Saran

52 13 0
                                    

"Apa itu tadi?"

Ilona termenung di pagi hari ketika ia baru bangun dari tidurnya. Semalam, yang ia mimpikan itu benar-benar nyata. Ilona tidak menyangka bahwa ia akan melihat dirinya dan Jinan dalam versi lain dari abad pertengahan. Sebenarnya, ada berapa banyak orang yang memiliki wajah yang sama dengannya dan Jinan? Mengapa Ilona harus mengalami mimpi ini seorang diri? Jika dilihat dari gelagat Jinan, lelaki itu tampak tidak memimpikan hal yang sama dengannya. Jika lelaki itu juga memimpikan hal yang sama, ia pasti akan memberi tahu Ilona. Karena Jinan adalah orang dengan tingkat penasaran yang tinggi, lelaki itu pasti akan lebih gencar untuk mencari tahu hal yang menurutnya sangat diluar logikanya.

Tak ingin memikirkannya lebih lanjut, karena Ilona sendiri tidak bisa menemukan jawabannya, gadis itu langsung bersiap untuk pergi ke tempat Karina, salah satu teman kampusnya. Hari ini Karina tidak ada mata kuliah, jadi Ilona yang harus pergi ke rumah gadis itu. Dengan pakaian yang super simpel dan rambut yang diikat satu, akhirnya Ilona meninggalkan rumahnya dan pergi ke rumah Karina yang tidak begitu jauh dari rumahnya.

Ilona akhirnya sampai di sebuah bangunan minimalis bercampur vintage. Keluarga Karina merupakan keluarga designer ternama, dan ayahnya yang seorang designer interior membuat rumah ini sendiri dari hasil rancangannya, dan hasilnya rumah ini adalah rumah yang paling unik di antara rumah mewah lainnya. Ilona menyukai design rumah ini yang sangat estetik dan bergaya baru.

"Masuk, Na."

Ilona memasuki kamar Karina, dan begitu memasuki kamar gadis itu, Ilona lantas menggelengkan kepalanya. Dari pada disebut kamar, kamar ini lebih mirip seperti studio karena sisa bahan-bahan kain berserakan, dan sketsa-sketsa buatan Karina banyak tercecer . "Lo duduk dulu di kasur gue ya." Bahkan penampilan Karina juga sudah seperti zombie yang tidak tidur semalaman. Gadis itu mencepol asal rambutnya, di leher terdapat meteran untuk mengukur baju, dan pensil yang ada di salah satu telinganya. Tidak lupa kedua tangannya yang penuh sedang memegang manekin untuk menampilkan baju hasil rancangannya.

"Lo semalam nggak tidur, Kar? Apa gue ganggu?"

Karina lantas menoleh ke arah Ilona, kedua tangannya kontan terkibas, "Yah gitu deh, gue ngerjain baju buat nantinya ditampilin di pameran kampus nanti. Kalau lo ganggu nggak mungkin gue suruh lo ke sini. Lagian ini udah selesai kok, gue tinggal samain aja ukuran bajunya."

Ilona hanya mengangguk dan melihat beberapa rancangan Karina untuk ditampilkan dalam pameran di akhir tahun nanti sambil menunggu Karina membereskan hasil rancangannya.

Setelah meletakkan manekin beserta baju hasil rancangannya di dalam closet atau ruang pakaian miliknya, Karina langsung menghampiri kasurnya dan duduk berhadapan dengan Ilona. Gadis itu meletakkan bantal di atas paha, lalu bersandar di dinding kasur. "Nah, sekarang ada apa? Ngeliat lo ke rumah gue tanpa gue minta, kayaknya ini masalah yang cukup penting."

Tebakan Karina memang tepat sasaran. Tidak butuh waktu lama Karina mengenal Ilona, gadis itu mengetahui kebiasaan dan sifat Ilona dalam kurun waktu setengah tahun. Mereka pertama kali bertemu di masa orientasi perkenalan mahasiswa. Karena berada di fakultas yang sama, mereka satu kelompok dan menjadi akrab walaupun berbeda jurusan. Karina juga merupakan teman perempuan pertama Ilona yang sudah bertahan lebih lama setelah Jinan.

Ilona menghela napas, biasanya Ilona tidak sembarangan menceritakan masalahnya. Namun, karena Karina memiliki pengetahuan dan ketertarikan di bidang-bidang yang tidak masuk dalam logika, walaupun hal itu bertentangan dengan kebiasaannya yang suka mengerjakan soal matematika, Ilona berharap akan menemukan setitik petunjuk ketika menceritakan hal ini kepada Karina. "Jadi, beberapa hari ini gue...."

Cerita pun berjalan dan tanpa terasa Ilona sudah selesai menceritakan hal-hal yang selama ini ia pendam. Karina yang mendengarkan cerita Ilona mengerutkan dahinya sambil berpikir. Sesuai dugaan Ilona, Karina tidak akan langsung menghakiminya dan menganggapnya gila karena terlalu memikirkan mimpi dan menganggapnya nyata.

Vinyl Record | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang