4. Setelah Kamu Pergi

343 28 8
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

(direkomendasikan sambil dengerin lagu Maudy Ayunda - Kamu dan Kenangan)

------------------------

Kematian orang yang dicintai, selalu mengundang kesedihan yang harus kembali terurai. Namun, yang lebih menyakitkan lagi ketika rasa rindu terus menyerang, seperti tidak akan pernah menemui titik usai.

Satu tahun setelah kematian Dipta, Karisa memberanikan diri untuk berkunjung ke rumah kekasih hatinya itu. Dengan berbekal kekuatan yang sengaja ia pupuk agar tumbuh, Karisa berusaha untuk mengingat, dan mengais patahan-patahan kenangan yang ada di rumah itu. Jika waktu itu Karisa ditemani oleh kedua orang tuanya, kali ini, Karisa lebih memilih untuk berkunjung seorang diri.

"Nak, Mama sama Bapak nggak ikut?" Tanya Mama pada Karisa.

"Nggak, Ma. Karisa datang sendirian." Balasnya singkat. Mama hanya mengangguk.

"Ma, Karisa masih bolehkan datang kesini?" Tanya Karisa. Nada suaranya bergetar. Karisa takut. Jika kehadirannya, seolah membuka luka lama bagi keluarga Dipta.

Mama mengelus pipi Karisa. "Kamu boleh datang kapan pun kamu mau, Nak. Kamu kangen Dipta, ya? Kamu ke atas aja, ya? Kalau kamarnya dikunci, kamu ketuk aja pintu kamar Cakra. Kuncinya Cakra yang simpan. Selama ini, Cakra yang merawat kamar Abangnya itu. Kamu boleh ambil apapun yang kamu mau dari kamar Dipta." Tutur Mama. Mama sangat tahu. Bahwa anak tengahnya itu, benar-benar mencintai gadis yang berada dihadapannya saat ini.

Hati Karisa begitu mencelos mendengarnya. Dibanding ia, tentulah keluarganya yang lebih merasakan pahitnya kehilangan Dipta. Apalagi, si bungsu Cakra. Karisa tahu betul, jika Dipta memiliki arti yang besar untuk hidup Cakra. Dipta adalah garda terdepan Cakra dalam setiap situasi. Bukannya Mas Dhana yang notabennya kakak pertama itu tidak peduli. Beban Mas Dhana pastilah sangat berat. Karena, sebagai anak pertama, Mas Dhana juga harus berperan sebagai orang tua, disaat kedua orang tua mereka tidak pernah meluangkan waktunya untuk ketiga anak laki-lakinya

●○•♡•○●

Dengan langkah yang pasti, Karisa menaiki anak tangga untuk kembali menemui kekasihnya, yang kini hanya berbentuk kenangan. Sesampainya di depan kamar Dipta, kaki Karisa bergetar. Rasa sesak kembali menyeruak. Karisa harus siap kembali disadarkan oleh kenyataan, bahwa ruangan yang ada didepannya kini, hanyalah sebatas ruangan kosong tanpa raga.

Dengan hati yang berkecamuk, Karisa membuka pintu kamar Dipta yang ternyata tidak dikunci. Karisa menarik napas dalam. Karisa berharap, setidaknya ada wangi parfum Dipta yang masih bisa ia cium. Wanginya, masih ada. Namun, raga pemiliknya sudah tidak ada. Karisa menelisik setiap sudut kamar Dipta. Pandangannya terkunci pada parfum yang biasa Dipta pakai. Seingatnya, dulu parfum itu hanya tinggal tersisa seperempatnya lagi. Namun, kini parfum itu penuh, dan hanya baru berkurang sedikit. Seperti parfum baru, yang baru dipakai sedikit.

"Cakra yang beli parfum itu."

Karisa yang mendengar suara itupun langsung terperanjat. "Mas Dhana?"

Karisa pun menghampiri Mas Dhana, lalu mencium punggung tangannya. Sama seperti yang biasa ia lakukan dulu, ketika Dipta masih ada bersamanya.

"Apa kabar, Sa?" Tanya Mas Dhana sambil tersenyum kecil.

Karisa tersenyum tipis. "Bohong kalau Karisa bilang selama ini, Karisa baik-baik aja, Mas. Tapi, seenggaknya Karisa sedikit demi sedikit udah bisa menerima kenyataan. Yaaa ... walaupun belum sepenuhnya bisa berdamai."

BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang