[4] - Rapat Program Kerja & Bintang's Side Story

215 25 1
                                    

16.43

"Apa gue bilang, Mas Ronald mah kalo dateng bener-bener bikin ngaret anjing" bisik Narendra kepada Caca yang tengah duduk di sampingnya.

"Iya anjir ren, gimana ya, mau Bintang jelasin sampe gumoh pun kayanya kalo emang ga sesuai sama yang Ronald mau mah susah" jawab Caca ikut berbisik.

"Anjinggg Kadewa napa diem mulu dah dari tadi" bisik Naren kembali dengan sedikit ngedumel.

"Ga gitu ren, itu dari tadi Kadewa kaya ada mau ngomong, tapi ga dapet timing aja tuh..." jeda sejenak Caca berikan, melihat forum yang tiba-tiba menjadi hening meskipun hanya sebentar.
"Emang kamu berani interupsi di tengah-tengah mereka yang lagi adu bacot gitu?" tanya Caca melanjutkan, ia sebenarnya mencuri-curi waktu untuk menggunjing dengan wakadivnya itu. Narendra pun menjawab pertanyaan Caca dengan bergidik ngeri.

Ya betul kata Caca, mau bagaimana pun, saat ini Ronald lah yang memiliki power tertinggi di antara mereka semua, bahkan Kadewa sebagai kahim seperti tidak enak hati kalau sampai menginterupsi beliau, ya mau gimana lagi, Kadewa masih mencoba menghargai salah satu DPO-nya itu. Meskipun sudah angkatan 'sepuh' tetapi masih sempat saja ikut sibuk mengurusi hima. Dasar pengangguran banyak gaya. Untung saja divisi Litbang mendapatkan tempat duduk yang agak belakang, sehingga baik Caca maupun Naren bisa dengan mudahnya menggunjing atau mengumpati seniornya itu, meskipun hanya melalui bisikan dan curi-curi waktu saja supaya tidak terlihat sedang mengobrol.

Tepat pukul 17.05 forum yang sedari tadi tegang karena hanya diisi adu argumen antara Bintang dan Ronald, salah satu DPO Alumni Hima, sudah sedikit mereda. Merasa ada celah untuk Kadewa menginterupsi, akhirnya Kadewa memberanikan diri untuk mengangkat tangannya.

"Mohon maaf sebelumnya, izin masuk mbak moderator dan mohon izin mas, mbak, dan teman-teman semuanya. Cuma mau ngasih tau saja, kalo sekarang udah pukul 17.07 yang mana sedikit lagi kan adzan maghrib nih, saya mau usul saja kalau ini dilanjutkan setelah maghrib bagaimana, mas, mbak, dan teman-teman semua, mengingat dari teman-teman juga pasti mau menunaikan ibadah sholat 'Asar yang sudah sangat terlambat dan mepet waktu juga kan ini" jelas Kadewa mengingatkan, berharap dengan adanya break ini, emosi dan ego di antara keduanya bisa turun sedikit, dan tentu saja ada beberapa hal yang ingin Kadewa sampaikan ke Bintang di belakang forum nanti.

"Ya, silakan, dari tadi juga saya belum ketemu sama poin yang sebenarnya ingin Bintang sampaikan, bertele-tele"
"Saya sebenarnya kan tidak ingin banyak ikut campur, tapi dengan apa yang sudah dipaparkan tadi, menurut saya masih kurang. Masa cuma karena sudah ada program kerja lain yang bahkan dari divisi yang berbeda malah dijadikan alasan untuk menghapus program kerja divisi PSDM. Kalian ini kok yo lucu lo"
"Ya keputusan ada di tangan kalian, cuma mbok yo dipikir lagi lah cah, esensi dari masing-masing program kerja harusnya sudah pada tau to? Di sini saya cuma menggunakan hak suara saya sebagai Dewan Pertimbangan Organisasi saja" jelas Ronald panjang x lebar x tinggi yang berarti rumus balok.

Mendengar hal tersebut, lagi-lagi Bintang merasa tidak terima dan naik pitam, namun beruntungnya sebelum Bintang mengeluarkan argumennya, Kadewa menyikut bahu Bintang pelan supaya ia tetap diam. Ya, sejak saat Kadewa menginterupsi, ia sudah sambil berjalan menuju ke samping Bintang untuk berjaga-jaga hal ini terjadi. Karena kalau saja Bintang menjawab pernyataan dari Ronald, yang ada mereka akan tetap beradu argumen dan tidak jadi break untuk sholat asar dan maghrib nantinya.

"Nggih, siap Mas Ronald. Terima kasih banyak untuk sarannya. Nanti kita lanjutkan lagi nggih Mas" ucap Kadewa mencoba tetap menahan emosinya itu.

Akhirnya forum dikembalikan ke moderator dan diakhiri dengan keputusan untuk melakukan break sholat Maghrib (dan 'Asar bagi yang belum menunaikan).

MODERASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang