Sekian lama, Aro akhirnya bisa merasakan tidur dengan sangat pulas, biasanya Aro sering terbangun malam, berujung ia menjadi begadang, tapi malam ini, Aro tidur dengan sangat damai, layak orang mati.
Ia malas untuk terbangun, kalaupun bangun ia ingin Nabila yang membangunkan dari tidurnya. Bisa dibayangkan kan bagaimana matanya terbuka, kemudian melihat wajah Nabila, sudah pasti harinya akan sangat menyenangkan.
Baiknya Tuhan, baru saja Aro memohon keinginannya. Nabila, gadis itu sudah duduk dekat dengannya sambil menepuk nepuk pipi Aro pelan.
"Paul bangun," tegurnya.
Aroma wangi dari tubuh Nabila menguar dipenciuman Aro. Mata Aro menyipit, perlahan mencoba membuka dengan menyesuaikan pencahayaan yang masuk pada retinannya.
Wajah Nabila memang menjadi orang pertama yang ia lihat, akan tetapi yang membuat Aro heran adalah ada satu sosok laki-laki berjas putih berada disamping gadis itu.
Pikir Aro itu adalah malaikat pencabut nyawa, untungnya bukan, dia adalah seseorang berkeahlian khusus di bidang kesehatan, dia Dokter.
Telinga Aro ia gunakan tajam mendengarkan dua orang dewasa di depannya berbincang, mulanya hanya pembahasan biasa soal luka yang ada pada wajah Aro, akan tetapi semakin lama, Aro semakin curiga pada keduanya akibat obrolan keduanya sangat tampak akrab sekali.
Hei, Aro ini bukan orang bodoh ataupun orang buta, ia bisa melihat serta merasakan bagaimana keduanya berinteraksi bukan hanya sebatas Dokter dan pasien melainkan dua orang dewasa yang tengah menjalin kedekatan. Apalagi laki-laki berjas puyih ini, Aro ini laki-laki hanya dengan gerak-gerik sederhana pun, Aro tau jika ia menyukai Nabila.
"Zak, ini Paul." Nabila memperkenalkan kami berdua. Sang Dokter tersebut memberi salam perkenalan, segera Aro membuang wajah. Terlihat sangat kekanak-kanakan memang, tapi siapa yang peduli, Aro tidak suka dia ada disini.
Lagipula, kenapa juga Nabila bisa seakrab itu sih? mana manis banget lagi perlakuannya, bohong kalau hati Aro tidak meradang menahan cemburu, Aro sangat cemburu. Nabila adalah miliknya, itu berarti siapapun tidak ada yang boleh mendekatinya, termasuk Dokter Zaky sialan itu.
"Ini resepnya." Zaky menyerahkan catatan resep obat yang harus dibeli.
"Makasih ya," tutur Nabila manis sekali.
Aro berjengkit memandang tidak percaya. "Apa-apaan gadis ini." batinnya kesal.
"Sama-sama, kalau begitu aku pamit ya, aku ada dines pagi." Zaky memberitahu.
"Gak mau sarapan dulu?" lagi Aro dibuat kesal akan pertanyaan gadis disampingnya ini, kenapa harus perhatian begitu si? Sungguh Aro tidak bisa menerimanya sama sekali.
"Gak usah, aku sarapan di Rumah Sakit aja, tapi jangan lupa nanti, kamu gak lupa kan?"
Aro mengernyitkan alisnya penasaran. "Apa maksudnya?" pikir Aro. "Apa yang dibicarakan mereka? sedang membuat janji begitu? Aro tentu harus mengetahuinya.
"Enggak, ayo aku antar," Nabila menawarkan diri. Sangat menguji kesabaran Aro.
Keduanya beranjak, melupakan Aro yang seperti orang bodoh ditengah perbincangan keduanya. Aro ikut beranjak dari duduk, memantau keduanya dari jarak yang jauh.
Sudah menutup pintu, Aro cepat bergerak melangkah mendekati Nabila.
"Siapa?" tanya Aro tidak sabaran.
"Paul, ngagetin," keluh Nabila.
Tidak menanggapi, Aro kembali bertanya. "Siapa? aku tanya."
"Kamu gak denger, nama dia Zaky, dia Dokter."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu (All About Aro S2)
Fanfiction[Sebelum Baca Follow Dulu] Hai, perkenalkan dia adalah Nabila, perempuan cantik asal Banda Aceh, dia sudah menghilang selama lima tahun, namun sekarang aku berhasil menemukannya lagi. Dia semakin cantik saja, apalagi saat ia tersenyum, tau kenapa...