Butterfly Hug

39 12 0
                                    

Silakan play music-nya yaa ^^
.
.
.

Suara denting peralatan makan berbunyi nyaring di ruang makan keluarga Adyartama. Tidak ada yang berbicara selama waktu tersebut. Tidak seperti biasanya, hari ini sang kepala keluarga telah pulang ke rumah dan mereka melakukan makan malam yang sebelumnya sangat jarang dilakukan. Kali ini pun mereka berkumpul di rumah Ilona - tepatnya rumah yang dulu ditempati gadis itu dan ibu kandungnya.

"Gimana kuliah kamu selama ini?"

Mendapat pertanyaan dari Ayahnya, Ilona berusaha untuk menelan makanannya terlebih dahulu, lalu menjawab, "baik, Pa. Nilai-nilaiku nggak ada yang turun."

Sang Ayah mengangguk, "oh itu udah harus. Kamu kuliah di jurusan yang kamu inginkan, jurusan musik seperti Ibumu pula, ckckck. Kamu sudah menolak jurusan bisnis yang Papa rekomendasikan, seharusnya kamu juga harus berusaha keras di jurusan ini."

Ilona terdiam. Ia tahu ayahnya tidak menginginkan dirinya untuk memasuki jurusan Musik, di mana Ibunya juga berasal dari jurusan tersebut. Lelaki paruh baya itu lebih menyukai putrinya untuk belajar bisnis dan melanjutkan perusahaan milik keluarganya. Ilona tidak menginginkan hal itu, karena dari awal posisi itu bukanlah miliknya, tetapi kakaknya.

"Ya, Papa."

Setelah itu, pembicaran kembali hening, sesekali diisi oleh pembicaraan kedua orang tuanya yang tidak ingin Ilona dengar lebih lanjut. Untuk itu, selepas makan malam, dirinya permisi untuk pamit lebih dahulu ke kamar dengan alasan ingin mengerjakan tugas.

Ilona berusaha mengatur napasnya ketika dirinya sudah sampai di kamar dan menutup pintu kamar. Selalu seperti ini. Ketika dirinya bertemu dengan Ayahnya, tidak ada hal baik yang akan terjadi, apalagi ketika Ayahnya mengungkit tentang Ibunya dan musik. Minimal suasananya akan buruk seperti hari ini. Ilona memejamkan matanya sesaat, "tenanglah, sebentar lagi rumah ini akan seperti semula. Semua akan baik-baik saja." Ilona terus bergumam sembari menggunakan metode butterfly hug yang diajarkan Jinan beberapa tahun lalu saat mereka masih SMA.

"Na, kalau lo lagi merasa cemas dan emosi, tapi saat lo merasakan itu gue nggak ada, lo bisa coba gunain cara butterfly hug. Nih, caranya kedua tangan lo disilangkan di depan dada, terus ditempelkan di kedua bahu lo. Abis itu, pejamkan kedua mata sambil atur napas, terus lo tepuk-tepuk dah tangan lo yang ada di bahu. Kayak gini."

Jinan memperagakan cara buuterfly hug kepada Ilona di suatu sore saat keduanya menghabiskan waktu untuk bersepeda di dekat sungai yang sering dilalui oleh orang-orang karena pemandangannya yang indah. Kedua anak SMA itu ikut mampir sambil melihat pemandangan di sana.

Ilona menaikkan salah satu alisnya, "memang cara itu beneran ampuh?"

Jinan mengangguk, "coba deh."

Ilona menggeleng, "nggak, ngapain juga gue harus ngelakuin hal begituan?"

Jinan berdecak, lalu berjalan dan berdiri di belakang Ilona. "Keras kepala banget, sini gue ajarin." Jinan mengambil kedua tangan Ilona, lalu menyilangkan tangan gadis itu, dan menempelkannya ke bahu Ilona.

"Coba tepuk-tepuk tangan lo dengan pelan, jangan lupa pejamkan mata sambil ngatur napas," bisik Jinan tepat di samping telinga Ilona.

Ilona akhirnya menuruti ucapan Jinan, gadis itu mencoba menepuk tangannya yang ada di bahu dengan pelan sambil memejamkan mata dan mengatur napasnya. Namun, satu hal yang tidak disadari Jinan, yaitu jantung Ilona yang sudah bekerja dengan cepat dari tadi, dan teknik yang barusan diajarkan lelaki itu tidak mempan untuk kondisinya saat ini.

Ilona tidak ingin suara detak jantungnya didengar oleh Jinan, gadis itu membalikkan badannya, dan melepaskan tangannya yang masih digenggam oleh Jinan. Ilona beralih untuk menatap mata lelaki itu disertai embusan angin sepoi-sepoi yang membuat anak rambutnya bergoyang. Pandangan Ilona terkunci ketika menatap Jinan, gadis itu baru sadar visual yang ada di hadapannya saat ini. Rambut hitam yang akan berwarna cokelat tua ketika terkena sinar matahari, mata bulat berbentuk boba, garis rahang yang tegas tapi memiliki fitur wajah manis serta tahi lalat yang menghiasi ujung mata sebelah kanannya membuat lelaki itu terlihat manis sekaligus tampan disaat bersamaan.

Vinyl Record | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang