Menjadi mahasiswa perantauan nyatanya tidak mudah. Mulai dari cari makan, hingga sakit pun semuanya serba sendiri. Melihat banyaknya kasus mahasiswa yang memilih mengakhiri hidupnya di kosan membuat Gigi bergidik ngeri sekaligus prihatin dengan nasibnya yang sama-sama merantau.
Dengan bergabung ke himpunan sebenarnya menjadi salah satu hal yang Gigi syukuri. Sebagai mahasiswa rantau ia menjadi sedikit terhibur di tengah kesepian dan kekosongan ketika tidak ada jadwal kuliah. Himpunan juga membawa Gigi mengenal sosok Kadewa yang kini menjadi partnernya dalam berorganisasi tersebut.
Berbicara tentang kahimnya itu, Gigi mengenalnya sebagai sosok yang hangat dan sangat merangkul. Meskipun terkadang Kadewa juga bertingkah tidak jelas karena teman-temannya yang juga aneh itu. Kadewa dikenal sebagai sosok yang perhatian, termasuk kepada Gigi. Tidak terhitung sudah berapa kali Gigi meminta bantuan di tengah kesibukan Kadewa, mulai dari ban bocor, membelikan obat, menemani ke tempat-tempat yang Gigi tidak ketahui di Jogja, dan masih banyak lagi. Rasanya, laki-laki tersebut belum pernah menolak keinginan Gigi. Kebaikan itulah yang pada akhirnya membuat Gigi menyalahkan dirinya sendiri karena menaruh rasa lebih dari sekadar teman kepada Kadewa.
Kadewa termasuk ke dalam jenis-jenis manusia yang mudah disukai oleh orang-orang. Dia baik, royal, peduli, dan bonus wajahnya yang tampan. Berkali-kali Gigi berusaha mengenyahkan perasaannya dengan dalih bahwa Kadewa memang baik kepada semua temannya.
Masih teringat jelas kala itu ketika Gigi harus terbaring di kamar kosnya karena demam yang tidak kunjung turun. Kadewa menjadi orang pertama yang segera membelikan obat serta makanan kepadanya. Hal yang membuat Gigi tidak dapat menahan degup jantungnya ketika ia terbangun di malam hari dan menemukan Kadewa tertidur di ruang tamu kosnya. Yang kemudian Gigi ketahui bahwa selepas mengantarkan obat dan makanan, Kadewa memilih menunggu hingga ketiduran hanya untuk memastikan demam Gigi telah turun. Sebagai mahasiswa rantau yang terbiasa sendiri, perlakuan seperti itu tentu dirasa berlebihan bagi Gigi.
Lalu, kenapa tidak kunjung mengutarakan perasaannya saja? Lagian zaman sudah berubah yang mana istilah cewe make a move dulu itu hal yang wajar. Namun, tidak segampang itu bagi Gigi. Peraturan tersirat yang melarang sesama anggota himpunan untuk terlibat di luar hubungan profesional menjadikan gadis tersebut selalu menahan perasaannya. Ia hanya tidak ingin hubungan keduanya lantas menjadi canggung dan berefek ke kinerja organisasi. Terlebih, ia dan Kadewa berpartner sebagai kahim dan wakahim di organisasinya itu.
Namun, perkataan Bintang di kantin fisip beberapa waktu lalu benar-benar mengganggu pikiran Gigi. Apa ia benar-benar harus mengatakan kepada Kadewa sebelum laki-laki tersebut bersama dengan perempuan lain?
Akhir-akhir ini bahkan laki-laki tersebut sudah jarang bersama Gigi padahal sebelumnya ada saja ajakan dari Kadewa, entah itu makan di burjo Abah, nyari pisang aroma, hingga berkeliling di SoMa (Sobat Mahasiswa) –semacam toko alat tulis lengkap, tanpa membeli apapun.
Berbicara tentang makanan, Gigi tiba-tiba ingin mencoba soto di dekat kampusnya yang menjadi andalan mahasiswa fisip. Ia lantas mengeluarkan ponselnya selepas kelas governansi digital selesai, dan mengetikkan sebaris pesan kepada seseorang.
KD
kd, dimana?
Tak butuh waktu lama, sebuah notifikasi sudah muncul di ponsel gadis tersebut.
KD
sekre gi, piye?
makan siang belom?
soto gang biru depan kampus yuksini sekre sek
okk
otwwGigi segera mengemasi barang-barangnya dan bergegas menuju ke sekre himpunan. Suasana hatinya begitu senang karena akhirnya ia bisa mengajak Kadewa setelah lama tidak pernah makan siang bersama. Banyak hal yang ingin ia ceritakan kepada laki-laki tersebut, mungkin jika waktunya sesuai, Gigi juga akan mencoba untuk mengatakan perasaannya kepada Kadewa.
Langkahnya harus terhenti ketika sampai di depan pintu sekre yang terbuka sedikit, sehingga suasana di dalam terlihat dari celah pintu tersebut. Gigi lantas tersenyum pahit, mengetuk pintu yang membuat seseorang di dalam menoleh ke arahnya.
"Masuk dulu" ucap Kadewa sambil berbisik-bisik karena takut membangunkan seseorang di sebelahnya.
Gigi memilih melangkah masuk, duduk di sebelah Kadewa dan gadis yang tertidur lelap sambil mulutnya sedikit terbuka itu, Zevani.
Kadewa tiba-tiba tertawa kecil membuat Gigi menoleh ke arahnya dengan pandangan bertanya,
"Lucu ngga si Gi, mangap ngono kui. Kecapekan kayaknya dia" sahut laki-laki tersebut sambil memandangi gaya tidur Zeva.
Gigi hanya tersenyum, lagi-lagi dia hanya bisa tersenyum di saat hatinya tiba-tiba merasakan nyeri. Gigi paham betul bagaimana tatapan Kadewa kepada staf litbang satu itu. Itu tatapan yang selalu Gigi berikan kepada laki-laki tersebut. Tatapan dari rasa suka. Untuk saat ini, sepertinya Gigi belum benar-benar siap melihat pemandangan di depannya. Gadis tersebut lantas buru-buru berdiri yang membuat Kadewa menoleh ke arahnya.
"Mau kemana?" tanya Kadewa dengan ekspresi heran. Gigi lantas tersenyum,
"Baru inget, ada janjian sama Laras nugas. Sotonya kapan-kapan deh ya"
Tanpa menunggu jawaban dari Kadewa, Gigi segera pergi meninggalkan ruangan tersebut. Berjalan sendirian dengan pikiran yang sibuk bertanya. Benarkan perhatian Kadewa selama ini hanyalah bentuk perhatian tanpa afeksi, sedangkan Gicellia memilih dia untuk melabuhkan hati. Inikah rasanya jatuh cinta sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
MODERASI
FanfictionAll about himpunan yang katanya 'asik' nyatanya 'bisa survive' aja udah syukur.