Lagu

13 3 0
                                    

Ilona terbangun dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Mimpi tadi malam terasa sangat panjang, bahkan hingga saat ini, mimpi itu masih sangat terasa nyata baginya.

Ilona menghela napas panjang. Akhirnya, ia mengetahui alasannya. Sejujurnya, Ilona sangat takut mengetahui fakta bahwa Jinan yang ada di dua kehidupan sebelumnya meninggal tepat di hadapannya.

Ilona takut, apakah di kehidupan kali ini, Jinan akan kembali bertemu dengan akhir yang tragis?

Di sisi lain, Ilona juga penasaran, bagaimana akhir dari rentetan kejadian ini dan yang masih menjadi tanda tanya yang besar baginya adalah, Kenapa? Kenapa ia harus mengalami kejadian seperti ini dengan Jinan? Dan apakah nantinya kehidupannya akan terus berulang dengan mengingat kehidupan sebelumnya tanpa terhenti? Mengapa hanya dirinya dan Jinan yang mengingatnya, kenapa orang lain tidak?

Belum sampai beberapa menit ia memikirkan berbagai kemungkinan itu, ponselnya berdering, menampilkan nama Jinan di layar. Ilona bergerak untuk mengambil benda pipih itu, lalu menjawab panggilan Jinan.

"Kenapa?"

"Lo masuk kelas siang kan? Gue jemput ya."

Ilona kontan menggeleng. "Nggak usah, gue bisa pergi sendiri."

"Gue juga masuk siang kok, Na. Jadi sekalian aja sama gue ya?"

Ilona berpikir sejenak. Gadis itu belum siap bertemu dengan Jinan setelah apa yang terjadi di mimpinya tadi malam. Namun, Jinan tetaplah Jinan, lelaki itu sangat keras kepala jika memiliki keinginan, apalagi hal sepele seperti ini.

"Yaudah, jemput gue 30 menit lagi, gue mau siap-siap dulu."

Di seberangnya, Jinan tersenyum, "oke, tuan Putri."

Ilona langsung mematikan teleponnya, lalu pergi ke kamar mandi bersamaan dengan degup jantung yang bertambah cepat.

Tiga puluh menit kemudian, Ilona telah siap dengan kemeja hitam dan celana putih, dengan riasan tipis dan rambut yang dibiarkan tergerai. Outfit yang membuatnya nyaman, tapi bukan favoritnya.

Ilona terus menuruni tangga dengan langkah buru-buru karena Jinan sudah sampai di rumahnya. Lelaki itu sangat tepat waktu, jadi Ilona tidak ingin membuatnya berlama-lama menunggu dan dicap sebagai tukang lelet.

Ketika sudah sampai di halaman rumahnya, Ilona menyadari sesuatu, langkah kakinya memelan perlahan. Ada sebuah mobil hitam terparkir di garasi rumahnya. Ilona kembali mengecek pelatnya, dan betul saja, mobil itu milik Ayahnya.

Apakah Ayahnya sudah pulang?

Ilona dengan cepat melangkahkan kakinya menuju mobil Jinan, dan langsung memasukinya.

"Kita berangkat sekarang?" Tanya Jinan melihat Ilona yang tampak buru-buru memasuki mobilnya.

Ilona hanya mengangguk.

Tanpa banyak berbicara lebih lanjut, Jinan mulai melajukan mobilnya menuju kampus.

Saat sudah di jalan, Ilona menoleh pada Jinan, "Nan, lo tadi ada ketemu orang yang ada di rumah gue nggak?"

Jinan tampak berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya, "nggak ada, Na. Lagian gue baru sepuluh menitan di rumah lo, tapi rumah lo sepi, kayak nggak ada siapa-siapa. Emangnya kenapa?"

Ilona mengangguk paham, "oh, nggak. Gue cuma nanya aja. Siapa tahu lo ada ketemu orang yang nggak dikenal di rumah gue."

"Maksud lo maling?"

Ilona terkekeh, "bisa jadi. Buat jaga-jaga aja kan."

Jinan ikutan terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, "rumah lo keamanannya udah canggih gitu. Kemungkinan kecil kalau dimasuki maling."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vinyl Record | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang