"Sal?" Panggil seseorang, mengalihkan perhatian Sal yang sedari tadi asyik memotret Ron dari belakang.
"Nathan!!", serunya senang. Membuat Ron membalikkan badannya ke arah sumber suara.
Seorang cowok tampan berpenampilan keren dengan jaket varsity kini ada di hadapan mereka. Ron menatap datar pada Sal yang tersenyum senang pada cowok itu. Kedua orang itu kini asyik berbincang tanpa menghiraukan Ron.
"Apa kabar kamu? Kok bisa ada di Jakarta?" Tanya Nathan.
"Kabarku baik. Sekarang aku pindah ke sini, Nat", jawab Sal.
"Oh ya? Kalo gitu kapan-kapan kita jalan bareng ya! Nomor kamu masih yang lama kan?"
Sal mengangguk. "Hubungin aja", katanya sambil tersenyum manis.
"Oke deh, aku lanjut dulu ya", pamitnya sambil melambaikan tangan. Sal membalas lambaian itu dengan senyum riang.
"Happy banget", celetuk Ron.
"Astaga, bikin kaget aja sih", Sal mengelus dadanya.
"Kenapa kaget? Bukannya gue dari tadi gak kasat mata ya?" Ron berlalu menuju pintu keluar.
***Paul dan Neyl menatap penuh selidik pada Ron yang uring-uringan di kamar Paul. Bolak balik berguling di kasur. Sesekali menatap layar hapenya yang tidak menampilkan notif apa-apa.
Sejak pulang dari aquarium bersama Sal, Ron misuh-misuh gak karuan. Ia pun memutuskan untuk menginap di rumah Paul karena besok hari libur.
"Telpon aja lah, daripada misuh-misuh kayak bombat mau beranak", sindir Paul yang mulai jengah dengan kelakuan sahabatnya.
"Siapa?"
"Elo!", sahut Neyl sambil memetik gitar dan duduk di jendela.
"Telpon siapa maksudnya?"
"Telpon Sal lah, siapa lagi", Paul melempar kulit kacang ke arah Ron.
"Ogah gue. Kalo bukan prank lo juga, gak bakal gue jalan sama dia", tolak Ron.
"Lagian juga dia paling telponan sama cowok yang ketemu di Aquarium tadi", sambungnya sambil menutup muka dengan bantal.
Paul merebut bantal yang dipegang Ron. Lalu terkekeh karena melihat wajah Ron yang merah padam.
"Napa muka lo? Cemburu?"
"Mana ada!!"
"Santai bro!!!", kata Neyl yang kaget gara-gara Ron.
"Terus kenapa muka lo merah?"
"AC kamar lo jarang diservis. Panas jadinya", sahut Ron asal. Lagian muka merah aja dipermasalahin banget.
"Gini deh Ron, kita kan udah sahabatan dari kecil, gue udah hafal banget sama kelakuan lo. Gue rasa lo tu suka sama..."
"Stop, jangan halu. Gue cium nih", ancam Ron sambil menutup mulut Paul. Lalu mendekatkan mukanya pada Paul.
Paul yang merasa dirinya dalam bahaya segera berontak. Keduanya kemudian bergulat di atas karpet. Saling memiting satu sama lain. Neyl hanya tertawa-tawa melihat tingkah dua sahabatnya yang absurd dan penuh kerandoman itu.
"Hape lo bunyi tuh Ron!", kata Neyl membuat pergulatan Paul-Ron terhenti. Ron bangkit dan mengambil hapenya yang tergeletak di kasur. Ada nama Sal di sana.
"Iya hallo?"
"Lo udah balik, Ron?" Tanya Sal di seberang telpon.
"Belom. Lagi di rumah Paul", sahut Ron sambil melirik dua sahabatnya.
"Oh oke. Kabarin kalo dah sampai rumah"
"Perlu banget ya?"
"Iya. Soalnya gue gak mau dituduh keluarga lo sebagai penjual organ dalam manusia, kalo seumpama lo hilang", kata Sal sedikit ngegas. Ron memiringkan bibirnya mendengar perkataan Sal barusan. Senyum tipis dia.
"Gue nginep sini, bawel"
"Tapi gue bakal bilang sama mamah, kalo lo nyekap gue dan bakal jual organ dalam gue ke blackmarket", sambung Ron dengan muka jahil.
"RONNNN, ANJIR LO YA!!!"
Ron terbahak. Sal paling tidak bisa dipancing emosinya. Kesabarannya setipis tisu direndam air, alias gak ada. Entah sejak kapan mendengar Sal marah-marah jadi sebuah kesenangan baginya.
"Udah, emosi mulu. Tidur gih", suruh Ron.
"Ini juga gue mau tidur. By the way, thanks ya udah ngajakin gue jalan. Gue gak nyangka manusia beku kayak lo bisa sweet juga. Good night, Ron", ucap Sal sambil mematikan sambungan telponnya.
Good night too Sal, balas Ron dalam hati.
"Giwi gik nyingki minisiyi biki kiyik li bisi swit jigi"
"Gid nit Rin"
Ledek Paul dan Neyl bersahutan. Ron menatap keduanya yang kini cengengesan dengan pandangan heran. Kok mereka bisa tau isi percakapannya dengan Sal?
"Apa? Bingung kan lo kita tau isi telpon lo?!" Tebak Paul. Ron mengangguk.
"Ya iyalah, telponnya aja lo speaker", kata Neyl sambil terbahak. Puas banget dia melihat wajah bloon Ron.
ANJIRRRRRR.
Ron berasa pengen beli tiket ke planet Mars.
***Makanya Ron jangan sambil salting - Author