27. Maaf Atas Segala Luka

218 20 7
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

---------------------

•• dalam perasaan yang diambang karam, dan diantara retakan-retakan yang kita ciptakan, mari kita kembali rekatkan! ••

Sebab, perasaan memang tak pernah bisa dipaksakan. Meski harus berperang dengan sebuah keharusan untuk tetap menjalani kehidupan, tetap tak mampu membuat Karisa bertemu dengan sebuah keikhlasan.

Di tempat yang hening, dan di depan pusara seseorang yang sempat menjadi kekasihnya, untuk pertama kalinya lagi Karisa menangis meraung. Tak ada lagi yang lebih menyakitkan, dari merindukan seseorang yang tak bisa lagi diobati oleh pertemuan.

"Andai kamu masih disini." isak Karisa.

"Kenapa jalan hidup aku kayak gini ya, Dip? Aku benci banget sama hidup aku!" Karisa memeluk erat batu nisan dengan ukiran nama 'Aksara Dipta Bumantara' disana.

"Aku udah nggak percaya lagi apa itu cinta semenjak kamu nggak ada. Aku benci perasaan-perasaan kayak gini, Dip!" ucap Karisa lirih.

●○•♡•○●

Dalam perjalanan, Nana terus saja gelisah. Nana merasa kalau ia terlalu cepat mengambil sebuah keputusan, hingga pada akhirnya berujung pada penyesalan.

"Ini kita ke rumahnya, nih?" tanya Raka sambil menyetir.

"Nggak. Dia nggak mungkin balik kalo keadaan lagi kacau kayak gini," jawab Nana.

"Oke. Rumah Alia," kata Raka lagi.

Namun, perkataannya langsung di tepis oleh Nana, "Bukan juga,"

"Terus kita cari dia kemana lagi, Kavi Nabastala?!" tanya Raka sedikit geram.

"Di tempat cowoknya," ucap Nana pelan.

Jevan dan Raka yang mendengarnya pun seketika saling berpandangan. Mereka bisa mengerti, rasa sakit yang sedang Nana rasakan, namun berusaha ia sembunyikan.

●○•♡•○●

Ternyata, feeling Nana tidak meleset. Karisa benar-benar ada disana. Dari kejauhan, Nana, Jevan, dan Raka bisa melihat seberapa tersiksanya Karisa ketika terus memanggil nama Dipta.

"Kalo udah kayak gini, apa gue masih layak buat berharap dicintai oleh dia?" tanya Nana pada dua sahabatnya itu.

Jevan merangkul Nana, "Semua orang itu layak untuk dicintai, Na. Kalo lo masih berharap si Karisa bisa mencintai lo, itu artinya lo harus rela berjuang sekali lagi," ucap Jevan.

"Kalo semuanya tetap gagal?" tanya Nana lagi.

Raka menepuk pelan pundak Nana, "Lo boleh nyerah,"

Mendengar itu, Nana merasa seperti ada sebuah dorongan dalam jiwanya untuk menghampiri Karisa. Jevan dan Raka menunggu sambil terus memerhatikan mereka.

"Sa," Nana jongkok, lalu mengelus pelan rambut Karisa.

Karisa tidak merespon apa-apa. Dengan kesadaran penuh, Karisa menyandarkan kepalanya ke pundak Nana.

"Maafin aku, Kavi. Seharusnya, aku nggak gini," ucap Karisa sambil terisak.

Nana hanya merespon melalui tangannya, yang penuh kasih sayang mengusap-usap rambut Karisa.

"Aku jahat. Nggak seharusnya aku nyakitin kamu dengan cara kayak gini. Seharusnya, aku nggak membenarkan perasaan aku yang masih tertinggal sama Dipta buat nyakitin kamu," ucapnya lagi.

BLOOMING ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang