HUT SMA Angkasa kini sudah mencapai puncaknya. Hari ini akan OSIS akan mengumumkan semua juara dari lomba-lomba yang sudah dilaksanakan hari sebelumnya.
Sal dan Novy berdiri bersama teman-teman sekelasnya. Menghadap panggung kecil di tengah lapangan. Ada piala berderet di atas meja. Mc sudah berdiri di belakang stand mic, siap membacakan pengumuman.
Satu persatu juara lomba sudah diumumkan. Diantaranya futsal dimenangkan oleh kelas Sal. Novy juga maju bersama Nabila untuk menerima piala sebagai juara kedua dan ketiga. Neyl jadi juara pertama lomba nyanyi lagu rock, menggantikan Sal yang sakit kemarin.
Belum lagi lomba lainnya yang tak luput dari 3 besar. Membuat keyakinan anak kelas 11 IPA 1 bertambah bahwa kali ini mereka bisa menyabet gelar juara umum.
"Oke finally, ini yang kita tunggu-tunggu, juara umum tahun ini adalah.......", MC menggantung ucapannya sejenak.
Suara riuh siswa SMA Angkasa memenuhi lapangan sekolah. Mereka sudah tidak sabar untuk mengetahui kelas mana yang akan menjadi juara umum. Pasalnya ada hadiah yang menggiurkan, yaitu sejumlah uang tunai yang kalo dipakai mentraktir satu kelas pun masih banyak sisanya.
"Kelas 11 IPA 1!!!!"
What? Apa katanya? Sal terbawa dalam euphoria teman-teman sekelasnya saat ini. Mereka saling berpelukan merayakan kemenangan kelasnya. Ron, sang ketua kelas naik ke atas panggung untuk menerima piala dan hadiah uang tunai. Sal melirik sekilas pada cowok yang ini diteriaki oleh fangirlnya dengan histeris.
"Buset tu anak makin hari makin banyak cegilnya", celetuk Neyl.
Sal yang mendengar ucapan Neyl reflek melirik ke arah sekumpulan siswi yang disebutnya sebagai cegil Ron. Sal tidak melihat keberadaan Allysa dan dua anteknya di sana. Juga tidak ada disudut sekolah lainnya.
Ron sudah turun dari panggung, menyerahkan piala besar yang dipegangnya pada Diman lalu menghampiri Sal yang masih bersisian dengan Novy.
"Yuk ke kantin", ajaknya sambil senyum pada Sal membuat Novy agak kaget dengan sikap Ron kali ini.
"Bentar Ron", cegah Novy menahan tangan Ron yang akan menuju kantin. Membuat Sal juga menghentikan langkahnya.
"Ck. Apasih, Nov", gusar Ron. Novy tidak menggubris kalimat sinis dari Ron. Ia menempelkan punggung tangannya ke jidat Ron. Cowok itu sudah kembali ke setelan pabrik. Jutek pada semua orang.
"Gak panas, fix kesambet!" , ujarnya menatap Sal dan Ron bergantian.
"Gak jelas banget sih Nov, buruan oyyy", teriak Ron pada teman-teman cowoknya. "Gue ngajak yang lainnya juga kali", sambung Ron sambil berjalan lebih dahulu ke arah kantin.
Sal dan Novy hanya bertatapan. "Gengsian banget ya", celetuk Syarla yang tiba-tiba ada di samping mereka berdua.
"Hooh, lo kalo suka sama Ron, tunjukin lah Sal, care dikit ke dia, siapa tahu mau luluh", bisik Novy.
"Gak ya! Gue biasa aja sama tu manusia beku", sahut Sal.
"Masa sih Sal? Kemaren juga gue lihat lo senyum-senyum sambil natap Ron", timpal Nabila.
"Ya itu karena gue salut dia mau bantuin gue", kata Sal mencak-mencak.
"Awalnya salut, kagum nih, lama-lama sayang.. terussssssss..."
Sal menutup mulut Novy dengan telapak tangannya. Lalu menyeret gadis itu ke kantin bergabung dengan sahabat mereka lainnya.
Apa iya gue yang suka sama Ron? Wah jangan sampai deh.. Mana kemaren gue pede bener lagi nanyain Ron suka ama gue atau nggak. Tapi kan kemaren sikap dia manis banget. Beda banget kayak biasanya. Terus ciuman gue kemarin... Aaaaa...
"Aaaaaaaaa", jerit Sal membuat semua orang kaget dan memandangnya.
"Kenapa lo?!" Tanya Paul. Dia emang sahabat paling jahil, tapi juga paling peduli.
Sal menggeleng malu. Tidak menyangka jeritan hatinya keluar secara lisan.
Sedangkan Ron, jangan tanya. Dia tetap Ron yang memiliki sikap sedingin es kutub. Setelah melirik Sal sekilas, Ron melanjutkan makannya yang tertunda.
***"Rony!"
Ron yang baru saja akan keluar dari ruangan TU, kembali berbalik mencari asal suara yang memanggilnya. Di belakangnya ada Pak Bas, kepala sekolahnya, yang kini dia ketahui sebagai kakak Sal.
"Iya Pak, ada apa?"
Bas mendekati Ron, ia mengulurkan selembar kertas. "Ini surat ijin Sal ikut camping", jelas kepsek muda itu.
Ron menerima kertas itu dengan sopan. Lalu sekilas membaca isinya. Ah benar, surat ijin itu harus ditandatangani orangtua atau wali siswa. Ron sebenarnya berniat meminta tandatangan mamahnya untuk Sal apabila gadis itu tidak bisa memintanya dari Pak Bas.
"Oh ya Ron, maaf ya sudah merepotkan keluarga kamu. Saya harap tidak ada kejadian seperti ini lagi antara kalian"
Ron sadar, bahwa kejadian yang menimpa Sal kemarin alasannya adalah dirinya. Padahal dia juga baru pertama kali mengenal Allysa meskipun mereka seangkatan. Tidak ada hubungan apapun antara mereka. Anehnya, semenjak itu Ron tidak lagi melihat anak itu di sekolah.
"Allysa dan temannya sudah saya beri surat pindah, mereka tidak sekolah di sini lagi, dan kamu harus pastikan mereka tidak akan mengganggu Salma lagi" kata Pak Bas seakan menjadi jawaban dari pertanyaan Ron.
Eh?? Semudah itu? Memang hebat ya the power of orang dalam! Tapi kenapa Ron yang harus memastikan? Ini dia diancam jangan dekat-dekat Sal, atau disuruh jagain Sal sih??
"Allysa pacar kamu kan?"
Eh, apa katanya? "Bukan, Pak. Saya juga baru kenal", jelas Ron.
"Oh, berarti kamu pacarnya Salma", imbuh Pak Bas sambil berjalan meninggalkan Ron yang kini hanya bisa melongo.
"Sal, surat ijin lo udah sama gue", bisiknya.
Sal menoleh. Ada Ron di sampingnya. Harusnya masih ada Nabila. Kemana gadis itu? Sal celingak-celinguk mencari sahabatnya.
"Nabila udah duluan sama Paul", jelas Ron.
"Yaaah, kan gue mau beli perlengkapan camping bareng dia, kenapa ditinggalin sih! Terus kenapa surat gue ada di lo?"
"Dikasih kakak lo tadi", Ron menunjukkan kertas bertanda tangan Pak Bas pada Sal.
"Ron, jangan bilang yang lain ya soal kak Bas"
Ron mengacungkan jempolnya. "Tapi gak gratis, Sal"
"Ih lo kok pamrih", Sal menabok bahu Ron. Cowok itu hanya tertawa.
"Lo harus mau gue anterin belanja buat camping"
"Itu sih wajib Ron, kan lo udah jadi paspamsal" kata gadis itu jumawa.
"Oh,, harus diresmiin nih berarti"
"Boleh,, sekarang kita cepet-cepetan, yang kalah traktir es krim" tantang Sal.
Keduanya kini berlarian menuju parkiran sekolah.
***
