Teman

51 14 0
                                    

Ilona membuka mata ketika sinar matahari telah menembus wajahnya. Gadis itu menutup matanya dengan kedua tangan, dan kembali menarik selimut untuk menyelimuti tubuhnya. Rasanya setelah mendapatkan mimpi kembali, Ilona tidak ada tenaga untuk menghadapi kenyataan.

Namun, jika dipikirkan kembali, taman yang ada di mimpi itu sangat memgganggu Ilona. Di kehidupan pertama dan keduanya dengan Jinan, mereka selalu memainkan lagu yang sama. Lagu yang juga terputar di vinyl record yang ada di rumah Jinan.

Berbicara mengenai vinyl record, Ilona jadi teringat kejadian yang ada di rumah Jinan, saat lelaki itu membeberkan fakta yang selama 4 tahun ini ditutupnya dengan rapat. Jika memang benar apa yang Jinan katakan, maka ia dan Jinan benar-benar bereinkarnasi dan telah memiliki tiga kehidupan, termasuk kehidupan saat ini. Jika di dua kehidupan mereka adalah sepasang kekasih, apakah di kehidupan kali ini merek juga--

Ilona langsung menggelengkan kepalanya. Tanpa sadar, gadis itu memikirkan hal yang jauh. Bagaimana mungkin ia memikirkan sekaligus mempertanyakan hubungannya dengan Jinan di kehidupan kali ini? Itu sama sekali tidak masuk akal.

Walaupun otaknya berteriak hal demikian, tapi tidak bisa dipungkiri jantungnya ikut berdegup dengan kencang, kedua pipi hingga telinganya memanas, yang Ilona pastikan jika terlihat di cermin akan memerah.

"Hm? Lo mau sampai kapan di dalam sana? Nggak engap?"

Ilona refleks membuka selimut yang membungkus tubuhnya, dan duduk di tempat tidur.

Melihat Ilona yang tiba-tiba salah tingkah dengan muka yang memerah hingga sampai ke telinga membuat Karina menaikkan salah satu alisnya. "Lo kenapa deh? Itu wajah kalau habis direbus juga orang-orang bakal percaya, merah banget soalnya."

Ilona menangkupkan kedua tangannya di wajah yang dibilang Karina. Gadis itu menolehkan kepalanya ke sisi kiri, di mana terdapat standing mirror dan melihat wajahnya yang semerah tomat.

Ilona menghela napas, "Gue malu."

Karina ikut mendekat, "malu kenapa? Lo habis mimpi mesum ya?"

Setelahnya, Karina mendapatkan lemparan bantal yang tepat mengenai wajahnya.

***
"Lo kalau salting biasa aja dong, Na. Wajah gue sampai sekarang nyut-nyutan ini," rutuk Karina ke sekian kalinya sambil menatap cermin yang menmpilkan wajah cantiknya yang telah dipoles make up.

Ilona yang mendengar keluhan Karina hanya menghela napas, gadis itu kembali menyeruput minuman yang ia pesan tiga puluh menit lalu. "Ya salah lo juga sih, nuduh gue sembarangan."

"Terus apa dong, kalau nggak mimpi mesum? Wajah lo merah banget itu, ya wajar gue mikirnya lain," Karina mengangkat bahunya.

"Sembarangan! Gue nggak mimpi mesum ya, cuma ada hal yang bikin gue malu terus yaudah wajah gue juga ikutan merah," jelas Ilona. Yah, gadis itu tidak sepenuhnya berbohong, ia memang tidak memimpikan hal mesum, hanya memikirkan dan membandingkan hubungannya dengan Jinan di kehidupan dulu dan kini. Dan Ilona rasa, itu bukan hal yang mesum.

Karina hanya menganggukkan kepala sekenanya, "percaya aja gue mah."

"Ngomong-ngomong, ini udah setengah jam, lo nunggu siapa sih?" Tanya Ilona yang kemudian tersadar tujuan mereka di sini adalah untuk menemui teman Karina, dan gadis itu meminta Ilona untuk menemaninya di pusat perbelanjaan yang ada di kota ini.

Karina mengangkat bahunya, "sebentar lagi juga nyampe. Kita juga datang kepagian sih."

Ilona masih menatap sekitarannya yang ramai oleh pengunjung mall di jam segini. "Emangnya lo mau ketemu siapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Ilona, Karina justru melambaikan tangannya pada seseorang yang ada di belakang Ilona.

"Nunggu mereka."

Vinyl Record | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang