14. Tak Ada Lagi Kamu

196 15 2
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(Direkomendasikan sambil dengerin lagu Maudy Ayunda - Kamu dan Kenangan)
---------------------

Hari-hari yang dilalui, kenangan yang datang silih berganti, juga hati yang masih sepenuhnya terkunci, membuat setiap langkah terasa begitu berat setelah menemui kehilangan. Meski telah ada yang menggantikan, segalanya tak akan pernah terasa sama. Empat tahun yang lalu, Karisa menemukan kebahagiaan, dan hidup didalamnya. Namun, dua tahun yang lalu, kematian kekasihnya melenyapkan segalanya, dan hanya meninggalkan kesunyian. Dan kini, Karisa harus menghabiskan hidupnya dengan penuh tekanan. Entah sampai kapan.

Arya, lelaki yang digadang-gadang akan menjadi calon suami Karisa itu nyatanya hanyalah lelaki sampah yang tak seharusnya berdampingan dengan berlian. Semenjak awal perkenalan mereka, Karisa sudah disuguhi hal-hal tak mengenakan. Arya yang tempramental, sering mabuk-mabukan, bahkan hal yang paling membuat Karisa muak adalah Arya yang sangat suka nemplok sana-sini dengan perempuan lain.

Terkadang, Karisa heran. Kenapa Bapak bisa dengan gegabah memilih lelaki yang seperti Arya untuk dirinya? Bukankah Bapak itu paling ketat jika sudah menyangkut lelaki yang akan mendekati Karisa? Bahkan, Diptaㅡmendiang kekasihnyaㅡ pun perlu perjuangan besar untuk bisa diterima oleh keluarga Karisa. Terutama, oleh Bapak.

Dan, ada satu hal yang sangat Karisa benci selama bersama Arya lima bulan belakangan ini.

"Tolol banget, Karisa! Lo ngerti nggak sih daritadi gue disini? Lo jangan kebanyakan bergaul sama si cewek itu, deh! Lo banyak ngebangkang soalnya!" Pekik Arya ketika Karisa baru saja masuk ke dalam mobilnya.

"Namanya Alia, Ya!" sahut Karisa lemah.

"Gue nggak peduli namanya siapa! Yang jelas, itu cewek nggak becus jadi temen lo!" sentak Arya.

Karisa menghela napas berat. Pandangannya menatap kosong ke depan. "Lo yang nggak becus jadi cowok, Arya!" ucap Karisa datar. Tak terima sahabatnya dikatakan seperti itu oleh mulut jahanam Arya.

"GOBLOK!"

Arya memekik keras, lalu membenturkan kepala Karisa ke dashboard mobil. Karisa yakin keningnya pasti lebam. Karena, benturannya cukup keras. Meski merasakan pusing, juga rasa sakit, Karisa tak bisa berbuat apa-apa. Arya selalu melontarkan ancaman-ancaman tak berdasar pada Karisa ketika Karisa mulai melawan. Sekuat-kuatnya Karisa, Karisa tetaplah wanita yang butuh perlindungan.

Semenjak bersama Arya, Karisa yang sering Dipta sebut sebagai cewek es batu itu tidak ada lagi. Semakin hari, Karisa semakin kehilangan dirinya. Karisa bagaikan manusia yang hidup segan, namun untuk mati pun ia enggan. Ia seolah hidup hanya demi menghabiskan napas yang ia sendiri pun tak tahu kapan napasnya berhenti.

"Arya, ayo kita putus aja! Aku nggak kuat!" ucap Karisa lemah. Air matanya luruh begitu saja.

Arya pun langsung menatap Karisa dengan tatapanㅡsedikitㅡbersalah. "Aku nggak mau putus, Sayang! Makannya, kamu kalau aku bilangin tuh nurut!" Arya mengusap rambut Karisa.

Karisa hanya diam. Sama sekali tak ingin bereaksi apa-apa. Bahkan, jika Karisa harus mati saat itu pun Karisa tidak apa-apa. Arya pun mulai melajukan mobilnya. Satu tangannya menggenggam tangan Karisa. Namun, genggaman itu hanya genggaman sepihak. Karisa tidak pernah sudi menggenggam tangan kotor yang selalu menorehkan luka di sekujur tubuhnya.

Arya, sering melakukan kekerasan pada Karisa.

●○•♡•○●

Hujan baru saja reda. Udara malam yang dingin terasa begitu menusuk. Raka tengah duduk di balkon kamarnya. Menatap langit yang hanya berwarna hitam pekat. Kepulan asap keluar dari mulut dan rongga hidungnya. Raka terkekeh menatap langit. Raka membayangkan jika Dipta tengah memakinya habis-habisan. di atas sana. Membayangkan bagaimana wajah menyebalkan Dipta, berubah menjadi wajah yang membuatnya ciut ketika dalam mode benar-benar murka.

BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang