Pertemuan Pertama

66 12 0
                                    

Jangan lupa play music-nya yaa....

Happy reading ^^

.

.

.

Ilona menerima uluran tangan Jinan. Mereka pun berdansa gaya waltz dengan pilihan musik Ilona. Ilona dan Jinan kini menjadi pusat perhatian seisi aula. Ilona memejamkan matanya, kenapa dirinya dan Jinan harus menjadi pusat perhatian di saat seperti ini? Belum lagi perkataan Jinan yang sama persis dengan Jian membuat Ilona makin kepikiran. Mungkinkah ini hanyalah sebuah kebetulan? Apakah dirinya terlalu berlebihan telah terlalu memikirkan hal tersebut? Entahlah, Ilona sendiri tidak mengerti kenapa ia harus mengalami semua kejadian seperti ini.

"Lo kenapa?"

Pertanyaan Jinan mengembalikan fokus gadis itu. Ia mendogak menatap Jinan yang tengah menatapnya dengan bingung. "Ha? Nggak apa-apa. Gue cuma lagi mikirin hal lain aja."

Jinan mengangkat salah satu alisnya, "lo bisa mikir juga ya, Na," kekehnya membuat tangan Ilona yang ada di bahu Jinan refleks memukulnya.

"Aduh," ringis Jinan, ia menyipitkan mata menatap Ilona, "lo dapat energi dari mana sih? Gue serasa dipukul sama Thor!"

Ilona mengerlingkan kedua matanya. 'Mulai lagi dah ni anak dramanya.'

Yah, Jinan yang dikenalnya seperti ini. Lelaki berwajah manis tapi minus akhlak. Jahilnya minta ampun, kalau cerita dan ngeluh hiperbolanya akan kumat. Ilona hampir saja membandingkan lelaki ini dengan Jian. Gadis itu menggelengkan kepalanya. 'Jelas beda jauh lah. Jian itu lebih sopan dan romantis, beda jauh sama orang ini!'

Lagu pun sudah usai, yang artinya dansa mereka juga sudah selesai. Teman-teman yang menyaksikan dansa mereka bertepuk tangan. Ilona mengembuskan napas lega. Akhirnya dansa ini selesai juga, selepas jam mata kuliah ini ia akan pergi ke kantin dengan Karina dan memakan bakso mercon, di mana bakso itu menu baru. Sebagai pecinta bakso, Ilona tidak bisa mengabaikan hal itu.

Ilona yang sedang membereskan barangnya sambil bersenandung berhenti ketika Jinan memberinya sebuah payung berwarna putih transparan. Gadis itu mengerutkan dahinya menatap Jinan. "Kenapa?"

"Menurut perkiraan cuaca, hari ini hujan. Pakai payungnya buat keluar ruangan. Lo pulang cepat kan?"

Ilona mengangguk, lalu mengambil payung itu dari tangan Jinan. "Oke, makasih ya. Tapi, gue kayak pernah liat ini payung."

Jinan yang sedang bersiap untuk ganti baju karena akan mengikuti kelas dance modern langsung menatap Ilona, dengan pandangan pura-pura kecewa, "wah, masa lo lupa sih Na sama payung kebangsaan kita? Itu payung di pertemuan pertama kita loh."

Ilona yang mendengar itu tertawa meringis, ia baru sadar ini adalah payung yang pernah Jinan pakai di pertemuan pertama mereka, sekitar empat tahun yang lalu. Ilona tidak ingin Jinan kembali marah padanya karena tidak ingat mereka pernah bertemu sebelum masuk SMA Seni. "Sori, gue lupa. Cuma familiar aja. Yaudah, gue pergi dulu ya, makasi buat payungnya." Ilona mengangkat sedikit payung itu, lalu berbalik sambil berlari kecil karena dirinya sudah terlambat.

Jinan hanya melambaikan tangan kepada Ilona. Lelaki itu menatap sekilas pada payung yang dibawa gadis itu. Jika diingat kembali, pertemuan pertama mereka sangat singkat dan lumayan mengesankan diingatannya.

Saat itu, cuaca sangat mendung ditandai dengan awan yang semakin menggelap sehingga cahaya matahari tidak terlalu bersinar. Jinan yang ingin belanja camilan mengambil payungnya. Untungnya swalayan yang ingin dituju tidak terlalu jauh dari rumahnya, jadi ia bisa berjalan kaki. Saat ingin belok ke kanan, sayup-sayup ia mendengar pertengkaran. Suaranya berasal dari sebuah rumah kosong yang ada di samping swalayan tadi. Jinan awalnya ingin tidak memedulikan hal itu, hingga langkahnya terhenti ketika mendengar suara si laki-laki tiba-tiba meninggi. Jinan memutuskan untuk memusatkan perhatiannya kepada dua sejoli itu dan sedikit bersembunyi di balik semak-semak yang memisahkan swalayan dan rumah itu. Kedua pasangan itu tengah berdiri berhadapan sembari berdebat.

Vinyl Record | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang