3

1.9K 94 4
                                    

"Ron, ini cara ngerjainnya gimana?"
"Kalo yang ini rumusnya pakai yang phytagoras gak sih?"
"Ron, lu yang hitung gue yang nulis ya"
"Ron, kok diam aja sih?"

Ron memutar matanya mendengar celotehan Sal yang terdengar berisik ditelinganya. Keduanya sedang kebagian satu kelompok untuk menyelesaikan tugas matematika. Sebenarnya ini soal gampang. Tapi adanya Sal membuatnya jadi rumit.

"Lu bisa gak sih diam dulu. Bawel banget! Gue lagi mikir!" Ketus Ron membuat Sal terdiam. Gadis itu menatap wajah Ron sekilas, lalu buru-buru mengalihkan pandangannya ke buku soal.

Ron menghela nafas. Lalu mulai menuliskan rumus di lembar jawaban. Sal hanya memperhatikan dari samping. Tidak bersuara.

"Jadi ini caranya dikalikan, lalu dibagi dengan yang ini, hasilnya akan dapat nilai x, Sal yang cantik..."

"Ngerti lo?", tanya Ron tiba-tiba menatap wajah Sal yang ada di sampingnya.
Sal menggeleng. Bagaimana ia bisa mengerti, dijelaskan saja tidak. Sedari tadi Ron hanya menulis dalam diam.

"Lo aja gak ada ngomong", sahut Sal.

Puk! Ron memukul pelan kepala Sal dengan buku tulis. Wajah gadis itu perlahan memerah. Tapi buru-buru Sal menetralkan raut mukanya.

"Gue lupa, ternyata ngomong dalam hati", sahut Ron. Untung saja batinnya.

***

Bel istirahat baru saja berbunyi. Sebagian siswa kelas 11 IPA 1 langsung berhamburan menuju kantin. Begitu juga dengan Nabila, Novy, dan Syarla. Mereka tak lupa mengajak Sal yang masih mengobrak abrik isi tasnya.

"Yuk Sal, ke kantin", kata Syarla.

"Kalian duluan aja ya", sahut Sal masih fokus dengan tasnya.

"Loh kenapa kau?" Tanya Novy heran. Mereka berhenti sejenak menunggu Sal.

"Lagi nyari dompet, duluan aja nanti kursinya penuh"

"Mau gue pesenin duluan gak?", tanya Nabila.

"Gak usah Nab, ntar gue pesen sendiri aja"

"Yaudah kalo gitu kita duluan, nanti bangku lo kita jagain"

Sal mengacungkan jempolnya pada ketiga sahabatnya. Mereka adalah teman paling perhatian meskipun baru beberapa bulan berteman dengan Sal sejak kepindahannya ke sekolah ini.

Di kantin, meja tempat biasa mereka makan sudah diisi oleh para cowok. Ada Paul, Ron, Neyl yang lagi mabar game. Sedang Diman sedang antre di stan mie ayam.

"Loh, kok cuma bertiga? Sal mana?" Tanya Paul disela-sela fokusnya dengan game.

"Masih di kelas, nyari dompet dia", sahut Novy sambil duduk di samping Neyl. Sedangkan Nabila dan Syarla setelah meletakkan air mineral, kembali antre di stan nasi goreng.

Ron menghentikan permainannya. Lalu berjalan meninggalkan meja.

"Woy Ron, mau kemana lo? Belum selesai nih kita", teriak Paul.

"Toilet"

"Anj sih Ron", umpat Neyl.

***

"Selama gue jadi ketua kelas, gue punya aturan, gak ada yang boleh istirahat dalam kelas"

Sal terkejut mendengar suara yang menegurnya. Dia memang masih berada dalam kelas. Dompetnya tertinggal di rumah. Jadi Sal memutuskan untuk menahan laparnya sampai jam pulang sekolah dan memilih tidur.

"Kenapa?", tanya Sal polos. Dia belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.

"Lo mau ketuduhan maling kalo ada barang yang hilang?"

"Tapi gue gak ngapa-ngapain!"

"Ya mana gue tau, buruan keluar!"

"Lo nuduh gue?"

"Dimana kata-kata gue yang nuduh lo?"

"Sumpah lo ngeselin banget sih, Ron!"

Iya, pemilik suara di awal tadi adalah Ron. Dia sengaja menyusul Sal ke kelas untuk mengecek keadaan gadis itu. Bukan, ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Ron hanya menjalankan tugas sebagai ketua kelas saja.

Sal sudah akan berdiri dari bangkunya, tapi bahunya ditahan oleh Ron agar duduk lagi. Lalu cowok itu meletakkan sebungkus roti dan air mineral dingin di atas meja Sal.

"Buat gue?"

"Iya"

"Tumben lo, makasih Ron"

"Sama-sama, Sal"

Ron duduk di samping Sal. Menunggui gadis itu melahap rotinya.

"Lo ngapain di sini? Gak makan di kantin?" tanya Sal menatap Ron. Ron menggeleng.

"Biar ada alibi, kalo-kalo lo dituduh, gue jadi saksinya", sahut Ron.

"Anjir, masih dibahas", kata Sal sambil tertawa.

"Ron"

"Hmmm"

"Aaaaa"

Sal menyuapkan sepotong roti ke mulut Ron. Ron nampak kaget namun tetap diterimanya. Keduanya saling tatap sejenak. Lalu sama-sama membuang muka ke arah yang berlawanan.

"Sorry Ron, gue reflek. Soalnya lo belum makan tapi ngasih gue roti", jelas Sal menutupi kesaltingannya.

"Ya, gapapa", sahut Ron sambil terus mengunyah. Hatinya jedag jedug.

"Mau lagi?" Tanya Sal menyodorkan rotinya.

Ron menggeleng. Sudah cukup sekali, jangan ditambah lagi, batinnya.

"Buat lo aja" katanya sambil beranjak pergi.

Duta Gengsi Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang