Pesta Ulang Tahun

55 12 2
                                    

Selama seminggu ini, Ilona merasa sangat lelah. Mulai dari hari Senin di mana ia dan Jinan bertemu, lalu hari Selasa menginap di tempat Karina, hari Rabu ia bertemu dengan Jinan dan membeli hadiah untuk adiknya Haikal yang akan berulang tahun hari ini, hari Kamis.

Ilona mengembuskan napas lelah, dirinya bersandar di kursi meja rias yang ada di rumah Karina. Gadis itu memaksa Ilona untuk menginap di rumahnya lagi karena katanya biar ada teman untuk berdandan. Ilona juga berpikir itu hal yang bagus, karena dirinya bingung harus memakai pakaian apa untuk pesta adiknya Haikal, yang bahkan tidak pernah ia temui itu.

"Lo yakin nih gue diundang, Kar? Gue bahkan belum ketemu sama sekali sama adeknya. Kalau nanti dia nggak nyaman gimana?"

Karina yang sedang membersihkan make up-nya dengan micellar water menoleh sedikit menatap Ilona yang sedang berbaring di kasur, dengan kepalanya yang menjuntai ke bawah. Sebelum membalas ucapan Ilona, Karina sempat terkekeh melihat posisi Ilona. "Kalau lo nggak diundang, nggak bakal dibilang sama Haikal. Ini si Haikalnya sendiri kok yang suruh sampein undangannya lewat Jinan ke elo."

"Dia segan kali mau nge-chat elo, secara kan lo anaknya emang nggak suka diganggu, apalagi sama orang yang jarang ngobrol sama lo."

Mendengar penjelasan Karina membuat Ilona terdiam. Apakah dirinya separah itu sehingga membuat orang-orang di sekitarnya merasa tidak nyaman atau segan untuk sekadar memberinya pesan? Ilona menghela napas. Disatu sisi ia tidak ingin dianggap seperti itu, tapi di sisi lain, sikapnya ini adalah hal dapat menguntungkan dirinya. Ilona juga ingin berubah menjadi lebih baik, lebih ramah, dan lebih terbuka, tapi kepribadian seseorang tidak mudah dirubah begitu saja.

"Nggak usah terlalu dipikirin, enjoy aja, Na. Adiknya Haikal baik kok, nggak jahil kayak abangnya."

Mendengar itu membuat Ilona sedikit menaikkan ujung bibirnya. Ia tahu Haikal memiliki sikap jahil yang sebelas dua belas dengan Jinan. Mungkin mereka cocok menjadi teman karena memiliki kesamaan itu. Jinan memang orang yang menyenangkan, ia jadi teringat dengan pertemuan pertamanya dengan lelaki itu di dekat minimarket. Saat itu, Ilona dalam keadaan kacau, setelah hari itu, Jinan selalu menjadi penenang dan hiburan bagi Ilona dikala gadis itu merasa sedih. 

"Na! Lo harus tau, gue dapat nilai bagus di semester ini. Pokoknya gue mau traktir lo makan enak! Gue traktir lo bingsu deh, rasa mangga yang pengen lo makan itu. Mau ya makan sama gue?"

"Na! Gila, gue akhirnya dapat tiket buat nonton band rock favorit gue, doong. Tapi gue mesennya lebih satu, nih. Lo mau ya ikut sama gue? Nanti habis kita nonton, gue traktirin jagung bakar deh, lo suka kan?"

"Nih, lip tint yang lo mau itu, gue tadi kebetulan lewat di dekat toko kosmetik, lagi diskon juga, jadi gue beli. Udah, lo jangan sedih lagi, ya? Jelek tau mukanya ditekuk gitu."

"Mau liat sunrise, nggak? Gue besok mau ke pantai pagi-pagi. Di sana sunrise-nya cakep banget, pokoknya lo harus liat, Na! Mau ya?"

"Na...gue di sini, udah, jangan nangis lagi ya? Gue bakal selalu ada di samping lo. Mulai sekarang jangan merasa sendirian lagi."

Selama empat tahun mengenal Jinan, lelaki itu selalu berada di sampingnya di setiap momen terburuk dalam hidup gadis itu. Dan Ilona baru menyadari itu sekarang.

Ke mana aja gue selama ini? Ilona, he is always beside you!

Menyadari hal itu, membuat Ilona terharu. Mengapa ia baru sadar sekarang? Seketika, matanya menjadi buram, rasanya Ilona ingin segera menemui lelaki itu.

"Na? Lo ngedengerin gue nggak sih? Kebiasaan banget ngelamun, hey!"

Ilona tersadar dari lamunannya ketika Karina menjentikkan jarinya. Bukannya marah seperti biasa, Karina malah melihat mata Ilona berkaca-kaca, walaupun sudah diusap berulang kali oleh Ilona, tetapi cairan bening itu selalu lolos dari kedua matanya. 

Vinyl Record | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang