53
                                    

"Pendendam adalah sifat burukku yang sulit dihilangkan. Sifat itu bukan hanya membuatku menjadi tokoh antagonis dimata orang lain. Namun, juga terkadang membuatku menjadi sosok antagonis menurut pribadiku sendiri."

•Mahardika Ramadhitya Pradaya•

•Mahardika Ramadhitya Pradaya•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•×☆ו

"Abang lo mau ngapain ke sini?" tanya Dhea sembari menengok ke arah Viora.

Viora tidak mendengarkan pertanyaan yang Dhea tujukan padanya, ia langsung berlari dengan langkah cepat meninggalkan Dhea dan Nisa.

Perasaan cemas menyelimuti hatinya, degup jantung yang kencang juga menandakan jika kini Viora tengah tidak baik-baik saja.

Memori diotaknya tengah menampilkan kejadian satu tahun silam.

Viora masih merupakan siswi kelas IX SMP yang tengah melaksanakan ulangan akhir semester saat itu.

"Waktunya lima belas menit lagi ya!" ucap Bu Meta-guru yang menjadi pengawas.

"Baik, Bu." Seluruh murid serempak menjawab.

Para siswa dan siswi peserta ulangan kembali berkutat dengan kertas ulangan masing-masing.

Begitu juga dengan Viora yang saat itu sedang sibuk menulis jawaban soal pada lembar jawaban.

"Permisi, Bu. Apa bisa bicara sebentar?" tanya Pak Rudy.

Bu Meta menangguk, ia berdiri dan menghampiri Pak Rudy yang berdiri di ambang pintu.

Entah apa yang mereka bicarakan hingga akhirnya memanggil Viora untuk segera membereskan semua alat tulis dan membawa semua barangnya keluar.

Setelah keluar kelas, Viora dihantar ke ruang guru, di sana sudah ada Banu-sepupu Viora dan juga Kania yang telah menunggunya.

Ketika melihat Viora, Kania langsung berlari memeluk sang adik.

"Kakak kenapa?" tanya Viora heran.

Kania terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Viora, ia tidak sanggup saat itu. Kemudian, seorang guru mendekat ke arah keduanya.

Ia menepuk pelan bahu Kania, mencoba menguatkannya. Namun Kania menggeleng kuat.

"Begini, Ayah kamu-,"

"Vio udah tau, Bu!" Viora memotong ucapan guru yang tengah mencoba menjelaskan keadaannya pada Viora.

Ia sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan ini. Viora berpikir jika, kondisi ayahnya saat ini mungkin kembali memburuk di rumah sakit. itulah sebabnya kakaknya sampai menjemputnya ke sekolah.

Ia dengan tegar mencoba tersenyum kepada semua orang di hadapannya.

Setelah lama Kania berbincang dengan para guru di sekolah Viora. Mereka pulang dengan dihantar oleh dua orang guru, karena khawatir akan terjadi hal buruk jika Kania yang mengendarai motor dengan keadaan yang kacau seperti ini.

Love Origami Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang