Pada hari dimana Nabila menghubungi Aro lebih dulu, dirinya sengaja menutup panggilan Nabila, ia ingin melihat bagaimana Nabila berusaha untuk menghubunginya lagi, karna jujur saja, saat-saat itu dinantikan sekali oleh Aro. Tapi, tampaknya harapan Aro harus pupus begitu saja, gadis itu tidak menghubunginya lagi.
Kecewa sudah pasti, perkiraannya soal Nabila selalu tidak tertebak, dunia Nabila yang ia temui saat dirinya berumur tujuh belas tahun, berbeda jauh dengan Nabila yang ia temui di umurnya yang sekarang. Barangkali Aro bukan lagi prioritasnya, tapi apakah Aro sudah benar-benar dilupakan oleh Nabila?
Pertanyaan-pertanyaan semacam inilah yang membuat Aro gelisah setiap harinya, ia butuh penenang atas pertanyaannya sendiri, maka dari itu ia menugaskan seseorang untuk membututi Nabila, sejauh ini Tedi bekerja dengan baik, ia selalu berkabar atas kegiatan sehari-hari Nabila. Kecuali, yang tidak bisa Tedy tangkap kegiatan Nabila saat berada di Aparteman pribadi.
Aro tahu dirinya salah berbuat demikian, tapi untuk saat ini satu-satunya cara agar perasaannya dalam keadaan baik-baik saja saat berjauhan dengan Nabila, ia butuh mata lain untuk membantunya menjaga Nabila. Ia harap, Tedi dalam melakukan penyamarannya sebagai apapun tetap aman, karna jika sampai Nabila mengetahui, habislah Aro oleh Nabila.
Jari-jari panjang Aro ia ketukkan berkali-kali diatas meja, dirinya tengah menimang untuk menghubungi Nabila di jam malam seperti sekarang, tepatnya pukul dua puluh tiga lebih dua puluh. Aro harap Nabila belum tidur, agar ia tidak mengganggu gadis itu, tapi kalau semisal belum tidur-pun ia harap waktunya akan panjang bersua dengan Nabila, Aro benar-benar rindu sekali.
"Coba kali ya," gumam Aro.
Debaran-debaran di dada Aro tidak bisa dibohongi, ia sangat berharap banyak kalau panggilannya akan berdering, lalu Nabila berbaik hati mengangkat panggilan dirinya, di jam malam seperti ini. Melihat pemberitahuan berdering, Aro mengangkat bibirnya kecil, itu berarti Nabila belum tidur. Tapi, sampai dering pertama berakhir Nabila tidak kunjung mengangkatnya. Desahan nafas berderu mengisi ruangan kerja Aro.
"Tumben tidur ga matiin Handphone," monolog Aro.
"Coba lagi kali ya." Ditekan kembali panggilan untuk Nabila, ia harap panggilan kali ini gadis itu segera mengangkatnya, sebelum ia menyuruh Tedi untuk memeriksa keadaan Nabila dalam keadaan baik-baik saja. Panggilan kedua, sama hasilnya, sama sekali tidak ada jawaban. Hal itu membuat Aro kesal, serta bertanya-tanya ada apa dengan gadisnya itu?
Tidak ingin terus dalam perasaan gelisah, Aro cepat mencari nomor Tedi, ia harus segera mencari jawaban Nabila sudah tidur atau belum. Ia tidak ingin terjadi apapun dengan gadis itu, meski ia sudah mengetahui kabar terakhir dari Tedi kalau sejak jam delapan malam tadi, Nabila sudah sampai di Apartemannya dengan aman.
Suara panggilan pada Tedi bertuliskan memanggil, membuat Aro makin kesal, ia sudah buntu, harus kepada siapa ia mencari tahu keadaan Nabila sekarang. Beruntungnya satu notifikasi pesan dari orang yang sedang ia tunggu, pada akhirnya muncul juga.
"Ada apa?"
Sebuah senyuman terbit sempurna di bibir Aro, tanpa menunggu lama, Aro segera melakukan panggilan pada Nabila. Sebelumnya, Aro mengatur nafasnya terlebih dahulu untuk menetralkan perasaannya. Tidak menunggu lama, deringan Aro kali ini segera Nabila angkat.
"Kenapa?" pertanyaan dengan nada suara ketus menjadi pembuka. Walaupun begitu, Aro tidak marah, ia justru senang, dirinya bisa kembali mendengar suara Nabila yang lembut.
"Ko diem, kalau gak ada suaranya aku tutup," ancaman dari Nabila membuat matanya membulat cepat. Gadis ini benar-benar seenaknya, sudah Aro yang menghubunginya lebih dulu, ia dengan sangat mudah memutus panggilan suara seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu (All About Aro S2)
Fanfiction[Sebelum Baca Follow Dulu] Hai, perkenalkan dia adalah Nabila, perempuan cantik asal Banda Aceh, dia sudah menghilang selama lima tahun, namun sekarang aku berhasil menemukannya lagi. Dia semakin cantik saja, apalagi saat ia tersenyum, tau kenapa...