10. Takkan Terganti

259 21 11
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(direkomendasikan sambil dengerin lagu Shanna Shannon - Selamat Jalan Kekasih)

------------------------

Kepergian seseorang yang tersayang, mampu membuat seseorang berjalan dalam kesendirian. Bukan karena ia tak memiliki teman untuk sekadar membagi sedikit kisah kehidupan. Hanya saja, ada beberapa hal dalam hidup yang takkan bisa terganti oleh apapun. Sesuatu yang selalu ada, meskipun tidak bisa terlihat dengan mata;

Perasaan.

Kepergian Dipta memang sudah lama. Namun, perasaan Karisa untuknya masih sangatlah utuh. Sedikit pun tidak pernah runtuh. Karisa masih ingat semua tentang Dipta. Bahkan, saat-saat terakhirnya bersama Dipta pun masih sangat jelas dalam ingatannya, layaknya kaset yang tidak pernah berhenti berputar. Dipta tidak pernah memberinya kesedihan. Selama Karisa bersama Dipta, yang Karisa rasakan hanyalah kebahagiaan. Meskipun terkadang harus terbentur dengan perdebatan kecil, namun itu tak mampu memisahkan cinta mereka.

Ikatan mereka seolah tak akan bisa terpisah oleh apapun. Sebelum pada akhirnya, perpisahan paling nyata pun harus mereka hadapi, dan menjadi luka yang abadi. Perpisahan karena kematian.

"Ris, Nak Dipta kan udah lama banget pergi. Bapak mau kenalkan kamu sama laki-laki. Kamu mau?" tanya Bapak.

Karisa yang tengah melipat baju pun langsung terdiam. Mama yang baru saja datang sambil membawa teh untuk Bapak pun ikut bergabung.

"Kamu tungguin juga Nak Dipta itu nggak akan pernah pulang lagi, Ris. Udah jauh Nak Dipta itu. Sudah pulang ke pangkuan Sang Maha Pencipta. Nak Dipta sudah pulang ke rumah yang sesungguhnya. Nggak mungkin kembali lagi ke dunia." tutur Bapak.

Setetes air mata Karisa pun langsung jatuh begitu saja tanpa permisi. Lagi-lagi, Karisa harus ditampar kenyataan paling pahit, bahwa kekasih hatinya itu memang sudah lama pergi.

"Bapak? Kan Mama bilang nanti aja! Risa ini belum bisa berdamai, Pak." Mama langsung mengelus punggung Karisa. Sayangnya, itu malah membuat Karisa semakin terisak.

Bapak menghela napas berat. "Ya mau sampai kapan gitu loh, Ma. Bapak juga nggak mau Risa terus-terusan sedih begini. Bapak nggak maksa, Ris. Kali aja kamu bersedia." kata Bapak sambil menyeruput teh manis buatan Mama.

"Risa ke kamar dulu, Ma, Pak." Karisa pun langsung masuk ke dalam kamarnya.

"Pak, Mama kan sudah bilang. Biar Mama saja yang bicara sama Risa." kata Mama yang khawatir melihat Karisa.

Bapak menyeruput kembali teh nya. "Mau kapan, Ma? Ya sampai kapan pun juga kepergian Nak Dipta itu akan tetap jadi pukulan hebat buat Risa. Sekarang atau pun nanti, Risa juga tetap akan sedih jika itu menyangkut Nak Dipta." tutur Bapak.

Mama mengangguk setuju. Sangat prihatin dengan kondisi Karisa. Dipta adalah cinta pertama untuk Karisa. Namun, cinta pertama yang selalu orang-orang katakan itu indah, nyatanya malah menjadi cinta yang membuat seluruh perasaan Karisa patah. Cinta pertamanya, harus terpisahkan oleh kematian. Perpisahan yang paling menyakitkan.

●○•♡•○●

Angin yang berhembus sedang, langit malam yang dihiasi oleh jutaan bintang, menjadi tanda bahwa cuaca selama satu hari penuh sangat lah cerah. Nana, Jevan, dan Raka yang memang kini sudah menjadi mahasiswa semester akhir, tengah sibuk menyusun skripsi. Mereka jadi lebih sering menginap di rumah Jevan. Tentu saja kebersamaan mereka semakin erat.

"Ini nggak ada yang mau pesan makanan, apa? Sepi banget gue liat-liat ini meja." celetuk Raka sambil merebahkan dirinya diatas karpet.

Jevan mendelik. "Sepi-sepi. Hati lu tuh sepi! Lu nggak liat ini laptop tiga berjejer? Belum lagi buku-buku yang tebalnya setebal emosi lu!" cerocos Jevan.

BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang