'Semakin kuat keinginan kalian bersama, salah satu dari kalian dapat celaka.'
Perkataan itu kembali menghantam Ilona, membuatnya kembali ragu untuk menerima pernyataan Jinan. Ilona...tidak ingin Jinan terluka kembali, apalagi luka itu disebabkan oleh dirinya.
"Nan, gue..." tenggorokan Ilona tercekat, gadis itu berdeham untuk menetralkan kembali suaranya. "Kasih gue waktu, ya? Gue bakal ngabarin lo secepatnya."
Jinan tersenyum, ia mengusap pucuk kepala Ilona. "Okay, take your time ya, pikirin aja pelan-pelan. Gue bakal selalu nunggu lo."
Malam itu, diakhiri dengan menonton kembang api, dan mengantar Ilona kembali pulang ke rumahnya. Berulang kali, Ilona meyakinkan dirinya bahwa saat ini ia telah mengambil keputusan yang tepat.
Ilona bisa saja berbuat egois dengan mengabaikan hal-hal yang sudah berlalu, tapi ada sesuatu dalam suara itu yang tidak bisa Ilona hiraukan. Seakan-akan hal itu adalah fakta dan Ilona tidak boleh melanggar perkataan tersebut jika tidak ingin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Kamu melakukannya dengan baik, Ilona. Keputusamnu malam ini... Sudah benar."
***
Hari penampilan tugas kelompok musik terapan semakin dekat, menandakan Ilona dan Jinan harus segera mempersiapkan duet mereka agar bisa lulus pada mata kuliah ini.Dan, di sinilah mereka hari ini, di rumah Jinan. Sejak pernyataan Jinan beberapa hari yang lalu, tidak ada yang berubah pada hubungan mereka. Hal itu dikarenakan Jinan yang pandai mencairkan suasana dan bersikap santai seperti tidak terjadi apa-apa. Hal inilah yang membuat Ilona merasa lega, setidaknya hubungannya dengan Jinan tidak mengalami kecanggungan.
Bagi yang bertanya, lagu apa yang akan mereka mainkan, mereka akan sepakat untuk memainkan lagu yang diciptakan oleh Jian dan Jun. Lagu itu, seakan memiliki warna dan gaya tersendiri, membuat Ilona dan Jinan menyukainya, dan Ilona pun mencetuskan ide itu kepada Jinan yang langsung diterima oleh lelaki itu.
Tidak terasa, sudah dua jam lebih mereka berlatih. Ilona mengambil segelas air, lalu meneguknya hingga tandas. Rasanya sangat menyegarkan minum air perasan lemon ditambah dengan kue-kue cantik yang terhidang di depan.
"Makan aja kuenya, Na. Itu sengaja disediakan buat lo."
Mata Ilona kontan berbinar dengan semangat, "serius ini buat gue?"
Jinan yang melihat itu tersenyum sambil mengangguk.
"Asiiik, gue ambil ya." Ilona langsung mengambil kue yang tersaji, dan memakannya dengan nikmat.
"Eh Nan, penampilan kita besok kan? Di nomor urut berapa?"
Jinan langsung mengecek ponselnya, dan menunjukkan layar ponselnya pada Ilona.
"Nomor 1?!" Ilona terkejut ketika melihat namanya dan Jinan ada di nomor 1 untuk penampilan praktik pengambilan nilai mata kuliah musik terapan.
Jinan mengangguk. "Keren kan."
Ilona mencibir, "harus banget 1? Pasti jadi perhatian banget kalau di nomor-nomor awal, huhu."
Jinan terkekeh, "ya nggak apa-apa. Persiapan kita juga udah mantep kan, besok mereka pasti pada terpesona sama suara lo."
Ilona mengerlingkan kedua matanya, "yang ada malah mereka yang salah fokus liatin lo!"
Keesokan harinya, Ilona melangkahkan kakinya dengan lemas menuju ruangan musik yang ada di lantai 6. Di lift, dia bertemu dengan Karina yang sedang memegang beberapa kertas serta kopi di tangan satu lagi.
"Hai, tumben ke sini? Biar gue tebak, kelas lo masuk di ruang musik?" sapa Karina membuat Ilona mengangguk lesu.
Karina yang tahu permasalahan Ilona lesu menepuk pelan punggung sahabatnya. "Udah, jangan takut. Terkadang nomor 1 itu anugerah, hehe. Suara lo juga bagus, tampang dan fashion lo juga oke. Gue yakin lo nggak kan dihujat deh. Sesekali dapat perhatian juga bagus, Na."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinyl Record | Park Jihoon
FanficBagaimana rasanya jika kamu mengingat dua kehidupanmu sebelumnya berturut-turut? Di dua kehidupanmu terdahulu, kamu jatuh cinta dengan orang yang sama, dan bagaimana perasaanmu ketika orang itu meninggal dengan tragis di hadapanmu selama dua kehidup...