Bab 19 : Padahal bercanda

1K 238 30
                                    

Haii, aku kembali...
Do'akan agar konsisten yaa huhuh.

Makasih yang udah nunggu, aku baca komen kalian juga, makasi yaa

Alhamdulilah aku baik-baik saja, maaf telah membuat menunggu lama ya,

Semoga suka part ini yaa, maaf kalau banyak typo.

Nikmatin ceritanya ya, jangan lupa juga tinggalin jejak dengan tekan tombol bintang dan komen soal part ini.

Makasi atas attensi-nya
sehat sehat kalian, luv banyak

see you

Tinggalin jejak dulu, kenapa suka titik temu?

Langit biru Bali sudah membentang sempurna diatas sana, permadani putih biasa menggumpal kini hanya tersisa menjadi garis-garis lurus. Retina Aro kembali ia turunkan memandangi tanah yang sedang ia pijaki. Sesekali kakinya bergerak kecil menendang batu krikil di depannya, sesekali juga ia berenti dari langkah kakinya hanya untuk memandangi sekitar.

Rimbunnya pepohonan yang tertiup angin, lembabnya tanah, atau riuhnya deburan obak adalah obat gratis untuk Aro selama ini. Tidak dipungkiri, yang orang lain ketahui tentang dirinya ketika Aro tengah berada dalam suasana sedih, gelisah, cemas, takut, khawatir atau senang sekalipun ia suka melampiaskan-nya pada minuman beralkohol dan rokok. Namun, yang tidak orang ketahui hal lainnya ialah Aro juga suka sekali dengan alam. Jika Aro memiliki waktu yang cukup lama untuk beristirahat, dirinya bisa seharian berada di luar rumah untuk menikmati alam seorang diri. Aro bisa pergi mendaki bukit kecil sekitar Bali, bisa pergi ke air terjun, bisa camping seorang diri, bisa naik sepeda seharian tanpa ditemani, atau bisa hanya berjalan disekitar pantai dekat rumah sampai ia merasa bosan.

Menurutnya keramaian memang menyenangkan, tapi bukan obat. Sebaliknya, keheningan memang sepi tapi dapat membasuh peluh-peluh sakit yang tidak bisa Aro obati. Sedikit mendramatisir keadaan, tapi begitulah Aro, ia lebih mengerti banyak hal ketika ia sendiri, ia bisa menguraikan isi kepalanya dengan hanya memandangi langit, pantai, atau senja pada waktu sore.

Aro berharap masa-masa sendiri ini segera selesai, mengikuti berjalannya waktu, dirinya juga ingin ada seseorang yang menemani kegiataanya, menyukai hobbynya atau sekedar ia bisa membagi pengalamannya setelah berpetualang diluar rumah. Sederhana, tapi sampai hari ini Aro belum mampu mendapatkan orang yang dirinya butuhkan.

Kelak, dimasa mendatang semoga harap-harap yang tak tersampai oleh lisan, tak terjangkau oleh pikiran, serta tak tersentuh oleh hati berbuah menjadi doa-doa baik yang akan menemani Aro disepanjang hidupnya. Kalaupun harapan-harapan itu tidak menjadi nyata, setidaknya dia sudah menjadi doa baik yang Aro ingin untuk diri sendiri.

Belum puas melamun, deringan panggilan menyadarkan Aro. Nama gadis yang semalam ia hubungi, kini berbalik menghubunginya. Tidak ingin membuat gadisnya menunggu, ia segera mengangkat panggilan.

"Tumben nelpon duluan?" tanya Aro.

"Paul, di Apart aku ada bapak-bapak pemadam kebakaran, kamu betulan yang suruh?" tanya Nabila cepat.

Jari-jari Aro ia selipkan pada tiap helai rambutnya yang terbawa oleh angin sambil bibirnya mengukir senyum kecil. Itu berarti, Tedi orang yang ia percaya, mengerjakan perintahnya dengan baik. Terbukti petugas pemadam kebakaran datang ke Aparteman Nabila untuk mengurusi ikan Koi yang sudah mati.

"Coba aku liat," pinta Aro mengalihkan panggilan suara menjadi panggilan video call yang disetujui oleh Nabila. Beberapa detik kemudian Aro bisa melihat dua Bapak-Bapak bertubuh tinggi tegap datang memasuki ruang tengah Aparteman Nabila. Keduanya untuk beberapa detik tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, mimik wajah yang sudah bisa Aro baca meski hanya melihat dari layar Handphone.

Titik Temu (All About Aro S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang