"Apa salah jika aku merasa risi melihat orang yang kusayang, datang padaku namun bersama pria lain?"
•Rayyan Ahsanul Ihsan•
•×☆ו
Sudah hari ketiga sejak drama penyakit Rayyan yang baru diketahui oleh Rosalina dan juga Rayyan. Kondisi Rayyan kini sudah berangsur membaik. Ia sudah bisa tertawa dan berbicara panjang lebar ketika diajak mengobrol.
Hanya saja, Rayyan sudah merasa bosan dengan aroma Rumah sakit yang selalu menemaninya setiap hari.
Ia bosan dengan suasana Rumah sakit yang malah membuatnya merasa kalang kabut sendiri.
Meskipun bunda dan neneknya selalu bergantian menemaninya, terkadang juga Rosalina mengajak Alana yang membuat suasana menjadi terasa ramai dan ceria. Tetap saja menurut Rayyan, lebih baik berada di Rumahnya daripada di Rumah sakit.
"Bunda, Rayyan pulang hari ini kan?" tanya Rayyan pada bundanya yang tengah sibuk mengemas baju milik Rayyan.
"Iyalah, ini Bunda lagi beresin baju kamu," jawab bundanya tanpa berpaling sedikitpun, tetap fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan.
"Yes! Berarti, besok Rayyan udah bisa beli uduk di Bu Asri lagi," ujar Rayyan dengan penuh semangat.
Rosalina menoleh, melihat Rayyan begitu semangat ketika berbicara seperti itu membuatnya terkekeh pelan sambil geleng-geleng kepala, bisa-bisanya Rayyan semangat sekolah hanya karena ingin membeli uduk.
"Gak boleh, tunggu sampai kondisi badan kamu bener-bener pulih dulu, baru boleh sekolah!" ucap Rosalina dengan tegas.
Sedangkan Rayyan langsung terdiam, ingin mengeluh tapi takut jika ia langsung diberi ultimatum dan petuah dari bundanya.
Semakin lama terdiam ia jadi teringat jika dia belum mengabari satupun teman dan gurunya setelah berhari-hari tidak masuk sekolah.
"Aduh, sial!" umpat Rayyan pelan.
Rosalina kembali menoleh, menatap heran pada anaknya yang baru saja mengumpat.
"Bun, Rayyan lupa kalo belum ngabarin guru sama temen-temen Rayyan di sekolah, gimana ya?" tanya Rayyan dengan lesu.
Ia benar-benar takut raportnya akan merah lagi di semester kedua ini. Bagaimana jika ancaman guru-guru itu benar terjadi, jika Rayyan tidak akan naik kelas.
"Tenang aja, Bunda udah ngabarin Fahmi kok. Katanya hari ini dia juga mau jengukin kamu loh," ujar Rosalina dengan tenang sambil tersenyum pada Rayyan.
Rayyan merasa lega, ia bersyukur karena ada bundanya saat ini. Selama di Rumah sakit, Rayyan tidak memegang ponselnya, karena dilarang oleh sang bunda.
Rayyan terkadang merasa heran, kenapa setiap kali dia sakit, nenek dan bundanya selalu memarahi Rayyan dengan alasan yang sama, karena ponsel.
Seperti ketika satu bulan yang lalu ketika Rayyan mengeluh sakit gigi pada neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Origami
Ficção AdolescenteViora tak pernah mengira jika perjuangan Rayyan bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Rayyan benar bersungguh-sungguh membuatkannya 1000 origami burung bangau, dengan harapan agar Viora kembali sembuh, walaupun ia sendiri tahu jika skoliosis yang...