"Bahagianya ramai, menderitanya sepi."
•Viora Kahla Karissa•
"Maksud Abang apa?" tanya Viora kebingungan.
Viora sudah tahu masalahnya karena mendengar perkataan Edy tadi. Namun, ia pertanyakan karena takut jika ia salah paham.
"Viora," gumam Edy sambil berdiri tegap menatap Viora yang terlihat tengah terkejut.
"Maksud Abang apa? Jawab, Bang!" gertak Viora tak sabar.
Edy berjalan mendekat ke arah Viora, bukannya menjawab, Edy malah membungkuk untuk mengambilkan tas ransel Viora yang terjatuh, lalu menarik sebelah lengan Viora agar ia mengikutinya.
"Ikut Abang, kita ngobrol di atas," pinta Edy sambil terus berjalan, dengan sesekali menoleh ke arah Emira yang masih duduk dikursi dengan pipi yang sudah basah.
•×☆ו
Edy menjelaskan semuanya kepada Viora, meski dengan perasaan bersalah.
Viora menatap Edy dengan serius, ia dapat melihat dengan jelas rasa sedih, bersalah dan juga penderitaan dalam matanya.
Viora meraih kedua tangan Edy dan menggenggamnya, "Vio tau Abang salah. Tapi, Vio juga tau kalo Abang lakuin itu buat keluarga kita, bukan buat diri Abang sendiri, kan? Abang gak usah khawatir, Vio bakal ikut bantu Abang buat lunasin semua hutang." Viora mencoba meyakinkan Edy saat ini, meskipun ia sendiri ragu, apakah ia bisa membantu Edy?
Edy tersenyum, senyum yang terlihat dipaksakan. "Maafin Abang io," ucap Edy sembari menatap Viora dengan sendu.
•×☆ו
"Ini bayaran buat jasa lo. Thanks ya, karena lo udah ikut andil dalam rencana gue buat hancurin keluarga Viora," ujar Tifani sembari menyerahkan amplop cokelat berisi uang pada seorang pemuda berjaket hitam.
"Sama-sama. Nanti kalo ada job lagi, kabarin gue ya!"pinta pemuda tersebut sembari menaikan satu alisnya.
Ia langsung berjalan menjauhi Tifani setelah urusannya selesai.
"Keluarga gue menderita karena bokap lo, dan sekarang keluarga lo yang akan menderita," ucap Tifani sambil tersenyum tipis.
Ia begitu merasa bangga setelah mengetahui rencananya berjalan dengan baik.
•×☆ו
"Kringg... Kringg... Kriiingggg...." Bel sekolah berbunyi nyaring tepat pukul 08.00 pagi.
Semua murid berhamburan masuk ke dalam kelas, namun lain halnya dengan Viora. Ia masih santai memakan bubur ayam yang Dhea belian beberapa menit yang lalu.
"Lo makan udah kayak orang gak di kasih makan dua hari, Ra!" ucap Nisa sembari membukakan botol minum kemasan yang masih tersegel.
"Gue belum makan dari semalem, laper!" keluh Viora sembari berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Origami
Teen FictionViora tak pernah mengira jika perjuangan Rayyan bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Rayyan benar bersungguh-sungguh membuatkannya 1000 origami burung bangau, dengan harapan agar Viora kembali sembuh, walaupun ia sendiri tahu jika skoliosis yang...