Pov Ron
Gue suka lihat Sal marah-marah. Gemes. Tapi gue lebih suka ketika lihat dia tersenyum seperti sekarang ini. Cantiknya naik drastis.
Sejak awal, gue ngerasa ada yang aneh di diri gue waktu melihat cewek bawel ini. Gak kayak biasanya. Tapi gue berusaha bersikap biasa aja. Walaupun kadang juga kelepasan.
Seperti sekarang, reflek gue nutupin badannya yang kedinginan pakai jaket yang lagi gue pakai. Lucunya, cewek itu cuma manyun. Melirik sekilas lalu pergi bergabung dengan teman kami lainnya. Berasa diambekin pacar gak sih?
"Gak berasa udah hari terakhir aja, gak rela sih secepat ini", celetuk Paul sambil meregangkan badannya di samping gue.
"Mandi sana!" Usir gue. Ganggu aja ni bule.
"Bentar, gue mau nyamperin ayang Bil-Bil", ujar Paul.
"Lo jadian?"
Paul menggerakkan alisnya. Tanda setuju. Anjir ni bocah malah curi start.
"Gue sih nggak kebanyakan gengsi kayak lo!" Ujarnya.
"Kalo emang suka, ngomong Ron! Entar ada yang ngambil, galau lo!"
"Dia kayaknya gak suka sama gue, Ul. Maksud gue, dia cuma nganggep gue sahabat. Tuh liat, sokab kemana-mana orangnya", sambil menunjuk Sal yang kini sedang tertawa dengan Neyl dan Diman.
"Test aja, Ron. Biar kita tau gimana perasaan Sal sebenarnya"
"Nggak ya Paul. Sal bukan objek yang bisa ditest-test kayak gitu"
Tentu aja gue nolak. Sal gak boleh digituin. Dia terlalu berharga. Buat gue pastinya.
"Minimal kalo mau posesif tu jadiin pacar dulu lah Ron"
Paul menepuk pundak Ron, lalu mendatangi para gadis yang kini sedang bercengkrama di depan tenda.
Pov Ron End
***"Ron, jauhan Ronn", usir Sal. Gadis itu menjaga jarak dengan Ron.
"Kenapa sih Sal?"
"Entar pacar lo marah ama gue. Entar yang ada gue jadi korban Allysa part 2"
"Pacar gue? Siapa?"
"Mana gue tau, kan pacar lo! Terus tu juga, cewek si paling tahu favorit lo, dari tadi mandangin gue kayak mau nerkam!"
Ron memperhatikan Sal yang kini dipenuhi emosi. Ia menepuk-nepuk pundak gadis itu.
"Jelasin pelan-pelan Sal. Gue nge-lag ini"
Sal menghela nafasnya. Kesal juga dirinya dengan cowok satu ini dibilangin gak ngerti-ngerti.
"Kata Novy, si Keysha itu gebetan lo"
Ron mengangguk, tapi juga menggeleng. "Udah lama itu Sal. Gue gak ada hubungan apapun sama dia"
"Masa sih?"
"Beneran sumpah!"
"Terus Novy bilang, lo udah punya pacar sekarang"
"Kalo gue punya pacar, lo merasa kecewa gitu, Sal?" Tanya Ron menyelidik.
Sal terdiam. Bingung akan menjawab apa.
"Yaa nggak juga. Kesel aja. Gue sebagai sahabat lo gak tau apa-apa tentang lo, tentang hal favorit lo, kayak si Keysha tuh", ujar Sal sambil manyun.
Ron tersenyum. Dia merapatkan duduknya dengan Sal. Meraih tangan Sal dang menggenggamnya erat.
"Lo mau tau gak apa yang jadi paling favorit di hidup gue sekarang?"
Ron menatap Sal. Gadis itu menunggu jawabannya.
"Apa, Ron?"
"Senyuman lo, Salma Ananta Wijaya", kata Ron sambil mencubit pipi Sal.
Lama mereka saling bertatapan dalam diam. Wajah Sal sudah memerah. Otaknya menyuruh agar dia tetap waras, tapi hatinya sudah jedag jedug jeder akibat ucapan Ron barusan.
Ron juga tak kalah saltingnya. Berkali-kali ia mengusap hidungnya yang tidak gatal hingga merah seperti orang flu. Ron terpikirkan ucapan Paul tadi pagi. Dia harus memastikan perasaan gadis di depannya ini.
"Sal"
"Ron"
"Lo duluan", ujar Sal.
"Gue gak tau gimana perasaan lo ke gue, tapi gue mohon lo tetap di sini ya Sal, sama gue", ujar Ron meletakkan tangan Sal tepat di jantungnya. Sal mengangguk.
***