28. Satu Rengkuh

226 21 8
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

---------------------

"Rintik gerimis mengundang
Kekasih di malam ini
Kita menari dalam rindu yang indah."

(Melly Goeslaw - Denting)

•• sebab, perasaan tumbuh dari bagaimana cara kita merawatnya. setelah bergelut dengan banyaknya luka, aku harap kita akan bahagia pada akhirnya ••

Pagi-pagi sekali, Karisa sudah berada di rumah Nana. Alasannya sederhana. Hanya sekadar mengantarkan makanan yang dimasaknya, namun mampu membuat Nana merasa kini dirinya dianggap ada.

"Maaf ya, aku pagi banget datang kesininya. Soalnya, nanti siang aku mau pergi," kata Karisa seraya memerhatikan Nana yang sedang melahap masakannya.

"Nggak pa-pa. Aku tahu, kok. Kan kemarin kamu udah bilang. Kamu berangkat sama Alia, kan?" tanya Nana sambil terus melahap makanannya.

"Iya. Aduh, pelan-pelan dong, Vi!" Karisa meringis melihat Nana yang terkesan terburu-buru memakan makanannya.

Sesaat, Nana terdiam ketika Karisa tiba-tiba membersihkan sisa saus di sudut bibir Nana dengan ibu jarinya. Nana merasakan ada debaran yang berbeda, ketika Karisa yang terkenal dingin, ternyata sangat sehangat ini.

"Kok bengong?"

Pertanyaan Karisa tadi sontak membuat lamunan Nana buyar. "Kamu cantik banget," ucapnya.

"Buaya banget, ih!" dengus Karisa. Namun, pipinya yang memerah tidak bisa di bohongi. Ia tersipu.

Bukannya merasa bersalah, Nana malah semakin gemas dengan Karisa yang salah tingkah. Sesekali, Nana mencuri-curi kesempatan untuk menjahili Karisa dengan mengusak rambutnya.

"Vi, rambut aku udah rapi! Kok malah kamu giniin?" dengusnya sambil kembali menata rambutnya.

"Yang penting tetap cantik," kata Nana datar.

"Iya, buat kamu cantik. Buat orang lain, nanti aku disangka apa," gumam Karisa pelan. Namun, masih bisa di dengar oleh Nana.

"Ya ngapain kamu cantik buat orang lain? Mau nyari lagi cowok selain aku?" tanya Nana merasa tersaingi. Wajahnya persis seperti anak kecil yang iri pada temannya.

"Jangan rewel!" Karisa sedikit mencubit hidung Nana gemas.

"Aku berangkat ya, Vi!"

Nana meneguk segelas susu yang sempat Karisa seduh, "Pulangnya kabarin! Nanti aku jemput!" kata Nana.

"Kamu masih sakit! Terus, aku kan sama Alia. Nanti dia sendirian." ucap Karisa.

Nana sedikit mendongak, dan mengelus sayang pipi Karisa yang sudah berdiri di hadapannya, "Ya kamu pikir aku bakal setega itu jemput kamu dan ngebiarin Alia sendirian? Nggak gitu dong, Sayang ... udah, kamu tenang aja! Sebelum nanti aku mulai sibuk lagi, aku mau nikmatin waktu bareng sama kamu," tutur Nana.

Jantung Karisa rasanya berdebar dengan ritme yang berantakan. Hanya dengan panggilan 'Sayang' dan usapan di pipinya, mampu merobohkan gengsi Karisa yang setinggi langit itu. Karisa merasa jika Nana benar-benar mulai mengisi hatinya hingga hampir penuh.

BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang