"Kenapa?"
"..."
"Sekarang Dimana?"
"..."
"Bunga?"
"..."
"Kamu atur saja, jangan sampai mereka datang kesini. Dan satu hal lagi," jeda Aro. "cari tahu ada hubungan apa keduanya."
Usai mengangkat panggilan, Aro melirik kembali kamar Nabila, perasaannya cukup cemas jika Nabila akan terbangun, lalu turun ke bawah untuk menemui Zaky di lobby.
Yah, kalian tidak salah dengar, Zaky sekarang ada di Lobby Aparteman Nabila, orang suruhan Aro sendiri, Tedi, baru saja melaporkannya lewat sambungan telpon. Tidak sendiri, laki-laki yang berprofesi sebagai Dokter umum di salahsatu Rumah Sakit Swasta Daerah Jakarta itu, ia tidak datang sendiri, melainkan ia di dampingi oleh Assisten Nabila, siapa lagi kalau bukan Bunga.
Kata Tedi, kedatangan Zaky hanya untuk mengantarkan makanan, namun beruntung segera ditahan oleh Tedi yang berpura-pura menjadi security baru, untuk mengalangi niat Bunga dan Zaky.
Entah bagaimana cara Tedy mengelabui keduanya, akan tetapi berita Zaky yang berniat datang berkunjung malam-malam ke Aparteman Nabila cukup membuat Aro terkejut, apalagi kedatangannya di dampingi oleh Bunga.
Kalau Zaky berniat membawa makanan, kenapa harus sampai Bunga ikut juga? apalagi di malam-malam seperti ini, tentu itu patut untuk dicurigai ada hubungan apa diantara keduanya. Lagipula untuk apa Zaky berbuat sok baik, dengan mengirim Nabila makan malam-malam, tidak sopan.
Mendapat kabar Zaky akan datang berkunjung membuat Aro sepanjang malam gelisah, perasaannya dihinggapi penuh ketakutan kalau Zaky dan Bunga berhasil melewati Tedi, orang suruhannya untuk menghalangi keduanya. Maka dari itu ia memutuskam untuk tidak tidur semalam suntuk.
Dua, tiga cangkir kopi berhasil menemani Aro sepanjang malam, sambil sesekali Aro bekerja dari balik ponsel pintarnya. Menjelang pagi, mata Aro sudah tidak bisa diajak kompromi, tepatnya sebelum waktu Adzan berkumandang Aro baru bisa tertidur lelap dengan tenang tanpa harus takut Zaky akan datang secara mendadak. Sialnya, baru beberapa jam ia tidur, suara seorang wanita berhasil membangunkan tidur lelapnya, Bunga.
Yah, Bunga pagi sekali ia datang bertamu ke Aparteman Nabila, dari raut wajahnya terbaca ia tampak terkejut karna melihat Aro ada ditempat yang sama bersama anak asuhnya.
"Paul Bangun," tangan kanan Bunga mengoyangkan tubuh Aro. "Paul," lagi suara itu masuk kedalam daun telinga Aro.
Kesal karna tak kunjung bangun, Bunga tampak hendak beranjak menemui Nabila, tapi gadis itu lebih dulu keluar dari kamarnya.
"Ka Bunga," panggil Nabila cemas, hal itu berhasil memancing Aro bangun. Pelan - pelan netranya terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk pada indera pengelihatannya. "Paul bangun," panggil Nabila dari tempat ia berdiri.
"Ada apa ini Nab? kenapa bisa Paul disini?" tanya Bunga to the point.
"Ka, aku bisa jelasin."
"Kamu biarin dia masuk?" tanya Bunga lagi.
Aro yang sudah terbangun dengan nyawa setengah sadar ikut angkat bicara. "Aku menginap bukan urusan ka Bunga, ini adalah ruang privasi kami berdua, ka Bunga tidak perlu ikut campur."
Mendengar jawaban dari Aro, Bunga melirik tajam Aro begitupun Nabila. Bola mata kedua perempuan di depan Aro ini menghunus tajam, memberi peringatan. Mata Bunga seolah mengatakan, "Berani sekali kamu Paul." Sedangkan mata Nabila memperingati untuk "Diam Paul."
Aro menghela nafas kasar, mengacak belakang rambutnya, suasana hatinya pagi ini sangatlah buruk, semalaman ia sudah bekerja keras sambil begadang demi menjaga Nabila dari dua mahluk tidak berguna, paginya ia sudah menampakkan wajahnya tepat di depan Aro, benar-benar mimpi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu (All About Aro S2)
Fanfiction[Sebelum Baca Follow Dulu] Hai, perkenalkan dia adalah Nabila, perempuan cantik asal Banda Aceh, dia sudah menghilang selama lima tahun, namun sekarang aku berhasil menemukannya lagi. Dia semakin cantik saja, apalagi saat ia tersenyum, tau kenapa...