15. I'm Here

211 21 1
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(Direkomendasikan sambil dengerin lagu Panji Sakti - Jiwaku Sekuntum Bunga Kemboja)

---------------------

"Mas, kamu lihat nggak tadi lukanya Karisa? Dilihat dari reaksi Karisa, aku pikir dia lagi kena tekanan berat banget," ujar Mbak Monik ketika mereka kembali setelah mengantar Karisa pulang.

"Kalo nggak kebentur, dibenturin sih itu, Mbak! Atau mungkin ada yang sengaja lempar sesuatu ke Kak Karisa?" celetuk Cakra.

"Hus!! Lu kalo ngomong nggak pernah di pikir dulu, Cil!" semprot Mas Dhana.

"Lah, Mas nggak liat kan, ya? Adek liat jelas banget itu!" kata Cakra meyakinkan.

Mas Dhana menghela napas berat. "Nggak boleh berspekulasi buruk dulu! Kamu tuh asbun banget kadang-kadang kalo ngomong!"

"Bener sih apa kata Mas. Tapi, aku pikir apa yang Adek bilang barusan juga masuk akal," imbuh Mbak Monik.

"Tuh, kan! Mas harus percaya sama aku! Aku nanti coba tanyain langsung ke Kak Karisa. Akuㅡ"

"Adek, duduk yang bener! Seatbeltnya di pake yang bener!" sergah Mas Dhana ketika melihat Cakra mencondongkan badannya ke depan diantara Mas Dhana dan Mbak Monik. Cakra pun hanya bisa menghela napas, dan menurut.

Mas Dhana terus kepikiran tentang hal yang menyangkut Karisa. Tentang Karisa yang berjalan tengah malam sendirian, tentang luka memar yang Mbak Monik dan Cakra lihat, juga tentang racauan Karisa yang mengatakan bahwa ia disiksa.

"Sebenarnya, apa yang terjadi sama kamu, Sa?" monolog Mas Dhana.

"Dip, maaf kalau Mas ngasih tahu kamu ini. Tapi, Karisa kacau, Dip. Perempuan yang kamu jaga sampai mati, sekarang jiwanya seperti sudah mati."

Mas Dhana pun mengusak wajahnya kasar. Tiba-tiba Mas Dhana dilanda rasa rindu yang berat pada Dipta. Wajah tengilnya itu masih hidup dalam bayang-bayang Mas Dhana. Suara tawa, rengekannya, dan teriakannya karena bertengkar dengan Cakra, itu masih terdengar dengan jelas ditelinga Mas Dhana.

Kebiasaan Cakra dan Dipta sebelum tidur, adalah saling menjahili satu sama lain. Entah Cakra yang tiba-tiba membuka pintu kamar Dipta lalu lari begitu saja, atau Dipta yang tiba-tiba datang ke kamar Cakra, lalu mematikan lampu kamar Cakra disaat Cakra sedang belajar. Alhasil, Cakra akan ngamuk-ngamuk, dan meneriaki Dipta.

Kini, semuanya hening. Suara itu tidak pernah terdengar lagi semenjak dua tahun yang lalu.

"Mas kangen kamu, Dipta..."

Kini, suara hening itu tergantikan oleh suara isakan Mas Dhana, yang tengah menangis memeluk rasa rindunya sendirian.

●○•♡•○●

Hujan deras yang mengguyur bumi, menambah kesan mencekam bagi Karisa yang tengah berada dalam beratnya tekanan. Di situasi Karisa yang seberantakan ini, Mama dan Bapak pergi ke rumah Bibi Ayuni, yang merupakan tante Karisa. Karisa lupa, lalu menyalahkan dirinya sendiri karena telah gegabah pergi dari Arya.

Arya adalah manusia gila yang bisa melakukan apa saja pada Karisa. Disaat Karisa tengah sibuk berperang dengan dirinya sendiri, terdengar suara gedoran pintu yang cukup keras. Karisa yakin itu Arya. Karisa pun mencoba menghubungi Bapak dan Mama untuk sekadar menemaninya jika memang itu Arya-setidaknya sampai Arya pergi. Namun, keduanya tidak aktif.

BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang