Yang seharusnya terjadi akan tetap terjadi. Pohon keputusan telah kembali bekerja setelah sekian lama. Sekarang takdirnya ada di tanganmu.
Sebuah suara menarik perhatian Jinan ketika lelaki itu bingung di mana ia berada saat ini. Terakhir kali, ia teringat sedang di jalan dan melihat sesosok perempuan yang sedang menyebrangi jalan dengan cepat, membuat lelaki itu membanting stir ke arah yang berlawanan dan menabrak sebuah tiang yang ada di ujung jalan membuatnya tidak sadarkan diri setelahnya.
Kedua alis Jinan menyatu ketika melihat sebuah kilas balik peristiwa yang ada di hadapannya. Jinan seperti sedang menonton bioskop, di mana orang-orang yang ada di kilas balik itu sebagian sudah Jinan ketahui.
Di sana terdapat seorang gadis muda mengenakan gaun indah berwarna biru muda menjuntai hingga ke tanah, tapi tidak dengan ekspresi wajahnya yang datar dan bagian bawah kedua matanya memerah. Gadis itu berjalan dengan gontai menuju sebuah pohon besar yang tidak jauh dari hadapannya. Di sana, sudah ada seseorang yang memakai jubah panjang berwarna hitam.
Jinan tidak bisa melihat wajahnya, tapi gadis itu tampaknya mengetahui sosok yang mengenakan jubah tersebut karena mereka berdua mengobrol bersama sebelum akhirnya sosok berjubah itu menempelkan salah satu tangannya pada pohon besar yang ada di samping kanannya. Kedua mata Jinan membesar ketika melihat seberkas cahaya putih kebiruan yang keluar dibalik tangan sosok tadi yang menempel di pohon. Jinan tidak tahu dari mana cahaya itu bisa muncul, entah dari pohon atau dari sosok tadi.
Baru saja Jinan ingin memikirkan kemungkinan tentang datangnya cahaya itu, kilas balik itu berganti. Kini, Jinan lagi-lagi melihat kehidupan keduanya, di mana ia diminta untuk meminum racun di hadapan Indrina, gadis yang Jinan simpulkan sebagai Ilona di kehidupannya kali ini karena wajah gadis itu persis dengan Ilona. Di sana, Jinan dapat melihat dan mendengar jeritan serta tangisan Indrina yang ditahan oleh beberapa orang berbadan kekar.
"Jangan! Jangan bunuh dia! Aku mohon...aku mohon jangan bunuh dia lagi..."
Jinan meneguk ludah ketika dirinya di kehidupan lalu terbatuk sembari mengeluarkan sebuah cairan berwarna merah darah, kedua matanya berubah sayu, tapi ketika menatap Indrina, lelaki itu memasang seulas senyum yang susah payah ia tampilkan sebelum kesadarannya hilang dan tubuhnya jatuh ke tanah.
"TIDAAK!"
Jinan kembali menundukkan kepala ketika kembali mendengar jeritan Indrina. Tak lama kemudian, kilas balik itu kembali berganti menampilkan Indrina dan sosok berjubah hitam tadi di bawah pohon yang besar.
'Lagi? Apa dia sosok penting?' batin Jinan heran ketika melihat keduanya berhadapan satu sama lain.
"Kali ini, kamu gagal."
Indrina segera mendekati sosok itu dan mencengkram jubah yang dipakainya. Tatapannya berubah tajam,
"Kali ini, karena apa? Kenapa aku kembali melihatnya terbunuh di hadapanku? Padahal aku...aku sudah sebisa mungkin untuk menjaganya, tapi...kenapa?" racau Indrina dengan bulir air mata yang berjatuhan diiringi suaranya yang memelan di akhir kalimatnya.
Sosok tadi terdiam. Lalu, kembali berucap, "Yang seharusnya terjadi akan tetap terjadi. Pohon keputusan telah kembali bekerja setelah sekian lama. Sekarang takdirnya ada di tanganmu."
"Mereka sedang mengujimu. Semakin kuat keinginan kalian bersama, salah satu dari kalian dapat celaka."
Indrina mendongakkan kepalanya. Begitupun Jinan yang juga tertegun di tempatnya.
"Mereka sedang mengujimu. Semakin kuat keinginan kalian bersama, salah satu dari kalian dapat celaka."
apa maksudnya? Apakah alasan dirinya mengalami kecelakaan dan berada di sini karena perkataan sosok tadi? Lalu siapa pula 'mereka' yang dimaksud olehnya? Jinan tidak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinyl Record | Park Jihoon
FanfictionBagaimana rasanya jika kamu mengingat dua kehidupanmu sebelumnya berturut-turut? Di dua kehidupanmu terdahulu, kamu jatuh cinta dengan orang yang sama, dan bagaimana perasaanmu ketika orang itu meninggal dengan tragis di hadapanmu selama dua kehidup...