20. Tenang

203 23 7
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(Direkomendasikan sambil dengerin lagu Fourtwnty - Aku Tenang)

---------------------

Tak ada perpisahan yang tidak meninggalkan luka. Namun, luka pasti memiliki titik sembuhnya meski harus memakan waktu yang lama.

Kehadiran Arya dalam hidup Karisa, menjadi sebuah tolak ukur bahwa kebahagiaan itu tak melulu soal harta. Melainkan, bagaimana rasa cinta itu bekerja. Dan Karisa, tidak pernah mendapatkan keduanya dari Arya.

Dan kehadiran Kavi-atau Nana-, memberi kesan baru dalam hidupnya. Meski segalanya masih terasa abu-abu, Karisa memilih Nana untuk menggantikan posisi Dipta dihatinya.

Meski ia sadar, bahwa Dipta tidak akan pernah terganti selamanya-lamanya.

"Kok pagi banget? Bukannya tadi lo bilang mau ke rumah Raka dulu?" tanya Karisa ketika mendapati Nana sudah berada di depan rumahnya.

"Baru juga gue nginjek di depan rumahnya, itu anak udah nyelonong mau pergi. Padahal, dia yang nyuruh gue buat ke rumahnya. Emang adabnya kosong banget!" celoteh Nana yang membuat Karisa seketika tertawa.

"Kenapa emang? Masih pagi lo udah nyerocos aja," kata Karisa.

"Temen lo tuh!"

"Siapa? Alia?" tanya Karisa. Nana mengangguk.

"Kenapa emang sama Alia?"

Nana mendecak. "Kecintaan banget tuh si Raka sama temen lo itu. Beneran ngincer kayaknya."

Karisa terperanjat. "Kavi, tolong bilangin sama temen lo itu buat nggak mainin Alia. Alia itu anak baik-baik."

Nana seketika tertawa mendengar perkataan Karisa. "Emang kenapa? Si Raka juga anak baik-baik kalo lo mau tau. Emang branding playboynya aja yang dia bikin sendiri. Bego emang itu anak kadang-kadang."

Karisa hanya diam menanggapi apa yang Nana ucapkan.

"Loh? Nak Kavi? Ayo sini masuk, Nak! Aduh, Ris! Kamu itu ada tamu kok kebiasaan banget ngobrol-ngobrol dulu di depan pintu gini! Masuk, Nak!"

Mendapati Mama Karisa yang menghampiri, Nana hanya tersenyum, kemudian masuk dan diikuti oleh Karisa di belakangnya.

●○•♡•○●

Pada kenyataannya, jiwa anak bungsu yang iseng sangatlah melekat dalam diri Cakra. Meski Cakra berubah menjadi pendiam, namun kejahilannya masih tetap ada.

Seperti saat pagi hari, misalnya. Cakra membuat Mas Dhana kelimpungan hanya karena mencari-cari kunci mobil milik Dipta, yang ternyata ada di saku jaket Cakra. Sebenarnya, Cakra berniat mengembalikannya pada Mas Dhana itu malam hari. Ternyata, Cakra malah menonton film hingga ketiduran, dan berakhir lupa memberikan kunci mobilnya pada Mas Dhana.

"Mas nyariin ini dari semalam, Dek. Sampe Mas pinjem mobil Papa." kata Mas Dhana di sela-sela mencuci piringnya.

"Ya namanya aku lupa, Mas. Aku semalem ngetuk pintu kamar Mas, nggak ada Mas nyaut. Aku minta maaf, Mas." kata Cakra.

Mas Dhana menghela napas berat. "Lain kali, simpen di kamar Abang aja kalo Mas nggak ada, ya? Biar Mas gampang nyarinya."

"Oke, Mas. Aku bantuin sini," kata Cakra seraya memakai sarung tangan untuk membantu Mas Dhana mencuci piring.

Mas Dhana hanya bisa tersenyum kecil. Ternyata, meskipum Cakra sudah dewasa, jiwa manjanya sebagai anak bungsu masih ada ketika mereka bersama. Dan Mas Dhana menyukai itu.

Dan Dipta pun pasti menyukainya juga.

●○•♡•○●

Setelah semua yang terjadi pada Karisa tentang Arya, dan setelah semua tentang Arya terbongkar, Nana benar-benar menepati janjinya untuk menemui orang tua Karisa, terutama Bapak. Nana meminta izin untuk meminang Karisa dalam kurun waktu tiga bulan ini. Bapak menyetujui permintaan Nana, ketika Karisa menjawab siap dan mau di persunting oleh Nana.

Setelah disetujui, Nana meminta restu kepada orang tuanya. Awalnya, Ayahnya Nana ragu. Karena, Nana jarang sekali mengenalkan perempuan, kemudian Nana membawa Karisa dan memperkenalkannya sebagai calon istri. Apa itu tidak terlalu tiba-tiba?

Namun, semuanya berjalan seperti seharusnya. Nana dan Karisa, benar-benar akan menikah dalam kurun waktu dua bulan lagi.

"Ada wedding dress yang udah lo tandain?" tanya Nana di sela-sela makannya. Karisa sengaja membuatkan Nana sosis asam manis sebagai menu sarapannya.

"Belum, Vi." jawab Karisa.

"Udah mepet banget. Lo mau yang gimana? Biar gue bantu cari." kata Nana.

"Gue ada sih sebenernya,"

"Ya udah, kita kesana aja? Daerah mana emangnya?"

"Di pertigaan tepat ke arah kantor Mas Dhana. Lo pernah ke kantor Mas Dhana, kan?" tanya Karisa. Nana mengangguk. "Kalo itu sih gue tahu. Itu mah salon langganan selir-selirnya si Raka."

Karisa meringis mendengar perkataan dari Nana. Yang ada dalam pikirannya adalah 'se berengsek itukah seorang Raka Magi Satria?'

"Raka nggak se bajingan itu. Justru, si Raka itu tipe cowok yang kalo mau cewek dia cantik, ya dia siap modalin. Nggak cuma modal nuntut cantik doang, tapi nggak ada duitnya."

Karisa tersenyum tipis. Ternyata, Karisa memang berada dalam ruang lingkup yang sedikit berbeda dengan kehidupan pribadinya. Dipta, Nana, Raka, dan juga Jevan, benar-benar terlahir dari keluarga yang sangat berada. Dan ketika menjadi pacar dari Dipta, sekalipun Dipta tidak pernah membiarkan Karisa merasa insecure. Bagi Dipta, cinta yang setara antara ia dan Karisa sudah lebih dari cukup. Untuk materi, mereka akan berusaha berdiri diatas kaki sendiri.

Namun, sayang. Itu semua selamanya hanya akan menjadi angan-angan. Dipta sudah melebur menjadi sebuah kenangan.

●○•♡•○●

Nana dan Karisa pada akhirnya benar-benar memilih gaun untuk Karisa gunakan saat pernikahannya. Ada perasaan berdesir di hati Nana. Ternyata, Karisa memang secantik itu. Namun, Nana akui perasaan itu hanya kagum semata. Tidak lebih.

"Kavi, ini bagus, nggak?" Karisa keluar dari fitting room, dengan memakai dress panjang berwarna peach.

"Cantik," puji Nana.

"Iya, kan? Ini cantik banget," tutur Karisa.

"Kamunya."

Mendengar itu, Karisa merasa jika pipinya memerah. Seorang Kavi yang Karisa kenal dingin, tiba-tiba memuji dengan kata yang manis. Pada akhirnya, Karisa memilih dua dress untuk ia kenakan di pernikahannya nanti.

●○•♡•○●

Di dalam mobil, Karisa dan Nana mendadak canggung. Namun, Nana lebih memilih untuk memulai pembicaraan. Tidak ada salahnya, kan? Toh Nana dan Karisa akan menjalani hari-hari mereka bersama seumur hidup.

"Karisa, kita udah mau nikah. Lo keberatan nggak kalau kita mulai merubah sedikit demi sedikit gaya berbicara?" tanya Nana.

"Maksudnya, Vi?"

"Nggak, lupain aja." Nana kemudian menyalakan mesin mobilnya.

"Aku ngerti, Kavi. Kita mulai bareng-bareng, ya?"

Pipi Nana berubah menjadi merah merona kala Karisa mengelus pelan lengannya. Tawa akhirnya memecah kesunyian dalam mobil. Entah kenapa, Karisa menemukan rasa tenang dalam diri Nana. Namun, Karisa tak dapat membohongi perasaannya. Mungkin memang terkesan jahat. Tapi, Karisa mencari Dipta, dalam diri Nana...
-
-
-
bersambung

hai~
aku baru update lagi

oh, iya. aku udah publish cerita baru, judulnya IN THE END. kalian bisa baca, yaa~

ayo semangatin author ini biar rajin update! 🥹

Love, Grace ❤️



BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang