[15] - Konferensi Admi

143 12 2
                                    

Tak terasa bulan agustus datang begitu cepat. Setelah mengurus proposal dana yang tentunya sedikit ribet, Kadewa dan Zeva akhirnya tinggal menunggu jadwal keberangkatan. Meskipun pada akhirnya, mereka tetap perlu merogoh uang pribadi sebagai dana cadangan.

Pukul 5 pagi, mereka sudah berada di kampus untuk diantar menggunakan fasilitas mobil kampus menuju stasiun Lempuyangan. Akomodasi yang digunakan menuju lokasi kegiatan dipilih menggunakan kereta supaya lebih efisien dan menghindari kelelahan di perjalanan.

"Bawa jaket kan Zev?" Kadewa akhirnya mengeluarkan suaranya setelah hening mengisi di kereta yang sedang berjalan meninggalkan kota Yogyakarta. Gadis yang dituju menoleh, 

"Bawa kok Mas" jawabnya singkat.

Keheningan kembali mengisi dan tak lama mereka berdua memilih memejamkan mata sebentar sebelum harinya dipenuhi oleh berbagai kegiatan.

Sesampainya di Bandung, mereka diarahkan menuju hotel tempat mereka beristirahat. Setelah mandi dan berganti baju menggunakan almamater kampus, mereka kemudian menuju konferensi admi yang berlokasi di salah satu kampus.

Suasana auditorium sudah ramai akan mahasiswa administrasi dengan berbagai warna almamater. Kadewa dan Zeva memilih duduk di tempat yang sudah diarahkan oleh panitia.

Seperti acara pada umumnya, konferensi hari itu dibuka oleh pembawa acara, menyanyikan lagu Indonesia Raya, penampilan tari, dan peresmian pembukaan konferensi. Acara hari itu kemudian diisi dengan forum komunikasi antar kampus terkait program studi administrasi yang ada, pembahasan isu kebijakan, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi di Indonesia.

Tak bisa dipungkiri, Zeva mengakui jika Kadewa memang good inside and outside. Gadis tersebut memandang takjub kepada kahim satu itu yang sedang menyampaikan gagasannya di depan para mahasiswa. Bagaimana public speaking dan attitude yang dia tunjukkan patut diberi dua jempol. Tak bisa dibandingkan dengan Zeva yang lebih memilih menjadi notulensi saja.

Selesainya forkom tersebut kemudian dilanjutkan dengan sesi isoma. Kadewa dan Zeva memilih duduk di sebuah gazebo yang tersedia untuk menikmati makan siang.

"Tadi keren banget Mas Kadewa" ucap Zeva sambil membuka box berwarna merah dengan logo ayam goreng.

Kadewa sempat menghentikan kegiatannya membuka botol minum dan memandang gadis yang sedang menunduk tersebut. Hatinya tiba-tiba menghangat mendapat pujian akan sesuatu yang dilakukannya. 

"Makasi Zev, masih perlu banyak belajar kok, banyak yang lebih keren tadi."

Zeva hanya mengangguk, "Tapi serius keren, buat aku yang masih belibet kalau ngomong depan orang banyak."

"Gapapa, itu bisa dilatih. Salah satunya dari himpunan ini. Dulu awal masuk kuliah aku ga kepikiran buat join hima. Mikirnya ngabisin waktu, uang, takut ganggu kuliah juga. Tapi ternyata banyak manfaatnya setelah mutusin join, ya kaya sekarang ini aku jadi lebih percaya diri aja ngomong di depan publik. Salah benar itu kan manusiawi, yang penting kita mau belajar terus" ucap Kadewa yang membuat Zeva termenung menatapnya.

Zeva segera mengalihkan bola matanya ketika pandangan mereka bertemu. Gadis tersebut berdehem menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba hadir, 

"Bener banget Mas, aku setuju sih. Sebagai anak rantau, aku join hima malah buat ngilangin bosen aja daripada kuliah-pulang on repeat" sahut gadis tersebut sambil terkekeh kecil.

"Gapapa Zev, yang penting kamu jangan kebanyakan gaul sama Naren. Ketularan emosiannya ntar" Mereka berdua kemudian tertawa bersama. Sedangkan di tempat lain, Naren sibuk menggosok-nggosok telinganya yang tiba-tiba panas.

MODERASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang