Bab 5 : Maaf Rania

1.8K 215 24
                                    

"Bang, suruh Krisna urus kantor dulu, selagi gue gak ada, suruh dia ke kantor buat mantau kerjaan karyawan, sambil lo liatin bang, dia bener gak urus, urusan kantor, gue belum bisa pulang, ada yang harus gue selesaikan dulu," tutur Aro pada Bang Nendi di ujung sebrang telpon.

"...,"

"Urusan investor dari Jakarta, biar gue urus semua disini, gue bakal sewa kantor disini untuk beberapa bulan, biar memudahkan kita buat ketemu clinte lain."

"..."

"Lo tenang aja bang, gue bisa handle semuanya disini, kalau pun ada apa-apa gue pasti hubungin lu bang," sambung Aro.

"...,"

"Gue pantau kerjaan gue dari Jakarta bang, lo tenang aja, semua cctv kantor dan berkas yang gue butuh, udah gue suruh Nina buat bawa ke Jakarta, gue mau semuanya cepet beres bang."

"...,"

"Yah, gue usahain semuanya cepat beres, lo tenang aja, gue pasti bolak balik Bali-Jakarta untuk memastikan semuanya aman, sorry bang, lo harus kerepotan atas masalah yang ada, gue titip mamah, tolong jangan sampai dia tau apapun kabar diluar tentang gue," pinta Aro.

"..."

"Oke bang, makasih." Aro menutup panggil.

Kembali tangan Aro memantik api pada gulungan baru rokok yang sudah memasuki diatas angka 10 batang dalam sekali duduk.

Dalam keheningan Aro bertengkar dengan pikiran dirinya sendiri, ada banyak pertanyaan yang tidak bisa ia jawab oleh dirinya sendiri, perasaannya kembali berada dalam kebimbangan tidak berujung.

Suasana semacam ini membuat Aro tampak menyedihkan, sendiri di rumah yang sudah ia siapkan dahulu untuk seseorang yang sudah pergi meninggalkannya, membuat ia tenggelam dalam penyesalan seumur hidup.

Kesendirian, penyesalan hingga trauma di masa lalu membuat Aro harus menarik diri dari dunia hiburan, ia ingin tenang dalam menjalani hidup, maka dari itu Aro beralih pekerjaan dengan berbisnis, namun seakan Tuhan tidak mengampuni apa yang sudah menjadi kesalahannya di masa lalu.

Beralihnya pekerjaan Aro, tidak membuat ia terbebas dari dosa yang sudah dirinya lakukan, ia selalu memikul rasa bersalah, penyesalan, dan rindu sampai hari ini.

Dirinya sudah lelah dengan semua perasaan yang ia miliki sendirian, sejak lama, hatinya bergerak ingin memulai kembali semua dari awal, ia ingin memperbaiki apa yang sudah menjadi kesalahannya di masa lalu.

Tapi rencana, tetaplah rencana, Tuhan rupanya tidak semudah itu memberikan apa yang diharapkan, dirinya kembali bertemu pada apa-apa yang menjadi penyesalannya sepanjang hidup.

Nabila, gadis asal Aceh itu, datang kembali dalam hidupnya dengan semua perubahan yang ia bawa. Jujur saja, Aro tidak menerima berubahan sikap Nabila untuk dirinya, tapi jika dipikir ulang, bagaimana mungkin Nabila tidak berubah? Dia dengan perjalananya selama lima tahun tidak bertemu dengan dirinya memiliki hidupnya sendiri, begitupun dengan Aro.

"Nabila... Nabila...," tutur Aro pelan.

Akhir-akhir ini kepalanya kembali terisi penuh oleh seorang nama, Nabila. Aro tidak bisa berkonsentrasi pada apa yang sedang ia kerjakan, pikirannya selalu ingin memikirkan Nabila, ia selalu ingin dekat dengan gadis itu, dan hatinya, selalu terasa penuh terisi oleh rindu-rindu yang ia peluk selama ini.

Hingga dirinya kembali harus mempertaruhkan perasaannya pada gadis asal Buleleng Bali, Rania. Aro melupakan gadis yang hampir selama enam bulan terakhir ini mengisi hari-harinya.

Ia datang saat orang tuanya terus meminta Aro untuk menikah, membuat Aro sedikit pusing bagaimana mengabulkan permintaan sang ibu, beruntung ketika itu Rania kembali hadir dalam kehidupannya, membuat sang ibu sedikit mau bersabar atas hubungan sang anak yang kembali terjalin untuk saling mengenal lagi.

Titik Temu (All About Aro S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang