Sal kini berada di kamar tidur Ron. Ruangan itu bernuansa monokrom. Nyaman dan rapi, itu kesan pertama Sal saat memasuki ruangan pribadi milik Ron. Membuat Sal betah berlama-lama di sana. Aroma terapi yang dipasang Tante Riana juga menambah hasrat Sal untuk terus memejamkan mata.
Sejak di rumah sakit, Tante Riana memaksa Sal untuk pulang ke rumahnya. Tidak ada yang menjaga Sal jika gadis itu pulang ke apartnya. Tidak mungkin juga Ron berada di sana menemani Sal. Beliau juga menelpon Bas untuk meminta ijin, dan ajaibnya Bas langsung mengijinkan. Itulah alasan mengapa Sal kini terdampar di kamar manusia beku yang ternyata gak kaku-kaku amat.
Sorry Ron, roasting lo mulu ✌🏻
PENGABDI PRENJON
Novy: gimana keadaan kau Sal?
Ron: tidur dia
Neyl: lah napa lo yang jawab?
Ron: kan lagi tidur orangnya
Nabila: Sal sorry banget ya kita pulang duluan, nanti kita jenguk lo ke apart
Salma: gue udah mendingan Nov, gue gak di apart Bil, di rumah tante gue sekarang
Ron: dah bangun ternyata
Salma: apasih Ron
Paul: Ron perhatian banget ya sama Sal, kiw kiw 😏
Neyl: prittttt, kartu kuning! 🤣
Nabila: 😁😁😁
Ron: 👊🏻👊🏻👊🏻👊🏻👊🏻
Novy: kita ke tempat lo ya Sal, sharelok rumah tante lo
Waduh, gimana nih? Sal masih belum menjawab. Dia kan sekarang lagi di rumah Ron. Pasti teman-temannya heran, dan bakal makin meledeknya. Sal berpikir keras mencari alasan untuk menolak kedatangan teman-temannya. Setidaknya untuk saat ini dulu.
Ron: ngapain sharelok, langsung aja ke rumah gue, Nov. Orangnya di sini kok.
Paul: W for Waduh
Neyl: W for Wanjirrrrr
Diman: gue sama Syarla nyusul ya guys
Ron gila! Ember banget sih! Malah dia bocorin anjir. Sal misuh-misuh sendiri. Kesal dia dengan Ron. Sal menendang-nendang selimut Ron.
Ceklek. Pintu kamar Ron terbuka.
"Makan dulu Sal", kata Ron sambil membawakan sepiring nasi. Ada lauk ayam teriyaki di atas piringnya.
"Bukan bubur kok, lo juga gak ompong kan?" Ron menggoda Sal yang sedari tadi melongok ke arah piring yang dibawanya. Sal menabok bahu Ron. Ngeselin banget deh ni orang.
Ron mengarahkan sendok ke mulut Sal. Berniat menyuapi gadis itu. Sal terdiam sejenak, kemudian membuka mulutnya. Tidak menyangka dia akan menemukan sisi lain Ron yang manis begini.
"Sal, gue minta maaf ya, secara gak langsung gue yang bikin lo bonyok kayak gini", ujar Ron sambil menatap mata Sal.
Sal menggeleng, "bukan salah lo, gue aja yang lemah gak bisa lawan mereka"
"Gue bakal laporin kasus ini ke BK. Lo tenang aja. Mulai sekarang kalo ada apa-apa, bilang ke gue", kata Ron lagi. Ia mengarahkan suapan lagi ke mulut Sal.
Sal mengangguk. Ada perasaan hangat di hatinya efek dari perkataan Ron barusan.
"Makasih ya Ron, udah bantuin gue sampe sebegininya"
"Santai Sal, udah tugas gue sebagai ketua kelas", sahut Ron sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
Sumpritt, gue udah kepedean lagi, ternyata cuma formalitas. Salah banget gue nilai ni orang. Kalo emang beku ya beku aja ternyata, rutuk Sal dalam hati.
"Oh jadi cuma sekedar formalitas nih?"
"Emangnya kalo lebih, boleh?" Tanya Ron sambil menggenggam tangan Sal.
"Maksudnya?"
"Emmmm maksudnya gue mau jagain lo lebih dari biasanya", jelas Ron gelagapan.
Sal menyelidik muka Ron yang kini sudah memerah. Cowok itu berusaha menyembunyikan kesaltingannya. Ron menarik tangan Sal yang masih dipegangnya, lalu meletakkan tangan itu di dadanya. Ron menekan tangan Sal agar dapat merasakan degup jantungnya yang kini sudah tidak beraturan.
"Lo suka sama gue, Ron?"
***"Waahh, mau jenguk Sal ya? Yuk masuk, Sal nya ada di kamar Ron", sambut Tante Riana saat melihat Paul cs tiba di depan rumahnya.
Keenam remaja itu masuk sambil menyalami mamahnya Ron yang memang memiliki sifat ramah dan mudah bergaul. Berbanding terbalik dengan anaknya yang punya sifat kayak es kutub.
Mamah Ron mengajak teman anaknya menaiki tangga ke lantai dua menuju kamar Ron.
"My Sweetheart, nih temen-temen kamu sudah datang"
"Iya mah", sahut Ron sambil buru-buru berdiri. Tangannya membawa piring bekas Sal makan.
"Masuk aja guys, gue ke dapur dulu" ujarnya pada Paul yang berdiri paling dekat dengan pintu.
Ron bergegas menuruni tangga, membawa piring ke dapur dan mencucinya.
"Selamat, selamat. Untung mereka datang, kalo gak hampir aja gue ketahuan", gumam Ron.
Piring sudah selesai dicuci, sekarang dia membuka kulkas. Ron membuat es sirup untuk teman-temannya. Tidak lupa juga ia menyiapkan beberapa toples cemilan.
Sementara itu, di kamar Ron
"Sal, lo istirahat aja. Lomba lo biar gue yang handle, Ron udah bilang ke gue tadi siang", ujar Neyl.
"Gapapa Neyl? Gue nggak enak nih jadi ngerepotin"
Cowok itu mengangguk yakin.
"kita kan sahabat, saling bantu, jadi jangan sungkan Sal" jelas Nabila yang diangguki Novy dan Syarla.
"Iya, kita sahabat kecuali lo dan Ron, dia tuh.." kata Paul.
Diman dan Neyl tertawa misterius.
"Apa?! Gue apa?!" Ron tiba-tiba masuk dengan nampan di tangannya.
"Nggaakkk.. ngegas aja lo!"
"Jangan ngomong aneh-aneh ya lo!" Kata Roni sambil merengut.
"Ronnn.. jangan gitu dong mukanya", tegur Sal lembut.
"Iya Sal iya", sahut Ron sambil tersenyum.
"Buset giliran ama pawang, nurut lo Ron" kata Diman
"Bukan gitu, sekarang dia jadi Paspamsal" tukas Paul
"Apaan tuh?" Tanya Syarla.
"Pasukan Pengamanan Sal" jawab Neyl sambil mengedipkan mata.
"Heleh modus banget!"sarkas Novy. "Gak sekalian aja jadi pacarnya?" Sambungnya yang langsung dapat pelototan Sal.
"Prittttt, kartu merah, Nov", kata Nabila sambil cengengesan.
Sedangkan Ron, ia hanya terdiam dengan muka yang merah padam sambil menatap Sal yang kini tersenyum manis ke arahnya.
***Hayoloh Ron, belum lo jawab noh pertanyaan Sal! Malah salting brutal aja!- Author