Bab 7 : Keputusan

1.7K 245 30
                                    

Suara patwal yang mengiringi mobil di depan Aro menjadi garda terdepan mempercepat jarak tempuh yang harus dilewati Aro. Singkatnya waktu perjalanan membuat Aro tidak terasa bahwa ia sudah sampai Kota Bandung hanya dengan menghabiskan waktu sekitar satu jam lebih.

Aro tidak langsung menemui Nabila dalam sebuah acara, ia lebih dulu mengistirahatkan tubuhnya kemudian melanjutkan kembali zoom meeting yang harus ia lakukan di dalam kamar hotel.

Sebenarnya pekerjaan Aro akhir-akhir ini sangat padat, ia cukup kelelahan dengan semua jadwal yang mengharuskan dirinya bertemu banyak orang dalam musyawarah pengambilan keputusan atas proyek besar hotel anyar yang tengah ia garap di kota kelahiran, Bali.

Tapi tekad kuat untuk kembali membangun komunikasi baik dengan Nabila juga jauh sama berartinya untuk dirinya. Hatinya sudah ia putuskan untuk kembali memulai perjuangan cintanya, ia tidak ingin membuang waktu lebih banyak lagi.

Bagi Aro resiko pekerjaan yang menguras tenaga kemudian harus terbagi lagi perhatiannya dengan Nabila, itu bukan masalah besar, Aro akan menerima resiko tersebut, ia mau memperjuangkan apa yang menurut ia benar, bagaimanapun caranya.

"Paul, kamu sudah di Jakarta lagi?" tanya mamah jauh di sebrang panggilan.

"Iya mah, Paul ada kerjaan di Jakarta, maaf Paul lupa kasih kabar sama mamah, mamah sehat kan?" tanya Aro.

"Sehat, mamah baik-baik aja, cuma mamah kesepian, Rania juga udah lama gak pernah main lagi, kalian baik-baik aja kan?" tanya mamah.

Aro menghentikan tarian jari-jarinya pada keybord. "Mamah telpon Rania, dia bilang sedang sibuk, sama kaya kamu," tambah mamah.

Aro menganggukkan kepala berat, ia mengusap punduknya mandiri. "Mah, Pauli masih banyak kerjaan, nanti Paul hubungin lagi ya," putus Aro.

Hembusan nafas kasar Aro ia keluarkan sembarangan. Matanya jatuh memandang kedepan kaca jendela yang memperlihatkan langit Bandung yang tengah menguning keemasaan.

"Nabila, kalau aku harus menetang ibuku, aku tidak masalah Nab, asal kita kembali bersama lagi," monolog Aro.

Gawai milik Aro kembali berdering, nama pengawal yang ia perintah untuk menjaga Nabila menghubunginya.

"Bagaimana? sudah ketemu dimana alamat dia manggung?" tanya Aro.

"Maaf pak, sampai sore ini saya belum bisa mendapatkan info, acara yang dihadiri Nabila, terhitung acara Privet, jadi kerahasiaan cukup ketat pak," Jawab Pengawal Aro bernama Tedi.

"Kirimkan saya nomor Bunga managernya sekarang," pinta Aro.

"Baik pak."

Selesai mendengar jawaban ajudan, Aro segera menutup panggilan, kemudian menunggu nomor Bunga untuk di kirim kepadanya. Aro sebenarnya malas sekali berhubungan dengan orang picik seperti Bunga, hanya saja ia tidak punya pilihan lain.

Kalau saja Nabila mau mengangkat panggilannya? Aro mungkin tidak kesusahan seperti sekarang untuk menghubungi dirinya.

Hitungan menit berlalu akhirnya Aro mendapatkan nomor yang ia inginkan, Aro segera menekan nomor milik Bunga.

"Hallo,"

"Hallo."

"Paul," panggil Bunga terdengar kaget hanya karna ia kembali menghubunginya. Tidak lama, ia segera bertanya maksud Aro menghubunginya. "Ada apa?"

Jujur saja, Aro berat sekali berucap kata -kata baik pada orang yang tengah ia hubungi, namun ia hanya memiliki akses keberadaan Nabila dari dirinya. Dengan sangat terpaksa Aro harus berpura-pura seolah tidak terjadi apapun diantara keduanya.

Titik Temu (All About Aro S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang