Lagi-lagi, Ilona tengah berada di alun-alun. Tapi, yang berbeda dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya, kali ini orang-orang lebih ramai. Banyak stan-stan yang menjual makanan, di sekelilingnya dihiasi bendera warna-warni, lalu di bagian barat terdapat jembatan, di mana orang-orang berkumpul untuk melepaskan lampion yang berisi harapan mereka.
Jika sebelumnya Ilona sampai pada petang hari, maka di sini sudah malam. Mungkin, matahari baru terbenam beberapa saat lalu. Ilona yang bingung harus pergi ke arah mana memutuskan untuk berkeliling terlebih dahulu. Siapa tahu, dia menemukan keberadaan Jun di sekitar sini.
"Indrina, kau mau ke mana malam ini?"
Perhatian Ilona teralih pada dua orang gadis yang sedang melangkah terburu-buru menuju sebuah gang di ujung jalan. Suara yang Ilona dengar barusan seperti suara Karina, sehingga membuat rasa penasaran Ilona semakin meningkat dan memutuskan untuk mengikuti langkah kedua perempuan yang sudah lumayan jauh dari hadapannya.
Ilona berlari menembus kerumunan, berusaha agar jejak mereka tidak luput dari pandangannya. Hingga, ketika mereka berbelok ke arah gang tersebut, membuat Ilona semakin mempercepat langkah kakinya.
Ilona sempat melirik ke kanan dan kiri sebelum memasuki gang kecil itu. Sepanjang jalan gang tersebut sangat gelap, sempit, dan bau bangkai bercampur dengan amis darah menyengat indra penciuman, membuat Ilona dengan cepat menutup hidungnya menggunakan lengan baju.
Jarak dirinya dengan kedua gadis yang ada di hadapannya hanya terpaut beberapa meter. Sebenarnya, jika Ilona mau, dia bisa saja berada di sisi mereka. Toh, dirinya juga tidak akan disadari oleh orang-orang yang ada di zaman ini. Namun, Ilona terlalu takut untuk maju ke depan dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan sejujurnya ia hanya penasaran karena suara gadis itu mirip dengan Karina.
'Apa jangan-jangan itu Karina di kehidupan dulu? Apa itu mungkin?' Ilona langsung menggelengkan kepalanya, berusaha untuk fokus dengan apa yang ada di hadapannya saat ini.
Sesaat kemudian, terdengar suara bongkahan kayu terjatuh ke tanah membuat kedua gadis yang ada di hadapan Ilona berhenti.
"I--Indrina, kita pergi saja dari sini ya. I-ini bukan tempat yang aman."
Gadis yang berada di sebelahnya--yang bernama Indrina terdiam di tempatnya. Sebelumnya, Ilona telah melihat penampilan gadis itu. Gadis yang memakai topi baret dan gaun di bawah lutut yang berwarna merah marun beserta sepatu hitam yang tampak mahal menghadap ke samping dan memegang pundak temannya dengan erat. Tampaknya gadis itu seorang bangsawan, karena dilihat dari mana pun semua yang dikenakannya tampak mahal dan berbeda dibandingkan dengan orang lain yang ditemui Ilona tadi.
"Dengar, Diana. Setelah ini, kau boleh pergi. Beritahu petugas keamanan bahwa ada keributan yang terjadi di sini. Tolong beri tahu mereka secepatnya. Aku sangat membutuhkanmu kali ini."
Ilona tercekat. Tidak mungkin. Jadi, gadis bangsawan yang dia kira itu adalah... dirinya? Ilona berusaha untuk memicingkan matanya, tapi gelapnya tempat ini tidak bisa ditembus oleh indra penglihatannya, membuatnya hanya melihat Indrina sebagai bayangan atau siluet seorang gadis yang hanya mengenakan topi baret.
Diana, teman Indrina yang suaranya mirip Karina itu awalnya menolak saran dari Indrina, tapi dengan sedikit paksaan dari Indrina akhirnya Diana menurutinya dan langsung pergi meninggalkan gang itu setelah mengucapkan beberapa kata pada Indrina seperti 'Hati-hati.' 'Jaga dirimu baik-baik.'
Setelah melihat Diana yang sudah berlari jauh meninggalkan lorong gang, Indrina kembali melajukan langkahnya menuju sumber suara bongkahan kayu tadi. Ilona masih mengikuti Indrina, hingga mereka sampai di sebuah dinding buntu.
'Ini jalan buntu. Apa suara tadi itu hanya halusinasi? Atau penampakan mistis?' batin Ilona yang melihat ke kanan dan kiri, tapi tidak ada jalan lain. Mereka hanya bertemu jalan buntu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinyl Record | Park Jihoon
Fiksi PenggemarBagaimana rasanya jika kamu mengingat dua kehidupanmu sebelumnya berturut-turut? Di dua kehidupanmu terdahulu, kamu jatuh cinta dengan orang yang sama, dan bagaimana perasaanmu ketika orang itu meninggal dengan tragis di hadapanmu selama dua kehidup...