04‐ LULUH

68 1 0
                                    

"Kakak kenapa sih, pergi begitu saja. Saat kau melihat Kakak Yusen yang ternyata Polisi? Kenapa Kak? Apakah Kakak masih benci dengan Polisi?!" emosi Mia.

"Kau tahu tidak sih perasaan Kakak bagaimana? Kakak benci, benci di tinggal oleh Ayah dari dulu. Kakak ingin merasakan sosok Ayah di hidup Kakak, Kakak ingin seperti orang lain yang di antar jemput oleh Ayah nya. Kakak tak pernah merasakan itu dari kecil Mia," tangis Alin pecah di hadapan Mia.

Omong-omong mereka berada di ruang keluarga.

Ibu nya pun melihat Alin dan Mia sedang berada di Sofa, tetapi ia melihat Alin sedang menangis.

Ia pun menghampiri nya. Setelah itu, ia duduk di sebelah Alin.

"Alin, kau mengapa menangis?" tanya Leonar sambil memeluk Anak pertamanya itu.

"Hiks...Ibu aku ingin merasakan sosok Ayah di hidup aku, aku dulu iri melihat orang lain yang diantar jemput oleh Ayah nya saat sekolah dan sampai sekarang. Aku juga ingin seperti itu Bu, kenapa Bu? Kenapa Ayah sampai sekarang belum juga pulang Bu. Aku ingin sekali melihat wajah Ayah secara langsung, tetapi sekarang sudah terlanjur. Sekarang aku benci dengan Ayah, Aku benci!" Alin pun melepas pelukan dari Ibu nya itu. Setelah itu, Alin pun pergi menuju keluar rumah.

"Alin, kau mau kemana?!" panggil Leonar, tetapi hasil nya nihil. Alin pergi tak tahu kemana.

Tangis Leonar pun pecah dan ia menunduk.

"Sayang, Anak-anak mu merindukan mu tolong lah kau pulang. Hiks..." Mia pun memeluk dan menenangkan Leonar.

....

"Ayah, Ayah aku benci dengan mu. Aku benci!" Alin frustasi dan mengacak-acak rambut nya bercampur emosi dan air mata nya kembali menetes.

Tiba-tiba ada seorang pria menghampiri Alin yang sedang duduk di kursi panjang, ia sedang berada di taman.

Pria itu adalah Marva, ia pun duduk di sebelah Alin.

Alin menyadari kedatangan Marva yang secara Tiba-tiba.

"Kau, Kau Polisi. Sana pergi Kau, aku tak ingin melihat Polisi. Pergi!" bentak Alin.

Marva menunduk sejenak.

"Perkenalkan saya Marva, Kakak nya Yusen. Nama Kau siapa?" tanya Marva sambil memperkenalkan nya.

"Nama ku Alin," jawab Alin datar dan tatapan nya melihat ke depan.

"Hmm...Alin, aku tahu kau begitu membenci Polisi. Sebenarnya kau bukan membenci Polisi, tetapi kau hanya membenci Ayah mu." ucap Marva.

"Hanya kau yang mengerti perasaan ku, aku membenci Ayah ku karena dia tak kunjung pulang. Aku ingin seperti perempuan lain dikasih sayangi oleh Ayah nya tidak dengan aku dan Adik ku, aku merasa kasian saat adikku di buli di sekolah maupun di kampus. Ia tidak melawan si pembulinya itu, karena dia kurang kasih sayang dari Ayah nya. Apakah kau rekan Ayah ku atau bukan?" ujar Alin panjang lebar sesekali ia bertanya soal rekan.

"Emm...Nam-" pertanyaan Marva terpotong karena ada yang menelepon nya.

"Eh sebentar," Marva pun izin untuk mengangkat telepon dari orang itu.

Alin pun mengangguk.

"Ya, halo Pak Inspektur ada apa?" tanya Marva ke si penelpon itu yang ternyata Inspektur nya.

"..."

"Oh begitu, ya sudah kalau begitu. Sebentar lagi saya kesitu," ucap Marva.

Telepon pun di matikan secara sepihak.

"Emm...Alin kalau begitu, aku pergi dulu ada urusan di kantor Polisi. Oh ya aku boleh meminta nomor telepon ponsel mu?" pinta Marva.

"Boleh, sebentar." Alin mengambil sesuatu di saku celana nya dan ternyata itu adalah kartu nama nya.

"Ini kartu nama ku, disitu ada nomor ponsel ku dan alamat rumah ku." ucap Alin sambil memberikan sebuah kartu nama kepada Marva.

Marva pun mengambil nya.

"Kalau begitu aku pergi," pamit Marva.

"Iya, hati-hati." peringat Alin.

"Ya," Marva pun pergi.

'Mengapa dia bisa membuat ku luluh dengan nasehat nya?' batin Alin bertanya-tanya.

Alin sedang berbaring di ranjang nya bersama Mia, tetapi Mia sudah tertidur. Karena ini sudah menunjukkan pukul 21.00 sudah waktu nya untuk tidur, tetapi Kakak kembar itu sama sekali belum tidur.

"Sebentar nya kau bukan membenci Polisi, tetapi kau hanya membenci Ayah mu."

Hanya itu di pikiran Alin sekarang.

Ia membuang nafas nya jengah. Setelah itu, ia ikut dengan Mia ke alam mimpi.

....

Disisilain, tepat nya di sebuah kamar Apartemen milik seorang Inspektur Polisi.

Ia belum tidur, ia sedang menatap foto bingkai gambar keluarga yang ia tinggalkan saat anak-anak nya masih bayi.

"Istri ku, Anak-anak ku, maafkan aku. Aku belum bisa pulang, karena aku tak tahu sekarang kalian dimana. Sebenarnya aku akan pulang kepada kalian, tapi rumah itu kosong tak ada siapa-siapa. Kata orang kalian sudah pindah, tetapi orang itu tidak tahu kalian pindah kemana. Tetapi aku akan berusaha mencari kalian dan kita nanti akan berkumpul kembali, I love you so much keluargaku." monolog Polisi itu. Setelah itu, ia pun berbaring di ranjang nya untuk tidur dan ia memeluk bingkai foto itu. Ia memejamkan mata nya.

Sekarang hari minggu dan 4 hari lagi dua Gadis kembar itu akan Wisuda dan acara Wisuda nya itu akan diadakan Upacara kepolisian.

Alin dan Mia sedang bersantai di balkon kamarnya sambil melihat langit yang cerah, tetapi tidak dengan hati mereka yang suram.

Drrrttt....drrrttt....

"Kak ponsel nya bunyi tuh," panggil Mia.

"Iya," Alin pun mengecek ponsel nya siapa yang menelepon dan saat ia mengecek nya nomor yang tak dikenal.

Tetapi Alin tetap mengangkat siapa tahu penting.

"Ya halo, ini siapa ya?" tanya Alin kepada si penelpon itu.

"Ini aku Marva, Kakak nya Yusen." jawab nya yang ternyata itu adalah Marva.

"Oh ya Kak, ada apa ya menelepon ku?"

"Aku ingin mengajak mu ketemuan, kau sibuk tidak?"

"Tidak, ketemuan dimana?"

"Di taman kemarin,"

"Kalau begitu aku sebentar lagi, aku ke situ."

"Ya aku tunggu, aku juga masih berada di rumah. Santai saja,"

"Oh Iya Kak,"

Telepon pun di matikan secara sepihak.

Tbc....

Jangan lupa Vote

Write: 16 januari 2024
Publish: 17 januari 2024

ANAK DAN AYAH TERPISAHKAN { Tahap Revisi }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang