24

2.4K 115 9
                                    

Ron menatap tajam ke arah Sal. Begitu juga Neyl, dia memandangi Novy dengan tatapan menyelidik. Keduanya masih mencengkram erat ransel masing-masing gadisnya.

Eh, Neyl, lo mah belum jadian!

"Bagus yaaa, nggak ngajak-ngajak kita", sarkas Neyl.

"Pakai bohong segala lagi", sambung Ron.

Sal menghela nafas. Sedangkan Novy sudah misuh-misuh sejak tadi pada Neyl.

"Lepasin gak lo, buruan. Entar target gue hilang!" Ujar Novy sambil memukuli lengan Neyl.

Ron dan Neyl melepaskan cengkraman mereka, lalu beralih menggenggam tangan gadisnya masing-masing.

"Udah jangan berdebat. Buruan kita susulin", ujar Sal menyadarkan semuanya.

Ternyata sedari pulang sekolah, Ron yang agak curiga dengan Sal dan Novia mengajak Neyl untuk menguntit kedua cewek itu.

Haha, tragis amat ada penguntit yang dikuntit pula.

Ron dan Neyl sudah berada ditempat yang sama saat 'target' yang dimaksud kedua cewek itu berpelukan dengan seorang cewek yang datang menghampirinya. Mereka buru-buru menahan Sal dan Novy agar bisa menyelidiki hal itu sama-sama.

Keempat bocah SMU itu kini mulai mengikuti target yang sudah berada jauh di depan. Mereka berusaha menjaga jarak agar tidak ketahuan. Saat kedua target berbelok ke bioskop, mereka pun menahan diri agar tidak langsung masuk ke tempat yang sama.

"Entar biar aku sama Neyl yang masuk duluan ya", bisik Ron di telinga Sal. Posisi mereka sangat dekat. Membuat Sal jadi deg-degan.

Setelah target berlalu, Ron dan Neyl masuk untuk membeli tiket.

"Mbak,  temen saya yang tadi berdua ambil film apa ya?" Tanya Neyl pada mbak penjual tiket bioskop.

Mbak itu menatap keduanya dengan heran.

"Iya mbak, soalnya kita ditinggalin. Kita telpon gak diangkat nih, biasalah kalo sama cewek lupa sama temennya", timpal Ron dengan alasan setipis kulit bawang.

Mbak itu pun menunjukkan film yang akan ditonton oleh 'target' mereka.

"Mencar aja Neyl, lo sama Novy, gue sama Sal di sini", ujar Ron menunjuk posisi kursi yang berjauhan.

Setelah keduanya mendapatkan empat tiket, Neyl segera menelpon Novy agar ia dan Sal segera masuk. Keempatnya pun kini memasuki studio tempat film yang mereka pilih. Beruntung lampu studio sudah dimatikan, sehingga dapat menyamarkan pergerakan mereka.

"Kenapa milih yang di pojok sih?" Bisik Sal setelah mendudukkan dirinya di kursi penonton.

"Ini namanya strategi, katanya mau mantau"

Hehhh... Sal hanya bisa pasrah. Matanya mencari-cari target yang ternyata ada di barisan depan mereka. Hanya berbeda dua bangku. Buset sedekat ini! Sal merasa gugup takut ketahuan.

"Ron, mereka di depan kita", bisiknya lagi. Ron hanya mengangguk mengiyakan. Ia sengaja mengambil posisi ini karena saat membeli tiket, Ron sempat menanyakan nomor kursi si 'target'.

"Ssstt" Ron menyuruh Sal agar tidak berisik. Pasalnya film sudah mulai, dan suara mereka hanya akan mengganggu penonton lainnya. Resiko terbesarnya, mereka mungkin akan ketahuan.

Ternyata film yang ditonton adalah film horor. Sal sedikit menyesal. Harusnya dia tidak usah ikut nonton film. Cukup membuntuti si 'target' aja. Soalnya urusan hantu, Sal cukup parno. Ditambah biasanya ada adegan berdarah-darah, membuat Sal jadi merinding karena traumanya.

"Ron, aku pusing", keluhnya saat melihat adegan hantu mengejar-ngejar tokoh utama. Ron menoleh. Ia pun merangkul Sal agar masuk ke pelukannya.

"Udah jangan dilihat, gini aja. Biar aku yang mantau mereka", bisik Ron sambil mengelus punggung Sal.

Sal mengeratkan pelukannya pada Ron sambil memejamkan mata. Dalam jarak dekat seperti ini dia bisa mendengar detak jantung Ron yang begitu cepat.

"Ron? Kamu gak papa?"

"Kenapa? Aku gak papa kok", sahut Ron sambil tetap mengawasi dua orang yang kini sedang bercumbu. Shit!

"Kok jantung kamu cepet banget? Kamu gak lagi sakit kan?"

Ron mengalihkan pandangannya pada Sal. Wajah gadis itu hanya diterangi oleh pantulan sinar dari layar raksasa di depan mereka. Perlahan Ron mendekatkan wajahnya. Menempelkan dahinya ke dahi Sal.

"Ini semua gara-gara kamu", ujarnya sambil mencuri sebuah ciuman di pipi Sal. Ron kembali menghadap layar sesekali memantau target di hadapan mereka.

"Ronnnn"

"Apaa?"

"Kok mereka gitu sih?"

"Kenapa? Mau juga?"

"Ya nggak lah! Malu banyak orang!"

"Jadi kalo sepi, mau?"

"Asem! Ya mau lah!!! Hehehe"

Ron menjitak kepala Sal yang sedang menyender di bahunya. Sal mengaduh pelan. Keduanya kembali menikmati film sambil sesekali Sal menutup wajahnya.

Tanpa terasa film yang diputar sudah selesai. Ron mengode Neyl dari jarak jauh agar segera keluar dari ruang bioskop sebelum orang yang mereka buntuti.

"Ron! Mereka lihat kesini Ron!", bisik Sal panik sambil menepuk-nepuk bahu Ron.

Lampu bioskop sudah menyala, sehingga tidak dapat menyamarkan keberadaan mereka di sana. Ia pun refleks menutup wajah dengan kedua tangannya. Sedangkan Ron yang masih belum siap dengan situasi itu kini merosotkan tubuhnya agar lebih rendah dari kursi yang di depannya.

Sal mengintip dari sela-sela jarinya. Tanpa disangka ada seorang cewek yang sangat dikenalnya berjalan dari arah lain mendekati dua target yang kini mulai tegang.

Plakk! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi si cowok. Lalu cewek yang baru datang itu menjambak rambut panjang dari cewek 'target' hingga ia menjerit kesakitan.

Astaga!

Sal yang melihat hal itu buru-buru berlari turun menuju tempat ketiga orang itu. Ron menyusul Sal, begitu juga dengan Neyl dan Novy yang berlarian panik dari arah sebaliknya.

Novy segera memeluk tubuh cewek yang menjambak rambut itu, sementara Sal menarik tubuh si cewek target agar menjauh. Sementara Ron dan Neyl berdiri mengapit si 'cowok target' agar tidak bisa kabur dari sana.

"Kalian!!!"

"Sabar Syarla!" Ujar Novy sambil terus memeluk sahabatnya itu.

"Lo jahat Dim!" Teriak Syarla sambil menunjuk muka Diman yang barusan ditamparnya.

Diman hanya terdiam, tapi ia kini menggenggam tangan cewek yang berdiri di sampingnya. Cewek yang dijambak oleh Syarla tadi.

"Terserah lo! Gue juga udah muak sama lo!"

"Jaga mulut lo Dim!" Bentak Neyl. Ia ingin sekali membogem wajah Diman hanya saja tangannya ditahan oleh Ron.

"Kamu nggak papa, Key?" Tanya Diman pada Keysha dengan nada lembut. Ia merapikan rambut Keysha yang berantakan.

Hal ini membuat Syarla kembali meradang. Cewek mungil itu kini mulai berontak melepaskan diri dari pelukan sahabatnya.

Dua petugas keamanan bioskop datang menengahi pertengkaran para remaja itu. Mereka digiring untuk segera meninggalkan ruangan itu. Diman dan Keysha memilih pergi lebih dulu, bahkan tanpa pamit. Sementara Syarla diajak keempat sahabatnya melipir ke resto untuk menenangkan diri.

🌻🌻🌻

Duta Gengsi Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang