Keysha mendekati Ron yang sedang duduk berdua dengan Paul di kantin. Teman-temannya yang lain belum datang. Sebenarnya mereka berdua yang kabur duluan. Awalnya ijin ke toilet, tapi karena 10 menit lagi istirahat, mereka langsung melipir ke kantin.
"Hai Ron, Ul", sapa gadis itu. Ia duduk di depan Ron yang lagi asyik main game.
"Hai, tumben lo kesini, ada apa?" Tanya Paul.
Keysha mengangsurkan paperbag yang dibawanya sedari tadi pada Ron.
"Cobain Ron, aku masak ayam teriyaki kesukaan kamu loh", ujarnya sambil mengeluarkan kotak makan dari paperbagnya.
"Buat Ron aja nih?" Sindir Paul.
"Lo juga boleh cobain kok Ul"
Paul cuma tersenyum miring. "Modus banget sih?" Ujarnya sinis.
Keysha tidak mempedulikan ucapan Paul. Dia malah mencoba menyuapi Ron. Padahal daritadi Ron tidak begitu menanggapinya.
"Ron gak suka ayam teriyaki sekarang", ucap Paul menghentikan gerakan tangan Keysha.
"Oh ya? Kok bisa?"
"Alergi dia, apalagi yang masak cewek munafik!" Sarkas Paul. Ron hanya melirik sahabatnya yang kini menyerang Keysha secara verbal.
"Mending lo balik, Key", saran Ron tanpa menatap cewek itu.
Keysha hanya diam sambil menatap marah. Paul membuatnya malu di depan Ron. Ketiganya terdiam. Hening.
"Waahh, ada apa nih?" Tiba-tiba suara Sal memecah suasana hening tadi.
"Eh,, ada Keysh..."
"Yuk Sal, katanya mau ke perpus", ujar Ron memotong ucapan Sal. Cowok itu menarik Sal menjauhi Paul dan Keysha.
***"Kenapa sih? Kok kalian tadi kaya orang perang dingin?"
Sekarang Sal dan Ron sedang berjalan menyusuri koridor sekolah.
"Biasa, Paul lagi kumat reseknya"
"Emang Keysha sama kamu gimana sih dulu?"
"Nggak gimana-gimana, Sal. Kamu jangan mikir macem-macem", ujar Ron mengelus pundak Sal lembut.
"Ehemm"
Keduanya berbalik. Ada Pak Bas di belakang mereka.
"Bersentuhan dengan lawan jenis di lingkungan sekolah tanpa alasan yang dibenarkan, 50 point" tegur Bas membuat Sal dan Ron mendadak pucat.
Bas tiba-tiba tertawa. Lucu sekali melihat muka kedua anak itu. Seperti orang terciduk berbuat yang iya-iya.
"Bercanda. Kalian gak ke kantin?"
"Tadinya iya, tapi ni orang ngajak ke perpus, padahal aku lapar", adu Sal pada kakaknya itu.
"Menelantarkan adik kepala sekolah sampai kelaparan juga dapat point loh, Ron", ujar Bas lagi.
Ron hanya meringis. Sebenarnya mereka sama-sama lapar.
"Kalau mencintai adik kepsek, dapat berapa point pak?", tanya Ron tiba-tiba.
Kali ini Bas yang meringis. Belum siap dengan pertanyaan barusan. Lalu ide jahilnya muncul.
"Kamu gak bakal dapat point, tapi tinggal pilih mau ke neraka pakai jalur apa? Hemm?"
Buset. Ron cuma bisa garuk-garuk kepala akibat ucapan Pak Bas tadi. Baru aja ketahuan ngelus pundak Sal, ancamannya udah neraka-nerakaan. Gimana ya kalo Bas tahu kemarin dia ciuman sama Sal? Ron harus memastikan yang satu ini tidak bakal ketahuan.
"Sal, bolos yuk!" Bisik Ron setelah Bas pergi.
"Ngaco kamu!" Sal menabok pundak Ron.
"Nanggung Sal, kan tadi udah dapat 50 point, yuk, kita makan di luar aja!"
***Kini keduanya tertawa-tawa di apart Sal sambil menonton netflix. Sal dan Ron beneran bolos. Tas mereka dititipkan sama Novy yang berjanji akan mengantarkannya ke apart Sal sepulang sekolah.
Mereka bisa lolos dari gerbang sekolah, gegara Sal menunjukkan foto keluarganya pada satpam sekolah. Difoto itu ada Bas, Sal bilang itu kakaknya, jadi satpam percaya dengan keduanya dan memperbolehkan motor Ron keluar.
Hmmm, mulai nakal ni anak berdua!
"Ini yang pertama dan terakhir ya Ron", kata Sal sambil memakan sate Taicannya.
"Apanya?"
"Bolosnya lah, kamu pikir apa?"
"Kirain aku yang jadi pertama dan terakhir"
Yey,,,Sal memukul Ron dengan bantal sofanya.
"Minimal jadian dulu siihh, kayak Paul dan Nabila" sindir Sal melirik Ron di sampingnya.
Ron memutar arah duduknya menghadap Sal. Dia juga menarik tubuh Sal agar menghadapnya.
"Aku tau Sal, aku bukan orang yang so sweet kayak Diman ke Syarla. Juga bukan orang yang frontal bilang isi hatinya kayak Paul ke Nabila, tapi aku juga bukan Neyl yang santai-santai aja cintanya gak dibalas oleh Novy"
Ron menghela nafas sebentar, lalu melanjutkan ucapannya.
"Tapi ini aku Sal. Kamu tau kan gimana aku? Sikap aku ke kamu yang kadang bikin kamu marah-marah, itu semata-mata aku pengen interaksi sama kamu. Jangan samain aku dengan mereka ya, jangan bandingin sikap aku dengan cowok lainnya. Semua yang aku lakuin ke kamu, itu karena aku cinta sama kamu, Sal"
Sal ternganga mendengar ucapan Ron yang kali ini.
"Jadi, kita sekarang apa?" Tanya Sal masih belum pulih sepenuhnya dari rasa kaget.
"Pacaran lah, apa lagi"
"Kamu gak nembak aku gitu? Emang kamu tau perasaan aku gimana?"
"Tau. Kamu juga cinta kan?!"
Asem si Ron, pede banget. "Buktinya kemarin kamu balas ciuman aku, gak mungkin dong gak cinta", goda Ron.
"Ron, kamu gak asyik!", Sal merengut.
Dia membayangkan akan ditembak oleh Ron dengan buket bunga, oh paling tidak dengan lagu romantis lah, terus ditanya 'Sal, mau gak jadi pacarku?'. Lah ini?? Ekspektasi Sal langsung terjun bebas. Gini amat nasib dicintai manusia beku seperti Ron.
Tiba-tiba, Ron sudah bersimpuh di depan Sal. Menatapnya dengan tatapan yang bisa membuat Sal menjadi salah tingkah seharian.
"Sal, kamu mau kan jadi pacarku?", tanya Ron pada Sal.
"Gak mau!" Jawab Sal. Membuat Ron kebingungan.
"Gak mau nolak kamu maksudnya", sambung Sal sambil tertawa.
Ron memeluk gadis itu, sekarang mereka resmi jadian. Keduanya berpelukan sejenak. Menyalurkan perasaan bahagia yang kini melanda keduanya. Wajah keduanya saling mendekat. Ron dan Sal ingin mengulang ciuman hangat sore kemarin. Sedikit demi sedikit jarak diantara mereka terkikis.
"ASTAGHFIRULLAH!!!!"
Mendengar suara teriakan, keduanya saling melepas pelukan dan menoleh ke asal suara dengan wajah pucat pasi.
***