7. Garda Terdepan

282 29 17
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(direkomendasikan sambil dengerin lagu Maudy Ayunda - Kamu dan Kenangan)

------------------------

Hangatnya arunika yang memeluk pagi, juga kicauan burung yang terdengar saling bersahutan, membuat suasana di Minggu pagi semakin hidup. Aroma roti bakar yang dibuat Mama, juga kopi yang tengah di buat Papa, membuat segalanya terasa sempurna.

Dengan atasan kaos oblong polos warna putih, juga dengan celana kolor pendek bermotif macan tutul, Mas Dhana tengah asyik mencuci mobilnya di halaman depan.

"Cowok! Sendirian aja!" Cakra yang baru saja bangun pun terkikik melihat Mas Dhana dari atas balkon kamarnya.

"Dek! Kaget loh. Sini, turun!" Mas Dhana memerintah.

Namun, Cakra malah menggeleng. "Nanti aja, Mas. Aku turun sekalian mandi." ujarnya.

"Kalau turun, Mas minta tolong ambilin kunci motor punya Abang, ya! Motornya mau Mas mandiin." titah Mas Dhana. Cakra hanya mengangguk.

Semenjak kepergian Dipta, barang-barangnya banyak yang diambil alih sebagai kenangan. Papa sempat menyarankan untuk menjual mobil dan motor yang biasa Dipta pakai. Karena, semuanya sudah memiliki kendaraan masing-masing. Namun, Mas Dhana dan Cakra menolaknya. Mas Dhana dan Cakra lebih memilih untuk merelakan milik mereka yang dijual saja. Pada akhirnya, mobil Dipta dipakai oleh Mas Dhana, dan motor Dipta dipakai oleh Cakra.

Selain itu, baju-baju milik Dipta juga sebagian diberikan kepada yang lebih membutuhkan. Sebagian lagi, diambil oleh Mas Dhana dan juga Cakra. Bahkan, Jevan sempat meminta izin untuk meminta lima buah baju Dipta. Tentu saja di izinkan. Jevan memilih baju yang biasa Dipta pakai, lalu ia ambil. Jevan bilang, ia akan menyimpan baju Dipta itu dilemari yang ada di ruangan mereka. Jevan ingin merasakan jika Dipta itu selalu ada. Hanya saja tidak terlihat.

●○•♡•○●

Cakra yang sudah terlihat rapi dengan kaos polos hitam, dipadu dengan jaket denim dan celana jeans pun turun menemui Mama dan Papa.

"Mau kemana, Dek?" tanya Papa.

"Main, Pa."

"Kemana? Rumah Arjuna?"

Cakra menggeleng sambil meminum segelas air. "Nggak. Ke rumah Abang."

Suasana seketika hening. Namun, Cakra mencoba mencairkan suasana. Kepergian Dipta memang sudah satu tahun lamanya. Namun, segalanya masih terasa seperti mimpi panjang, yang belum menemui titik usainya.

"Nggak bakal lama-lama, kok. Adek ke rumah Juna abis ini." ujar Cakra sambil tertawa kecil.

"Adek berangkat, ya."

Cakra pun berpamitan pada Mama dan Papa.

Sesampainya di luar, Cakra langsung masuk ke dalam garasi, lalu mengeluarkan motornya-yang tadinya milik Dipta.

"Dek, mau kemana? Itu motornya kan mau Mas cuci." Mas Dhana heran melihat Cakra yang malah akan membawa motor itu keluar.

"Aku aja nanti yang cuci, Mas. Aku mau pergi dulu."

"Mau kemana emang?"

"Main sama Abang tercinta." Kata Cakra sambil terkekeh.

Mas Dhana pun hanya bisa terdiam. Semenjak motor Dipta menjadi milik Cakra, adik bungsunya itu menjadi sangat telaten dalam hal mengurus kendaraannya. Dulu, jika jok motornya belum di siram tanah dicampur air oleh Dipta, Cakra tidak akan pernah mau mencuci motornya. Kini, selain motor itu adalah kesayangan mendiang Abangnya, motor itu juga menjadi kesayangannya.

BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang