"SALLL!!!"
Ron menangkap kepala Sal sebelum jatuh ke lantai. Gadis itu belum berhenti mimisan. Ron menyeka darah itu dengan lengan bajunya. Lalu bergegas membawa Sal ke UKS.Paul yang melihat Ron sedang berusaha mengangkat tubuh Sal juga berlari menghampiri keduanya. Membantu Ron membawa Sal dengan panik.
"Gila, kenapa babak belur gini?" Tanya Paul.
"Gue juga gak tau, gue mau ke kelas pas dia tiba-tiba pingsan"
Keduanya merebahkan Sal ke atas ranjang. Ron mengambil tisu untuk menghentikan mimisan Sal sementara. Sedangkan Paul menelpon Nabila untuk segera mendatangi mereka.
"Sal,, sadar Sal.." ujar Ron lirih.
Suara berisik di pintu mengalihkan perhatian Ron dan Paul. Ada Nabila, Novy, dan Syarla yang masuk ke ruangan UKS. Ketiganya menampilkan raut khawatir.
"Ih, kok bisa kayak gini sih?" Tanya Nabila pada Paul sambil menunjuk memar di pipi Sal. Ia mengelus bahu Sal pelan.
"Kayak habis ditampar", ujar Novy sambil membaui Sal dengan minyak kayu putih. Sedangkan Syarla membuat teh hangat di dispenser yang ada di ruangan itu.
Ron memperhatikan pipi Sal yang berwarna merah keunguan. Hatinya tiba-tiba panas. Siapa yang menampar Sal? Salah apa dia?
"Bawa ke rumah sakit aja yuk", ajak Nabila yang masih khawatir.
"Gimana Ron?"
"Ayok! Biar gue yang gendong, lo siapin mobil Ul"
Ron mengangkat Sal yang masih belum siuman menuju mobil Paul.
***Bas menatap layar monitor yang menampilkan rekaman CCTV pada hari ini. Ada beberapa titik sekolah yang memang di awasi guna menciptakan keamanan.
Bayangan wajah adiknya terlintas. Bas merasa bersalah membiarkan Sal kesakitan sendirian. Tapi dia juga tidak ingin menghampiri dan membuat gadis itu berpikir bahwa Bas sudah memaafkannya.
Tatapannya kini tertuju pada layar yang menampilkan rekaman ke arah toilet. Bas yakin bahwa Sal keluar dari tempat itu, karena dia melihat rok Sal yang basah di bagian bawah.
Di monitor, menampilkan tiga orang siswi yang masuk toilet setelah Sal. 10 menit kemudian, ketiganya keluar dengan tertawa. Tak lama kemudian di susul oleh Sal yang berjalan tertatih.
Bas men zoom layar monitornya. Merekam wajah ketiga siswi itu lalu mengirim kepada guru BK.
Panggil mereka bertiga besok, saya mau bicara!
***Riana setengah berlari di lorong rumah sakit Pelita Husada saat Ron mengabari bahwa ia dan teman-temannya sedang merujuk Sal ke sana. Ada rasa khawatir pada keadaan anak sahabatnya itu.
"Ron! My sweetheart", panggil Riana saat melihat putranya berdiri di depan ruangan IGD.
Paul, Neyl, dan Diman tersenyum kecil saat mendengar Ron dipanggil dengan sebutan manis seperti itu. Sedangkan Ron, mukanya sudah ditekuk gegara diledek oleh para cewek.
"Gimana keadaan Sal?" Tanya Riana setelah berhasil menghampiri para remaja itu. Anak-anak itu pun menyalimi mamahnya Ron bergantian.
"Udah siuman, lagi diobatin", sahut Ron sedikit jutek. Separuh kesal karena mamahnya, separuh lagi demi menutupi gengsinya. Dia kan Ron si manusia beku.
"Kaku bener kayak kanebo kering. Padahal tadi yang paling khawatir", celetuk Novy.
"Biarin aja lah Nov, kan emang gitu, yang penting dia nggak ganggu ternak warga", timpal Neyl yang kini dipelototi oleh Ron.
Riana mengelus punggung anaknya sambil tersenyum.
"Yaudah kita tunggu sama-sama ya"Sal membuka matanya perlahan. Tubuhnya masih terasa sakit, namun pusingnya sudah hilang. Tangan kirinya kini terinfus. Sal menoleh ke sekitar. Ternyata dia sedang berada di rumah sakit.
Tidak terasa bulir air mata meleleh membasahi pipinya. Teringat Bas, kakak laki-laki yang dulu hangat meski jarak usia mereka yang terbilang jauh, kini sudah menjadi asing baginya. Mungkin laki-laki itu belum bisa memaafkannya. Tapi kenapa Bas memindahkan sekolahnya jika memang tidak ingin berinteraksi dengannya? Pikiran Sal melantur kemana-mana.
"Nak, kenapa nangis?"
Sal menoleh ke sumber suara. Ternyata Tante Riana yang menanyainya.
"Tante kok ada di sini?"
"Iya, tante tadi ditelpon Ron, katanya kamu pingsan", jelas Riana sambil mengelus kepala Sal.
"Kamu kenapa Sal? Kamu dibully?"
Sal menggeleng. "Aku diserang cegilnya Ron, tante", ucap Sal jujur.
Sal menceritakan kronologinya. Dia tidak bermaksud mengadu. Atau mencari perhatian mamahnya Ron. Lebih baik dia berkata yang sebenarnya daripada dibiarkan, kemungkinan besar Allysa cs tidak akan mendapatkan efek jera dari perbuatannya.
Riana ternganga mendengar ucapan Sal. Tidak menyangka remaja sekarang sudah bisa bertindak di luar batas kemanusiaan. Padahal mereka masih sangat muda. Masih belasan tahun. Apalagi didasari oleh hal yang sebenarnya terdengar sepele.
"Siapa orang yang nyerang lo!?", tiba-tiba Ron muncul dengan kantong obat di tangannya. Dia habis dari apotek menebus resep untuk Sal. Teman-temannya sudah berpamitan pulang. Sudah sore, mereka hanya menitip salam untuk Sal jika gadis itu udah siuman.
"Cewek gila lo!"
"Cewek gue? Gak ada"
"Katanya dia calon pacar lo!"
"Siapa sih?! Coba bilang yang jelas!"
"Allysa"
What? Allysa yang mana nih? Ron juga tidak mengenalnya.
"Cewek yang ngasih lo air minum", terang Sal akhirnya. Ron hanya membulatkan mulutnya. Sudah mengerti kemana arah maksud perkataan Sal.
"Tanggung jawab kamu Ron, gara-gara kamu nih tebar pesona kemana-mana, Sal kan jadinya yang kena?" Kata Tante Riana tiba-tiba.
"Kok jadi Ron sih mah yang salah, mamah dong harusnya"
"Lah kok jadi mamah? Gimana sih kamu ini!"
"Karena mamah kan udah ngelahirin Ron yang ganteng gini, jadi bukan salah Ron dong kalo banyak yang naksir", sahut Ron dengan muka tengil.
Sal tertawa mendengar percakapan ibu dan anak itu. Ternyata Ron tidak beku-beku amat seperti yang disangkanya selama ini. Buktinya ia bisa secair itu bercanda dengan mamahnya. Sisi lain Ron yang Sal baru tau hari ini.
"Lo harus tanggung jawab Ron"
"Lah kenapa gue?"
"Ya kan gara-gara cegil lo!"
"Mah, Sal mau Ron tanggung jawab nih, emang mamah mau ngerestuin Ron nikahin Sal?"
Pluk, satu bantal mendarat di kepala Ron.
"Jangan gila lo ya!!", seru Sal yang kemudian disambung oleh tawa ketiganya.
***Hai, para readers,, thanks ya udah setia baca cerita aku. Udah vote dan komentar juga. Kalian nambah semangat aku 🫰🏻
Maafin kalo alurnya agak lambat, candaannya garing, atau UP nya yang sesuka hati.
Pokoknya tetap stay ya, love you ❤️
