29. Antara Aku dan Kamu

187 15 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

---------------------

"Tiap taufan menyerang, kau di sampingku.

Kau aman ada bersamaku."

(Banda Neira - Sampai Jadi Debu)

●○•♡•○●

•• sepasang retina yang dulu sempat kehilangan cahayanya, kini telah kutemukan lagi binar indah di dalamnya ••

Tentang badai yang mulai mereda, juga dalamnya luka yang semakin mengering seiring waktu yang berjalan tanpa jeda, kembali merekahkan senyuman yang dulu sempat memudar oleh kabung.

Nana tengah berada di rumah Karisa setelah menjemputnya bekerja. Namun, Karisa kembali sibuk dengan laptopnya meski sudah berada di rumah. Karisa masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Jam kerja Karisa memang lebih panjang dari Nana. Itulah sebabnya Nana selalu menyempatkan waktu disela-sela kesibukannya, demi menjemput wanitanya itu.

Sambil menyesap wedang jahe yang sempat Karisa buat untuknya, Nana terus memerhatikan wajah serius Karisa. Sesekali, Nana mengelus lembut pipi Karisa ketika wajah wanitanya itu terlihat tegang. Dan tak jarang juga Nana tertawa kecil mendengar Karisa yang terus menggerutu karena pekerjaannya.

"Capek ya, Sayang? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Nana ketika melihat Karisa mendengus sebal di depan layar laptopnya.

Karisa menoleh ke arah Nana dengan wajah seperti menahan tangis, "Aku sebel banget! Kenapa sih semuanya dilimpahin ke aku? Kan masih banyak yang lain!" gerutunya. "Mana ini aku nggak ngerti lagi," imbuhnya.

Nana mengangguk. Mencoba memahami keresahan wanitanya itu. "Aku boleh lihat, Sayang?" tanya Nana.

Karisa hanya membalasnya dengan anggukan.

Nana pun turun dari sofa, lalu duduk di sebelah Karisa yang memang sedari tadi duduk di bawah, dengan laptop yang ia simpan diatas meja.

"Bagian mana yang kamu nggak ngerti? Mungkin aku bisa sedikit bantu." Nana mengusap lembut rambut Karisa. Mencoba meredakan emosi wanitanya.

"Yang ini. Ini gimana sih, Vi?" tanya Karisa seraya menggeser laptopnya ke arah Nana.

Nana mencoba memahami apa yang tengah Karisa kerjakan. Tidak terlalu mudah, namun juga tidak sulit.

"Kamu ngerti?" tanya Karisa.

Nana tersenyum kecil dan mengangguk seraya berucap, "Coba kamu geser sedikit kesini, Sayang!"

Karisa pun menurut. Karisa sedikit menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Nana. Saat Nana tengah mempelajari apa yang tengah ia kerjakan, sebenarnya diam-diam Karisa malah memperhatikan Nana. Kenapa Karisa baru menyadari jika Nana itu tampan? Bukan hanya tampan. Tapi, juga teramat sangat pengertian. Untuk lelaki yang hampir sempurna seperti Nana, Karisa bertanya-tanya. Dimanakah letak kekurangannya? Bukankah tidak ada manusia yang sempurna?

Setelah lama bergelut dengan pemikirannya sendiri, Karisa menemukan titik terlemah Nana. Ternyata, kelemahan Nana ada pada lebam jiwanya, yang selalu ia sembunyikan dibalik senyuman indahnya. Pada kenyataannya, Nana memiliki trauma besar atas banyaknya kehilangan yang menimpa batinnya. Nana hancur dari dalam. Dan Karisa tersadar. Jika ia pergi dari Nana, bukankah ia akan menciptakan sebuah kehilangan yang baru untuk Nana? Tidak ... Karisa tidak ingin sejahat itu. Karisa ingin bersama Nana. Lebih tepatnya, karena ia sudah mulai mencintai Nana.

BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang